Mohon tunggu...
FTV
FTV Mohon Tunggu... Jurnalis - Good

Always Number One !

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menilik Kisah di Balik Kokohnya Museum Konferensi Asia Afrika (KAA)

21 Februari 2020   13:48 Diperbarui: 21 Februari 2020   14:10 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mendengar Kota Bandung, apa yang terlintas dalam pikiran kalian? tentunya  kota dengan sejuta fashion, makanan dan tempat wisatanya, bukan?. Bandung menjadi salah satu kota yang menarik untuk dikunjungi.

Mengapa demikian? karena selain terkenal dengan julukan kota kembangnya, Bandung juga merupakan tempat yang memiliki peranan penting bagi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tempat-tempat yang bersejarah di Kota Bandung. Salah satunya adalah Museum Konferensi Asia Afrika.

Saat itu, saya bersama tiga orang teman sedang melakukan sebuah perjalanan menuju salah satu tempat yang ada di Kota Bandung. Ketika mulai memasuki tengah kota, beberapa gedung dengan tema arsitektur Belanda mulai terlihat dari ujung jalan.

Namun, terdapat sebuah gedung dengan gaya serupa yang menjadi pusat perhatian diantara gedung-gedung lain. Setiap gedung yang saya lewati tak mampu mengalahkan pesona dari gedung tersebut. Bukan karena gaya arsitekturnya yang lebih megah, tetapi terdapat aura tersendiri yang membuat pesona dari gedung tersebut memancar.

Gedung Merdeka, begitulah namanya. Salah satu tempat paling bersejarah di Kota Bandung yang terletak ditengah-tengah kota. Secara keseluruhan gedung ini memiliki dua bangunan utama, bangunan yang pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang berada di samping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika.

Hampir setiap masyarakat yang berdomisili di Kota Bandung telah mengetahui gedung bersejarah ini. Dahulu, gedung tersebut digunakan sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika yang digelar pada tanggal 18-24 April 1955  dan  sekarang telah didedikasikan sebagai museum untuk memperingati peristiwa penting tersebut. Konferensi yang telah melahirkan Gerakan Non-Blok kala itu dihadiri oleh 29 pemimpin dari Asia dan Afrika dengan 5 negara pengusung meliputi Indonesia, India, Myanmar, Pakistan dan Sri Lanka.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Jadwal operasional pengunjung mulai dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Untuk memasuki museum ini tidak dipungut biaya alias gratis kecuali pada kegiatan tertentu yang mengharuskan reservasi terlebih dahulu. Ketika mulai memasuki gedung akan disambut oleh satpam yang mengarahkan pengunjung menuju meja registrasi. 

Beberapa pegawai menanyakan nama serta nomor telepon saya dan memberi tahu macam-macam peraturan selama berkunjung ke museum. Peraturan yang ada tidak jauh berbeda dengan peraturan pada museum lain, seperti dilarang merekam, dilarang berisik, dilarang membawa benda tajam, dan dilarang menyentuh benda-benda penting yang tak terhalangi lemari kaca.

CCTV menggantung di berbagai sudut dan terdapat banyak satpam  berjaga di beberapa titik sehingga apabila pengunjung melanggar peraturan dapat langsung diberi teguran. Bagi sebagian pengunjung mungkin merasa tak nyaman dengan keberadaan satpam yang cukup banyak, tetapi hal tersebut ditujukan agar benda-benda penting didalam museum tetap utuh.

Terdapat beberapa ruangan khusus yang berada dalam satu lorong panjang meliputi ruang pamer, perpustakaan, audio visual, dan riset. Selain itu, teknologi yang disuguhkan sangat canggih sehingga menarik minat pengunjung untuk menghabiskan waktu di dalam museum.  

Gedung Merdeka pada tahun 1895 merupakan gedung yang begitu sederhana. Sejak masa ke masa gedung ini terus direnovasi sesuai dengan fungsinya pada saat itu. Awalnya gedung dibangun diatas lahan seluas 7.500 meter persegi, sekarang luas lahan telah bertambah menjadi 10.200 meter persegi.

Perubahan secara besar-besaran terjadi tahun 1921 oleh arsitek Van Gallen Last dan C. P. Wolff. Struktur bangunan yang berfungsi sebagai gedung pertemuan diubah menjadi lebih eksklusif, megah serta modern dan cukup untuk menampung 1200 orang.

Perubahan besar terakhir dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto dengan memutuskan tempat tersebut dijadikan museum yang dibangun atas keinginan para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika.

Itulah kisah dibalik berdirinya Museum Konferensi Asia Afrika hingga saat ini. Pengunjung akan merasa puas dengan teknologi canggih yang disuguhkan tanpa menghilangkan suasana khas saat konferensi berlangsung. Apakah kalian tertarik untuk mengunjunginya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun