Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[Bagian 3] Catatan Perjalanan Relawan, "Meulaboh Kami Datang"

29 Desember 2021   00:05 Diperbarui: 4 Januari 2022   00:52 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senjata Meriam di KRI Teluk Peleng 535. (Foto: Firdaus Tanjung)

Disini ada suatu pemandangan, membuat mata penulis benar-benar tidak berkedip. Gelombang laut yang cukup besar dari sebelah kiri kapal diperkirakan ada sekitar 4-5  meter mendekat. Kemudian kapal seperti  naik melambung. Lalu turun seakan terhempas ke bawah dan naik lagi.

Di suatu momen lain, kapal pun menerjang alunan gelombang. Lalu pecah menghantam haluan kapal. Ini membuat penulis dan yang lainnya dibuat bergidik.

Betapa tidak, saat menerjang ombak yang cukup besar, kapal sedikit menukik ke dalam laut. Sudah jelas air laut pun menerpa haluan dan geladak kapal. Kemudian kapal terangkat kembali.

Andai saja masih ada orang di sana sudah pasti tersapu oleh gelombang laut yang menerjang geladak. Dan sudah pasti terhempas ke laut.

Bisa dibayangkan kalau saja kapal tidak kuat mungkin bisa pecah. Tapi inilah yang namanya kapal perang di design betul-betul kuat untuk menerjang ombak besar.

Terbukti buatan Jerman ini benar-benar tangguh. Tidak salah negara itu sebagai salah satu yang terkenal dengan kekuatan armada lautnya.

Diperkirakan ada sekitar 2 jam lamanya kapal melewati gelombang yang cukup ganas di mata penulis. Sepertinya kapal sudah melewati Sumbar. Mungkin sudah menuju dekat (perairan) Sibolga.

Saat sore, hujan mulai berhenti. Laut terlihat kembali tenang. Tak terasa lembayung senja mulai menggores cakrawala. Namun, tetap belum bisa memperlihatkan kecantikannya menjelang mentari tenggelam.  

Tak lama adzan maghrib berkumandang dari toa kapal. Para relawan yang muslim mulai melaksanakan perintah wajib ini. Sholat pun dikerjakan dengan dijamak dan ada juga dengan meng-qashar-nya.

Kemudian malam pun tiba. Malam ke dua di kapal. Makan malam mulai disiapkan oleh tim dapur relawan RKP. Tapi untuk malam ini kami yang pria terpaksa mengurus dapur.

Ini dikarenakan teman-teman cewek bagian dapur sudah tidak kuat dengan pusing yang disertai mual. Jadi pekerjaan dapur diambil alih para cowok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun