Mohon tunggu...
Fatmah Hardianty
Fatmah Hardianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan, seni, dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Delapan Tahapan Perkembangan Psikososial Menurut Erik Erikson

18 Januari 2025   06:10 Diperbarui: 18 Januari 2025   04:32 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Erik Erikson, seorang psikolog terkenal, mengembangkan teori psikososial yang membahas tahapan perkembangan manusia sepanjang kehidupan. Ia menyatakan bahwa setiap tahap perkembangan ditandai oleh krisis psikososial, yaitu tantangan yang harus diatasi untuk mencapai keseimbangan emosi dan hubungan sosial yang sehat. Artikel ini akan menguraikan delapan tahap perkembangan psikososial Erikson dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 Tahun)

Pada tahap ini, bayi belajar membangun kepercayaan kepada pengasuhnya. Jika kebutuhan mereka terpenuhi dengan konsisten, mereka akan mengembangkan rasa aman. Sebaliknya, pengabaian dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap dunia.

Kebutuhan utama: Kasih sayang, perhatian, dan rasa aman.

Dampak positif: Anak merasa percaya diri dan nyaman di dunia.

Dampak negatif: Anak tumbuh menjadi cemas atau curiga terhadap orang lain.

2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 Tahun)

Anak mulai mengeksplorasi dan belajar mandiri, seperti berjalan atau berbicara. Jika orang tua memberikan dukungan, anak akan mengembangkan rasa percaya diri. Namun, jika mereka terlalu dikritik, anak dapat merasa malu atau ragu terhadap kemampuannya.

Kebutuhan utama: Dukungan untuk mencoba hal baru.

Dampak positif: Anak menjadi mandiri.

Dampak negatif: Anak merasa tidak kompeten.

3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 Tahun)

Pada tahap ini, anak mulai berinisiatif, seperti bermain peran atau mengambil keputusan sederhana. Dukungan dari lingkungan membantu anak merasa percaya diri dalam mencoba hal baru. Sebaliknya, kritik dapat memunculkan rasa bersalah.

Kebutuhan utama: Dorongan untuk berkreasi dan bereksplorasi.

Dampak positif: Anak memiliki rasa percaya diri dalam bertindak.

Dampak negatif: Anak menjadi pasif atau takut salah.

4. Tahap Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 Tahun)

Anak mulai belajar keterampilan baru di sekolah dan lingkungan sosial. Pengakuan atas prestasi mereka dapat meningkatkan rasa percaya diri, sedangkan kegagalan atau penghinaan dapat menyebabkan rasa rendah diri.

Kebutuhan utama: Penghargaan atas usaha dan hasil kerja.

Dampak positif: Anak menjadi produktif dan percaya diri.

Dampak negatif: Anak merasa tidak mampu dibandingkan dengan teman sebaya.

5. Tahap Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 Tahun)

Remaja mulai mencari jati diri dan mengeksplorasi nilai-nilai serta tujuan hidup. Dukungan dalam proses ini membantu mereka menemukan identitas yang kokoh, sedangkan kegagalan dapat menimbulkan kebingungan.

Kebutuhan utama: Kebebasan untuk mencari dan menentukan identitas diri.

Dampak positif: Remaja memiliki identitas yang kuat.

Dampak negatif: Remaja merasa bingung atau terombang-ambing.

6. Tahap Keintiman vs Isolasi (18-40 Tahun)

Tahap ini berfokus pada kemampuan membangun hubungan dekat dengan orang lain, baik secara emosional maupun romantis. Keberhasilan menghasilkan hubungan yang intim, sedangkan kegagalan dapat menyebabkan isolasi.

Kebutuhan utama: Hubungan yang sehat dan mendalam.

Dampak positif: Mampu membangun hubungan yang erat dan saling mendukung.

Dampak negatif: Rasa kesepian atau isolasi sosial.

7. Tahap Generativitas vs Stagnasi (40-65 Tahun)

Pada usia ini, individu fokus pada kontribusi bagi masyarakat, seperti membimbing generasi muda atau mencapai tujuan hidup bermakna. Ketidakmampuan untuk berkontribusi dapat menyebabkan perasaan stagnasi.

Kebutuhan utama: Memberi makna pada hidup melalui kontribusi.

Dampak positif: Merasa produktif dan bermanfaat.

Dampak negatif: Merasa tidak berarti atau terjebak dalam rutinitas.

8. Tahap Integritas vs Keputusasaan (65 Tahun ke Atas)

Di tahap akhir ini, individu merenungkan hidup mereka. Jika merasa puas, mereka akan menerima kehidupan dengan damai. Sebaliknya, penyesalan dapat menyebabkan keputusasaan.

Kebutuhan utama: Refleksi positif atas pencapaian hidup.

Dampak positif: Rasa damai dan penerimaan diri.

Dampak negatif: Penyesalan mendalam dan rasa tidak puas.

Teori psikososial Erik Erikson memberikan pemahaman mendalam tentang tantangan perkembangan yang dihadapi manusia sepanjang hidup. Dengan mengenali setiap tahapan, kita dapat mendukung diri sendiri dan orang lain untuk tumbuh secara sosial dan emosional. Setiap krisis psikososial adalah peluang untuk berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan seimbang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun