Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Lari Marathon di Padang? Cobalah Rute Ini dan Nikmati Alamnya

2 November 2017   13:38 Diperbarui: 2 November 2017   13:38 2985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali kita pernah mendengar istilah ungkapan "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat" yang pernah populer di tengah masyarakat pada era 90-an.

Aktivitas berolahraga ketika itu digelorakan kembali oleh pemerintah ke masyarakat. Tidak berlebihan rasanya ungkapan di atas dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan kuat.

Penulis sendiri waktu itu masih remaja yang duduk di bangku sekolah SMA di Padang, teringat dengan pesan guru olahraga, bahwa aktif berolahraga selain sehat akan mendapatkan usia harapan hidup yang panjang.

Tentu apa pun jenis aktivitas olahraganya harus sesuai dengan kemampuan fisik kita. Tidak boleh pula terlalu dipaksakan. Yang tentu bisa membuat kesehatan tubuh tidak stabil.

Olahraga lari adalah hal yang termudah dilakukan. Lari merupakan olahraga sederhana yang paling murah di dunia ini.

Aktivitas olahraga lari jelas dapat dilakukan siapa saja (pengecualian terhadap difabel-cacat fisik).  Waktunya, bisa pagi maupun sore hari.

Bagi penulis, olahraga lari memang sudah tidak asing lagi. Sejak kecil, sampai dewasa rutin melakukannya. Dalam semingu dua kali. Sesudah berumah tangga, masih tetap melakukannya. Meski sekarang sudah usia kepala empat, intensitas lari tentu tidak sebanding lagi ketika masa lajang yang boleh dikatakan bisa berlari sejauh 20 km.

Sejak pindah ke Medan akhir 2009 lalu, penulis masih tetap melakukan aktivitas lari meski sekali seminggu. Pernah juga melakukannya dua kali seminggu. Rata-rata waktu yang penulis gunakan 15 menit untuk sejauh 3 km saja.

Manfaat olahraga lari yang penulis rasakan yaitu sirkulasi darah dalam jaringan terasa lancar. Sisa oksidasi tubuh yang belum keluar ibarat "kerak" larut lagi berupa keringat yang keluar. Darah segar dari jantung mengalir ke seluruh tubuh. Dan nuansa fresh tentu dirasakan.

Selain itu, otak menjadi segar dan kepala terasa ringan. Begitu juga dengan lemak yang mengendap di tubuh dibakar lagi menjadi energi. Sehingga penyempitan pembuluh darah bisa dihindari. Tubuh pun akan menjadi proposional.  

Secara tidak langsung imunitas tubuh pun meningkat. Selain itu baik untuk otot dan kelenturan kulit. Dengan kata lain kulit akan kenyal dan padat.

Sewaktu masa lajang di Padang dulu, penulis melakukan aktivitas lari dua kali seminggu. Selain bersama teman terkadang bisa sendirian saja.

Berikut sedikit mengenang kembali secuil aktivitas penulis tentang olahraga lari ini ketika masa lajang di Padang.

Saat itu penulis melakukannya tidak saja semata untuk kebugaran dan menjaga kesehatan. Tapi secara tidak langsung mengajak warga lain terutama teman-teman penulis untuk ikut berpartisipasi dalam rangka mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Sehat.

Masih teringat di tahun 2000-an mulainya penulis concern dengan olahraga lari. Pada awalnya penulis melakukan sendirian saja. Lalu, lambat laun ada teman-teman yang akhirnya berminat juga lari bareng. Terkadang berdua saja dan di lain waktu bisa berlima.

Kota Padang di sebelah baratnya terdapat pantai dan laut, merupakan lokasi favorit dalam melakukan aktivitas olahraga, terutama lari dan jogging. Pantai dengan pemandangan yang indah tentu menarik minat pengunjung pada umumnya. Terlebih suasana sore menjelang matahari terbenam.

Tidak sedikit juga turis asing sering terlihat berlari di pantai ini. Bila hari libur terutama minggu pagi, ribuan manusia tumpah membanjiri Pantai Padang (bahasa lokalnya disebut taplaw  yang artinya tapilawik = tepi laut) untuk melakukan olahraga.

Jalan sepanjang kawasan Pantai Padang. (sumber gbr; fb- Anthoni Chaniago)
Jalan sepanjang kawasan Pantai Padang. (sumber gbr; fb- Anthoni Chaniago)
Beragam aktivitas olahraga dilakukan di Pantai Padang ini. Selain lari, ada yang bermain bola, berenang bagi yang pandai, dan berselancar (surfing). Tidak sedikit juga yang gowes.

Tentu sehabis berlari kita akan merasa haus dan hal ini tidak usah khawatir. Banyak pedagang yang menjual minuman, terutama kelapa muda di sepanjang pantai. Energi yang telah keluar akan segera kembali setelah minum kelapa muda sambil menikmati suasana pemandangan laut.

Tidak saja view pantai Padang yang indah. Bila ke Selatan Kota Padang, kita akan bertemu dengan jembatan Siti Nurbaya yang cantik. Dinamakan jembatan Siti Nurbaya, diangkat dari novel Siti Noerbayakarangan Marah Rusli yang terkenal itu.

Jembatan Siti Nurbaya (sumber gbr; jampangwordpress.com)
Jembatan Siti Nurbaya (sumber gbr; jampangwordpress.com)
Di seberangnya terdapat bukit bernama Bukit Gado-gado. Atau disebut juga dengan Bukit Siti Nurbaya, yang di dalam legendanya sebagai tempat disemayamkannya Siti Nurbaya. Tapi lazimnya bukit Siti Nurbaya itu disebut Gunung Padang. 

Pada kesempatan lain, penulis bersama teman (berdua), pernah melakukan lari, lebih ke arah lari marathon dari Pantai Padangmenuju Teluk Bayurdan  dari Teluk Bayur menuju pusat kota kembali pulang.

Dari pantai Padang kami berlari menuju kawasan Muara atau Sungai Batang Arau. Sepanjang kawasan ini kita bisa melihat bangunan lama peninggalan Belanda. Oleh Pemko Padang kawasan ini dijadikan sebagai kawasan cagar budaya.

Bangunan Lama peninggalan Belanda di Jl. Btg Arau-Padang. (sumber gbr; fb- Anthoni Chaniago)
Bangunan Lama peninggalan Belanda di Jl. Btg Arau-Padang. (sumber gbr; fb- Anthoni Chaniago)
Setelah melewati jembatan Siti Nurbaya yang cantik itu, kami berlari menyusuri jalan aspal di pinggir Sungai Batang Arau. Sungai ini salah satu sungai terbesar yang membelah Kota Padang dan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil nelayan,kapal pesiar, dan juga kapal barang skala kecil-menengah.

Sungai Bt. Arau(sumber gbr; fb - Chrisman Putra Jaguar)
Sungai Bt. Arau(sumber gbr; fb - Chrisman Putra Jaguar)
Selanjutnya kami menyusuri jalan setapak yang sedikit mendaki di Bukit Gado-Gado tersebut. Di bukit ini terdapat pemakaman lama etnis Tiong Hoa yang boleh dikatakan sebagai kawasan wisata ziarah bagi etnis tersebut. Track  mendakinya pun sebenarnya tidaklah terjal alias masih landai. Selebihnya jalan setapak yang datar.

Lokasi pemakaman Tionghoa di Bukit Gado-gado Padang. Di sini lintasan jalur menuju Pantai Air Manis (sumber; fb-Chrisman Putra Jaguar)
Lokasi pemakaman Tionghoa di Bukit Gado-gado Padang. Di sini lintasan jalur menuju Pantai Air Manis (sumber; fb-Chrisman Putra Jaguar)
Hawa sejuk perbukitan dengan udara yang bersih di pagi hari terasa menyegarkan paru-paru. Suara khas hewan di bukit seperti burung yang berkicau dan monyet seolah ikut meramaikan langkah lari kami. Dari sela-sela pepohonan terlihat pemandangan biru laut dengan pulau-pulau di kejauhan.

Dari situ juga bisa terlihat kapal-kapal besar yang lewat dari dan /atau menuju pelabuhan kapal Teluk Bayur. Begitu juga kapal kecil atau perahu nelayan yang sedang menjaring ikan. Jelas suguhan ini membuat mata jadi segar dan sehat.

Tidak butuh waktu lama, sekitar 20 menit kemudian jalan menurun dan bertemu pasir pantai dengan pohon kelapa yang berjejer sepanjang pantai. Ada juga jalan setapak di pinggirnya. Terserah, mau berlari di jalan setapak atau di pasir. Boleh berganti-ganti sesuai selera kita.

Seterusnya kami berlari menuju Pantai Air Manis yang memiliki icon dengan legenda Si Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu. Pantai di sini dibandingkan dengan Pantai Padang, memiliki hamparan pasir yang luas.

Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis (sumber gbr; steemit.com)
Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis (sumber gbr; steemit.com)
Di dekat kawasan ini ada hal yang menarik berupa fenomena alam, yakni terdapat satu pulau kecil bernama Pulau Pisang Ketek (Pisang Kecil). Bila pasang surut, jalan pasir akan terhampar dan mudah mencapai pulau tersebut. Waktu surutnya cukup lama. Rata-rata dimulai sekitar jam 10 pagi sampai tengah hari sekitar pukul 14.00 WIB.

Pantai Air Manis dan Pulau Pisang Ketek (sumber gbr; oknusantara.com)
Pantai Air Manis dan Pulau Pisang Ketek (sumber gbr; oknusantara.com)
P Pisang Ketek saat pasang surut (sumber; dananwahyu.com)
P Pisang Ketek saat pasang surut (sumber; dananwahyu.com)
Jaraknya pun tidak terlalu jauh sekitar lebih kurang 500 meter dari bibir pantai. Saat pasang naik, air bisa setinggi perut atau dada orang dewasa. Anak-anak tidak dianjurkan menuju pulau itu saat pasang naik.

Saat pasang surut di P. Pisang Ketek (sumber; antarasumbar.com)
Saat pasang surut di P. Pisang Ketek (sumber; antarasumbar.com)
Rasa letih dan lelah akan terbayar tuntas setelah sampai disini. Kami istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan alam dengan minum kelapa muda. Bila musim buah tiba, rambutan, mangga, manggis, dan durian juga dijual di sini. Sudah bisa terbayang bukan ?

"Lari marathon, kok banyak istirahatnya ?" Mungkin ini ada terselip di benak pembaca, bukan ?

Ya, terus terang kami lari marathon itu sambil "berwisata" menikmati alam. Yang terkadang juga berjalan kaki. Tidak mengejar target waktu seperti event-event resmi lari marathon.

Pantai Air Manis disebut juga dengan wisata alam. Di hari minggu atau hari libur lokasi ini ramai dikunjungi. Kebanyakkan yang berkunjung ke sini berasal dari luar provinsi Sumatera Barat dan tidak sedikit pula dari turis mancanegara.

Selanjutnya kami melanjutkan lari menuju Teluk Bayur. Suatu kawasan pelabuhan kapal yang terkenal dengan lagu "Selamat Tinggal Teluk Bayur" oleh artis Ernie Johan era 60-an.

Dari sini tracknya jelas menanjak. Sudut miringnya bisa berkisar 45 -- 60 derajat.  Ada dua rute sebenarnya untuk kembali ke pusat kota. Satunya lagi jalan aspal yang mendaki di perbukitan. Yang nantinya bertemu SMA Negeri 6 Padang.

Kami tidak memilih rute itu dan sengaja melalui jalur satunya lagi menuju Teluk Bayur. Bedanya rute yang kami lalui itu berupa jalan setapak yang sebagiannya dibuat berjenjang. Jalur pendakiannya tidak juga terlalu jauh.

Dari atas bukit ini kita bisa melihat dari jauh pelabuhan alam Teluk Bayur yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Di sini terlihat kapal-kapal ukuran besar. Pelabuhan Teluk Bayur ini berdekatan dengan pantai Air Manis. Hanya perbukitan saja sebagai pemisahnya.

Pelabuhan Teluk Bayur (sumber gbr; tempo.co)
Pelabuhan Teluk Bayur (sumber gbr; tempo.co)
Sesudah istirahat sejenak di Teluk Bayur, kami terus melanjutkan lari menyusuri trotoar sepanjang jalan untuk menuju pulang ke pusat kota.

Jauhnya lari marathon yang kami tempuh itu lebih kurang sekitar 18 km dengan durasi hampir 3 jam. Memang waktu tempuh yang sangat lama untuk ukuran sejauh itu. Tapi seperti di singgung uraian di atas, kami melakukannya dengan lari santai. Sewaktu-waktu berjalan dan istirahat sambil menikmati pemandangan alam.

Sekedar saran saja, tidak pula menutup kemungkinan, event lari marathon itu bisa dilakukan sepanjang rute yang pernah kami tempuh itu.

Kenapa tidak ? Selain kaya akan jenis dan objek wisata, Kota Padang atau Sumatera Barat umumnya, telah mendapat predikat sebagai destinasi wisata halal terbaik di Indonesia oleh Menteri Pariwisata baru-baru ini. Selain itu sukses juga dalam perhelatan lainnya yang berskala internasional seperti balap sepeda Tour de Singkarak, lomba perahu naga (dragon boat), paralayang dan lain-lain.

Tidak salah kiranya nanti bila event lari marathon berskala internasional bisa diselenggarakan di Kota Padang. Seperti yang baru-baru ini diadakan di Jakarta dengan event lari marathon Mandiri (29/10/2017) yang pesertanya mencapai 16.000 orang.

Suatu saat jika penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti event lari marathon Mandiri yang kabarnya diadakan tiap tahun, sudah tentu ingin mencobanya. Walaupun kondisi fisik tidak seperti masa lajang dulu yang bisa berlari jauh. Mungkin sanggupnya dengan jarak 10 km saja.

Semakin besarnya animo minat masyarakat terhadap aktivitas olahraga khususnya olahraga lari seperti yang telah dilakukan di Jakarta dengan sendirinya telah ikut berhasil menggemakan moto "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat". 

*****

Kawasan Pesisir Pantai Padang saat ini menjelang senja. Kenapa tidak suatu saat nanti event lari marathon skala internasional bisa diselenggarakan di sini. (sumber gambar; fb - Anthoni Chaniago)
Kawasan Pesisir Pantai Padang saat ini menjelang senja. Kenapa tidak suatu saat nanti event lari marathon skala internasional bisa diselenggarakan di sini. (sumber gambar; fb - Anthoni Chaniago)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun