Mohon tunggu...
Fuad Amien
Fuad Amien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Konvergensi di Masa Modern

14 April 2021   11:45 Diperbarui: 14 April 2021   12:04 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan televisi digital dirasa memberikan beberapa keunggulan bagi penggunanya. Seperti halnya internet, televisi digital memungkinkan tersedianya tambahan-tambahan siaran yang lebih interaktif. Keunggulan televisi digital dibandingkan konvensional adalah kualitas gambar dan suara yang lebih baik, dimana penonton seakan menikmati sebuah tayangan layaknya menonton sebuah layar lebar.

Perkembangan penonton televisi di Indonesia menjadi hal yang menarik untuk ditelaah karena hingga tahun 2014 televisi masih menjadi media utama yang dikonsumsi oleh 95% masyarakat Indonesia. Diantara sekian banyak program televisi di Indonesia, sinetron masih menjadi program favorit yang hingga tahun 2015 masih menguasai 59% waktu tayang di jam prime time dan ditonton 20% dari total waktu menonton orang Indonesia. Sebagai program favorit, sinetron, yang merupakan program sejenis opera sabun kerap dinilai sebagai program hiburan yang berkualitas rendah dan audiensnya kerap dipandang pasif atau tidak kritis.

Namun, pandangan tersebut mulai diragukan, mengingat perkembangan teknologi informasi dan kehadiran media komunikasi baru seperti internet dan telepon seluler (ponsel) telah menghadirkan era konvergensi. Di era konvergensi, jaringan sosial audiens meluas sehingga audiens berkembang menjadi audiens aktif bahkan interaktif. Hal ini juga memengaruhi audiens televisi atau biasa disebut penonton televisi karena kehadiran media-media baru tersebut memfasilitasi para penonton televisi untuk saling terhubung secara global.

Penggabungan antara televisi dan internet memungkinkan tersedianya link antar program serata akses ke arsip digital untuk memperoleh informasi-informasi tambahan seperti program berita dan current affairs; program drama atau komedi dan streaming video yang lazim di dunia internet, termasuk film on demand dan siaran langsung melalui internet (Hastjarjo, 2007). Di samping itu, sistem digital memungkinkan diversifikasi saluran sehingga menjadi saluran multikanal. Hastjarjo (2007) dalam sebuah pandangannya menuturkan bahwa sekalipun hadirnya televisi digital dapat menghadirkan kemungkinan-kemungkinan menarik, akan tetapi realisasinya kemungkinan tidak secepat media yang lain. Secara lebih simpel semua media yang terkoneksi langsung dengan internet disebut sebagai "media baru" di kalangan peneliti.

Ketersediaan teknologi pada sistem televisi digital memungkinkan pengembangan layanan-layanan interaktif berbasis multimedia dan berpotensi tumpang tindih dengan layanan pada media komunikasi lainnya. Maksud dari tumpang tindah adalah konten televisi yang ada tidak selalu dapat disaksikan melalui media kovensional, tetapi dapat dinikmati melalui media komunikasi lain berbasis audiovisual. Diperlukan kajian-kajian yang lebih mendalam terhadap fenomena konvergensi pada teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Hal ini dikarenakan besarnya peranan pasar dan regulasi, selain teknologi, yang memengaruhi arah perkembangannya sehingga pembahasan konvergensi ini dapat dijadikan acuan bagi pelaku industri televisi.

Era konvergensi juga memperluas jaringan sosial penonton dan meningkatkan partisipasi penonton dalam bermedia. Hal ini ditandai dengan berkembangnya budaya partisipatif audiens yang meningkat di berbagai format media. Televisi sebagai salah satu media konvensional tak lepas dari pengaruh konvergensi. Televisi, yang sebelumnya dikenal mampu menciptakan ikatan dalam jaringan lokal, baik di kalangan keluarga, pertemanan, atau pertetanggaan para penontonnya, seiring dengan kehadiran konvergensi, telah berkembang dengan format yang lebih variatif. Hal ini memengaruhi meningkatnya interaktivitas audiens televisi yang mulai mengonvergensikan kebiasaan sehari-hari mengonsumsi televisi dengan penggunaan media multiplatform lainnya yang akhirnya melahirkan fenomena second screen.

Relasi televisi dengan internet dan media sosial dipercaya dapat meningkatkan ikatan antara program acara televisi dengan audiens atau penontonnya. meningkatkan loyalitas penonton ke stasiun televisi, dan menjadi media penyampaian aspirasi penonton televisi. Para produsen konten televisi yang menyadari pentingnya hal tersebut pun bergiat membangun relasi dengan penonton melalui mediasi teknologi media baru.

Di sisi audiens, era konvergensi memperluas jaringan sosial para penonton televisi, baik jaringan yang bersifat individual maupun komunal dalam bentuk fandom (fans community) televisi. Fandom televisi yang semula hanya berkembang di ranah offline kini berkembang menjadi komunitas virtual yang lebih interaktif di ranah online. Komunitas virtual ini menjadi perwujudan nyata audiens interaktif yang memiliki collective intelligent dan dapat berkembang dengan dinamika jaringan yang beraneka ragam. Anggota fandom televisi mengembangkan dimensi sosio-kultural di dalam kelompok yang membentuk identitas kolektif. Selain itu, kehadiran media sosial juga memberi kesempatan pada berkembangnya jaringan personal para penonton televisi.

Di sisi lain pesatnya perkembangan teknologi belum sepenuhnya masyarakat Indonesia mampu memanfaatkan keberadaan teknologi informasi dan komunikasi dikarenakan keterbatasan akses di setiap daerah. Hal ini bertolak belakang dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Australia, dan Filipina dimana akses teknologi internet terbilang mudah dan murah. Keberadaan internet dinilai sangat penting untuk dapat mengakses informasi publik yang bermanfaat seperti informasi pendidikan, kesehatan, ataupun informasi lain yang bisa meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Dilihat dari sudut pandang teoretis dan praktis, kolaborasi antara media massa konvensional dengan teknologi internet tak ayal menumbuhkan serangkaian konsekuensi baru. Pada tataran teoretik, pengertian komunikasi massa konvensional perlu dilakukan kajian-kajian ulang lebih mendalam mengikuti perkembangan jaman. Keberadaan media konvergen memunculkan karakter baru yang makin interaktif, dimana penggunanya mampu berkomunikasi secara langsung dan memperoleh konsekuensi langsung atas pesan.

Konvergensi media memberikan kesempatan kepada khalayak untuk dapat berinteraksi dengan media massa dan bahkan mengisi konten media massa. khalayak sekarang dapat mengontrol kapan, di mana, dan bagaimana mereka mengakses informasi, dalam berbagai jenisnya. Tayangan televisi tidak selalu di akses didepan layar televisi konvensional akan tetapi dapat dikases dimana saja kapan saja dengan berbagai platform.

Perubahan konsep massa dalam sebuah konvergensi media dikarenakan adanya perpaduan ciri-ciri komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi. Komunikasi massa berdasarkan sudut pandang konvensional diartikan sebagai kesatuan khalayak yang anonim dan teralienasi sehingga pesan yang disampaikan kepadanya pun besar-besaran (massive). Akan tetapi dalam pandangan media konvergen justru terjadi proses demassivikasi. Media konvergen menyebabkan derajat massivitas massa berkurang karena komunikasinya makin personal dan interaktif.

Pada tataran praktis, konvergensi media menghadirkan isu-isu penting di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan,politik, dan pendidikan. Lembaga pendidikan akan dituntut untuk mampu menyediakan lulusan berkualitas dan memiliki kematangan akademis sekaligus kapabilitas praktik yang berbeda dengan sebelumnya. Dalam konteks ini, dunia pendidikan pada masa mendatang dihadapkan pada tantangan-tantangan pembenahan kurikulum agar sesuai betul dengan laju teknologi yang tidak terbendung. Dunia kerja akan datang mensyaratkan kualifikasi keterampilan baru di setiap pekerjaan yang berhubungan dengan konvergensi teknologi.

Dari sudut pandang bisnis, konvergensi pada media televisi juga berarti peluang profesi baru. Munculnya istilah konvergensi memberikan peluang baru kepada pengelola media untuk memperluas pilihan publik. konvergensi juga berpeluang menciptakan kelompok dominan baru yang akan menjadi penguasa pasar, konsentrasi kepemilikan salah satunya. Sektor-sektor media yang berbeda akan bergabung dan menghidupkan konglomerasi.

Kekhawatiran sebagian kalangan bahwa isi media konvergen di bagian tertentu akan mendegradasi moral generasi muda merupakan salah satu poin penting yang harus dipikirkan oleh para pelaku media konvergen. Persoalan terakhir ini menarik karena perkembangan teknologi umumnya selalu mendahului regulasi. Dengan kata lain, regulasi hampir selalu ketinggalan jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Fungsi pemerintah sebagai regulatory agent adalah menjaga hubungan dengan pasar dan masyarakat sipil agar tidak terjadi dominasi antarketiganya.

Dari sudut pandang kebudayaan, pola perilaku masyarakat akan berubah seiring dengan perkembangan media konvergen. Digitalisasi media menyebabkan kurang pentingnya memisahkan isi media dari sisi produksi, editing, distribusi, dan penyimpanannya. Maka, bentuk dan isi media mendatang akan berubah mengikuti perkembangan teknologi. Cepat atau lambat, pada masa mendatang preferensi masyarakat terhadap media akan beralih dari media konvensional ke media konvergen. Singkatnya, konvergensi akan mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup, dan khalayak.

Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa didalam era konvergensi, mau tidak mau media konvensioanal harus mengikuti arus perkembangan zaman. Para pelaku industri terutama dibidang industri kreatif televisi tidak boleh tutup mata melihat kondisi sekarang ini agar tidak terdegradasi dan tergerus kencangnya arus perkembangan teknologi. Disisi lain konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan, dengan menggunakan berbagai macam media. Komunikasi yang sudah dikonvergensikan menyediakan berbagai macam alat untuk penyampaian berita dan memungkinkan konsumen untuk memilih tingkat interaktivitasnya, seraya mereka bisa mengarahkan sendiri penyampaian kontennya.

Pemerintah selaku regulator bertanggung jawab penuh menciptakan regulasi yang dapat melindungi segenap elemen masyarakat dari pegaruh buruk media. Regulasi menjadi konsekuensi logis dari permainan simbol budaya yang ditampilkan oleh media konvergen. Tujuannya jelas, yakni agar tidak terjadi tabrakan kepentingan yang menjadikan salah satu pihak menjadi dirugikan. Terutama bagi kalangan pengguna atau publik, pihak ini biasanya menjadi pihak yang paling sering menjadi korban dari implementasi konvergensi. Persoalan regulasi menyangkut seberapa jauh masyarakat mempunyai hak untuk mengakses media konvergen, dan seberapa jauh distribusi media konvergen mampu dijangkau oleh masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah sejauh mana isi media konvergen dapat dipertanggungjawabkan di depan norma dan etika yang berlaku di masyarakat.

Dalam konteks penciptaan regulasi ini, peran para penggiat televisi komunitas dan asosiasi menjadi mutlak diperlukan. Sembari mengembangkan kualitas televisi yang sudah eksis selama ini, mereka dituntut bergerak bersama menyambut konvergensi. Cepat atau lambat, konvergensi akan melanda penyiaran komunitas. Pesimisme akan kondisi kini dan di sini harus dibarengi dengan semangat optimistik bahwa masa depan televisi komunitas akan lebih baik berkat perkembangan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun