Mabuk laut jelas tak bisa dihindari sebagian besar relawan. Belum lagi hujan turun menambah sedikit penderitaan. Ini  konsekwensi dari yang namanya suatu perjalanan laut bagi yang belum terbiasa.
Sewaktu di atas geladak saat istirahat penulis sempat melihat bagaimana kapal perang ini melaju di sisi alunan gelombang yang cukup besar. Perkiraan penulis ada sekitar 4 meter.
Di pagi harinya, hari kedua Senin (10 Januari) seperti biasa meski tidak cepat kapal melaju dengan tenang. Terlihat cuaca mendung berawan masih menyelimuti langit di pagi itu. Selesai sarapan pagi, para relawan tetap tidak banyak melakukan aktivitas.
Mungkin lebih banyak beristirahat setelah semalam dibuat pusing dan mabuk laut. Penulis pun juga hampir mabuk kalau gak keluar dari dalam lambung kapal.Â
Di atas geladak kapal, dibawah terpal yang cukup kuat dan tebal, disitu penulis istirahat. Beruntung dapat tidur meski hanya dua jam saja.
Penulis mendapat info, bahwa waktu yang dibutuhkan mencapai Meulaboh diperkirakan 2 hari. Menurut penulis, ini cukup lama sampainya. Tapi, sudahlah yang penting keberangkatan terlaksana dan sampai ke tujuan dengan selamat.
Di waktu siang, cuaca mulai cerah meski masih berawan. Beruntung ada sedikit hiburan pemandangan dilaut. Yaitu, beberapa ekor ikan lumba-lumba terlihat berenang mengiringi kapal kami. Cukup menghibur dan menghilangkan rasa jenuh setelah sehari berlayar.
Tak lama terdengar suara pemberitahuan dari toa kapal, bahwa para crew dan relawan agar tidak mendekat haluan dan pinggir kapal. Diminta untuk segera masuk ke dalam kapal. Hujan tak lama lagi akan turun.
Benar saja. Tak lama kemudian hujan kembali turun. Intensitas hujan barangkali bisa dikatakan sedang. Sama seperti tadi malam.
Laut mulai mengayunkan gelomnbangnya. Ini membuat laju kapal terlihat miring ke kiri dan kekanan. Belum ditambah dengan angin yang bertiup cukup kencang.