Mohon tunggu...
Fatmah Hardianty
Fatmah Hardianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan, seni, dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tahapan Moralitas dan Mengapa Kita Memilih Berbuat Baik atau Buruk

18 Januari 2025   14:38 Diperbarui: 18 Januari 2025   14:38 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa seseorang memilih untuk berbuat baik, sementara yang lain mungkin bertindak buruk? Apakah keputusan ini hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diajarkan, atau ada proses psikologis yang lebih mendalam di baliknya? Lawrence Kohlberg, seorang psikolog terkenal, mengembangkan Teori Perkembangan Moral untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Ia mengungkapkan bahwa pilihan moral seseorang tidak terjadi secara acak, melainkan melalui tahapan perkembangan yang terstruktur. 

"Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg"

Kohlberg membagi perkembangan moral manusia menjadi tiga tingkat utama, yang masing-masing terdiri dari dua tahap. Setiap tingkat menggambarkan cara berpikir seseorang tentang moralitas, mulai dari tahap sederhana hingga tahap yang kompleks dan mendalam.

A. Tingkat 1: Moralitas Pra-Konvensional

Pada tingkat ini, individu berfokus pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka, seperti hukuman atau penghargaan.

1. Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan

Seseorang memilih untuk berbuat baik karena takut akan hukuman. Moralitas di sini sangat bergantung pada aturan eksternal.

Contoh: Anak-anak sering kali tidak mengambil barang milik orang lain karena takut dimarahi, bukan karena memahami bahwa mencuri itu salah.

2. Tahap 2: Orientasi Hedonistik-Relativistik

Pada tahap ini, seseorang memilih tindakan yang memberikan keuntungan pribadi. Mereka mulai memahami bahwa orang lain juga memiliki kebutuhan, tetapi kepentingan pribadi tetap diutamakan.

Contoh: Anak membantu temannya dengan harapan temannya akan membalas budi di kemudian hari.

B. Tingkat 2: Moralitas Konvensional

Pada tingkat ini, individu mulai mempertimbangkan norma sosial dan harapan orang lain dalam mengambil keputusan moral.

3. Tahap 3: Orientasi Kesepakatan Interpersonal (Good Boy/Good Girl)

Seseorang berbuat baik untuk mendapatkan penerimaan sosial dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Contoh: Seorang remaja mengikuti aturan sekolah agar dianggap sebagai murid yang baik di mata guru dan teman-temannya.

4. Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban

Individu memahami pentingnya aturan dan struktur sosial. Mereka memilih berbuat baik karena percaya bahwa mematuhi hukum adalah cara untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat.

Contoh: Orang dewasa membayar pajak karena menyadari pentingnya kontribusi tersebut untuk kesejahteraan umum, meskipun tidak diawasi.

C. Tingkat 3: Moralitas Pascakonvensional

Pada tingkat ini, moralitas didasarkan pada prinsip-prinsip universal dan kesadaran akan nilai-nilai yang melampaui norma sosial.

5. Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial

Individu memahami bahwa aturan dibuat untuk kepentingan bersama, tetapi aturan tersebut bisa diubah jika tidak lagi relevan atau adil.

Contoh: Seorang aktivis memperjuangkan perubahan undang-undang yang dianggap tidak adil bagi kelompok tertentu.

6. Tahap 6: Orientasi Prinsip Etika Universal

Pada tahap tertinggi ini, individu bertindak berdasarkan prinsip moral universal, seperti keadilan, kesetaraan, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia, meskipun bertentangan dengan hukum atau norma sosial.

Contoh: Seorang tokoh seperti Mahatma Gandhi memilih untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan demi keadilan, meskipun ia harus menghadapi hukuman dari pihak berwenang.

"Mengapa Kita Memilih Berbuat Baik atau Buruk?"

Berdasarkan teori Kohlberg, keputusan untuk berbuat baik atau buruk sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan moral seseorang. Ada beberapa faktor yang memengaruhi perjalanan ini:

1. Lingkungan Sosial:

Interaksi dengan keluarga, teman, dan masyarakat membantu membentuk cara seseorang memahami nilai-nilai moral.

2. Pendidikan dan Pengasuhan:

Anak-anak yang diajarkan untuk menghargai keadilan, empati, dan tanggung jawab cenderung mencapai tingkat moralitas yang lebih tinggi.

3. Pengalaman Hidup:

Pengalaman menghadapi dilema moral atau ketidakadilan sering kali mendorong individu untuk mengevaluasi kembali nilai-nilai moral mereka.

4. Kesadaran Diri:

Kemampuan untuk merenungkan tindakan dan memahami dampaknya terhadap orang lain adalah kunci dalam mencapai tahapan moralitas yang lebih tinggi.

"Relevansi Teori Kohlberg di Dunia Modern"

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada dilema moral, baik dalam skala kecil seperti konflik di tempat kerja maupun skala besar seperti isu keadilan sosial. Memahami teori Kohlberg dapat membantu kita:

-Mengidentifikasi alasan di balik keputusan moral kita.

-Mengembangkan kemampuan untuk bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral yang lebih tinggi.

-Membimbing generasi muda untuk mencapai moralitas yang lebih matang.

Pilihan untuk berbuat baik atau buruk bukan hanya tentang mengikuti aturan atau menghindari hukuman. Keputusan ini mencerminkan tingkat perkembangan moral seseorang, sebagaimana dijelaskan dalam teori Lawrence Kohlberg. Dengan memahami tahapan moralitas ini, kita dapat mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang tidak hanya adil, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai universal yang membawa dampak positif bagi diri sendiri dan masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun