Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Bagian ke 4] Catatan Perjalanan Relawan, Evakuasi dan Cerita Marinir

3 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 4 Januari 2022   23:25 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut kawasan permukiman yang belum dibersihkan dari puing bangunan (Dok. Firdaus Tanjung)

Menurut cerita seorang personel TNI-AL yang selamat dari gempa dan tsunami, sebagian besar mayat-mayat sudah banyak yang dievakuasi dan dikuburkan. Namun, beberapa kawasan masih banyak yang tertimbun bangunan.

Seorang marinir (kiri) menceritakan kisahnya saat sebelum dan sesudah gempa dan tsunami di sela-sela reruntuhan puing bangunan (dok. F. Tanjung)
Seorang marinir (kiri) menceritakan kisahnya saat sebelum dan sesudah gempa dan tsunami di sela-sela reruntuhan puing bangunan (dok. F. Tanjung)

Tentara ini ikut membantu menemani kami dalam survey. Ia menceritakan sebelum terjadi gempa dan tsunami, dirinya lagi berada di asrama. Beliau dan rekan-rekannya tengah istirahat sehabis aktivitas rutin. Tidak membayangkan gempa dahsyat itu terjadi.

Gempa pun mengguncang Bumi Serambi Mekah ini. Semua warga panic tapi tidak bisa berlari. Bila pun bisa bakalan tidak akan jauh. Pasti dibuat jatuh. Karena gempa sangat kuat membuat bumi seperti berayun-ayun.

Mereka hanya bisa bertahan di tempat. Ada yang dibuat berguling. Seketika bangunan banyak yang runtuh.

Salah satu kawasan permukiman penduduk di Ujung Kalak, Meulaboh yang rata tanah akibat gempa dan tsunami (dok. Firdaus Tanjung)
Salah satu kawasan permukiman penduduk di Ujung Kalak, Meulaboh yang rata tanah akibat gempa dan tsunami (dok. Firdaus Tanjung)

Rentang durasi gempa cukup lama. Menurutnya, mungkin lebih dari 5 menit. Gempa berskala 8,9 SR itu (sumber lain menyebut 9,1 SR) dengan cepat meruntuhkan dan meratakan bangunan.

Kemudian tentara tersebut dengan reflek berpegangan di tanaman merambat. Tak henti-hentinya ia istighfar dan dzikir. Betul-betul berasa seperti kiamat.

Sampai gempa reda, ia merasakan pusing. Penulis lupa nama personil tentara tersebut. Dia melihat ada rekannya tertimpa bangunan. Dan segera memberikan pertolongan.

Tak lama, air laut mulai surut. Awalnya perlahan lalu bergerak cepat ke tengah. Fenomena alam ini banyak warga yang tidak tahu bahwa bakalan datang gelombang yang akan meluluhlantakkan Aceh.

Setelah air laut surut cukup jauh, ada yang menyebut sekitar 1 km lebih. Disini terlihat dasar laut yang berisi ikan-ikan. Warga yang selamat di pinggir pantai mencoba mengambil ikan-ikan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun