Disini ada suatu pemandangan, membuat mata penulis benar-benar tidak berkedip. Gelombang laut yang cukup besar dari sebelah kiri kapal diperkirakan ada sekitar 4-5  meter mendekat. Kemudian kapal seperti  naik melambung. Lalu turun seakan terhempas ke bawah dan naik lagi.
Di suatu momen lain, kapal pun menerjang alunan gelombang. Lalu pecah menghantam haluan kapal. Ini membuat penulis dan yang lainnya dibuat bergidik.
Betapa tidak, saat menerjang ombak yang cukup besar, kapal sedikit menukik ke dalam laut. Sudah jelas air laut pun menerpa haluan dan geladak kapal. Kemudian kapal terangkat kembali.
Andai saja masih ada orang di sana sudah pasti tersapu oleh gelombang laut yang menerjang geladak. Dan sudah pasti terhempas ke laut.
Bisa dibayangkan kalau saja kapal tidak kuat mungkin bisa pecah. Tapi inilah yang namanya kapal perang di design betul-betul kuat untuk menerjang ombak besar.
Terbukti buatan Jerman ini benar-benar tangguh. Tidak salah negara itu sebagai salah satu yang terkenal dengan kekuatan armada lautnya.
Diperkirakan ada sekitar 2 jam lamanya kapal melewati gelombang yang cukup ganas di mata penulis. Sepertinya kapal sudah melewati Sumbar. Mungkin sudah menuju dekat (perairan) Sibolga.
Saat sore, hujan mulai berhenti. Laut terlihat kembali tenang. Tak terasa lembayung senja mulai menggores cakrawala. Namun, tetap belum bisa memperlihatkan kecantikannya menjelang mentari tenggelam. Â
Tak lama adzan maghrib berkumandang dari toa kapal. Para relawan yang muslim mulai melaksanakan perintah wajib ini. Sholat pun dikerjakan dengan dijamak dan ada juga dengan meng-qashar-nya.
Kemudian malam pun tiba. Malam ke dua di kapal. Makan malam mulai disiapkan oleh tim dapur relawan RKP. Tapi untuk malam ini kami yang pria terpaksa mengurus dapur.
Ini dikarenakan teman-teman cewek bagian dapur sudah tidak kuat dengan pusing yang disertai mual. Jadi pekerjaan dapur diambil alih para cowok.