1) Wisata yang menghibur dan mendidik
2) Wisata yang berwawasan budaya
3) Wisata yang ramah lingkungan
4) Wisata berkelanjutan.
Membangun Wisata “Minded”
Setelah mengikuti dan memperhatikan kegiatan seminar internasional lewat meeting zoom, penulis ingin menyampaikan suatu hal yakni perlunya upaya optimasi membangun wisata “minded”.
Membangun kawasan Danau Toba bukanlah perkara mudah, tapi bukan pula sulit untuk membangunnya. Kerja sama lintas sektor harus sinergi dan terintegrasi.
Masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba tidak bisa ditinggalkan. Karena merekalah sebagai penghuni yang sudah lama yang akan merasakannya. Di situ akan terlihat sejauh mana keberhasilan yang didapat.
Tidak sekadar partisipasi, tapi diutamakan kepedulian bersama. Datangnya partisipasi itu setelah ada kepedulian. Dan kepedulian itu sendiri adalah soal kesadaran.
Kesadaran yang dibangun tentu dimulai dari masyarakat itu sendiri. Pola kemitraan perlu ada “bapak angkat” agar usaha masyarakat dapat di tampung dan dipasarkan. Pola ini harus betul-betul terarah dan terukur.
Kesadaran wisata, atau bisa disebut dengan sadar wisata, akan tumbuh bila wisata “minded” sudah bersemi di masyarakat. Ini akan menjadi suatu garansi bagi kemajuan suatu daerah wisata yang selanjutnya menjadi income buat masyarakat dan pemerintah.
Jadi bagaimana bisa sampai ke tingkat sadar wisata itu? Ini merupakan suatu persoalan tersendiri. Sadar wisata ini mungkin datangnya tidak bisa cepat, boleh jadi secara perlahan-lahan.
Bila sudah masuk ke “minded” sadar wisata maka terciptalah suatu pola karakter yang tumbuh. Ia bisa didapat atau berkembang dari naturally experience dan edukatif.
Pramu wisata maupun sebagai juru wisata yang ditunjuk perlu peningkatan wawasan tentang wisata minded tersebut. Untuk itu penambahan materi dan wawasan dari pemerintah maupun lembaga-lembaga yang berkompeten perlu dioptimalkan.