Kolonel Sarwo Edhi mengamati dan memberikan arahan dari atas panser kepada pasukannya saat bertempur dengan lawan. Saat pembebasan Halim pada tanggal 2 Oktober gerak pasukan RPKAD juga membawa Panser Saracen. Termasuk untuk operasi pencarian para jenderal yang terbunuh di Lobang Buaya yang masuk kawasan Halim Perdana Kusumah.
Sebelum peristiwa Gestok terjadi, Indonesia sedang mempersiapkan konfrontasi dengan Malaysia. Sejak saat itu Inggeris sebagai Negara yang memberikan kemerdekaan kepada Malaysia (Negara Persemakmuran) menghentikan eksport panser ini ke Indonesia.
Sayang sekali, panser alat tempur ini akan digunakan pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965 yang seharusnya dilakukan di tempat semestinya, terpaksa dimulai dari Mabes TNI-AD. Panser Saracen inilah yang membawa 6 jenderal dan 1 perwira menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Mereka akhirnya dibunuh dengan tragis oleh bangsanya sendiri. Oleh fitnah /Hoax dari namanya issue Dewan Djenderal yang notabene suatu upaya kampanye hitam terhadap Angkatan Darat yang dilakukan oleh PKI beserta dedengkot lainnya.
Baru-baru ini bulan Agustus yang lalu, kita juga dikejutkan lagi oleh suatu group yang disinyalir kuat sebagai pabrik produksi kampanye hitam dengan konten-konten issue SARA. Mereka menamakan group mereka dengan nama Group Saracen (saracen.com).
Entah kenapa ujaran dan kampanye hitam ini dengan memakai nama Saracen. Proses penyidikkan masih berjalan oleh Polisi.
Bisa jadi juga, Jasriadi salah satu pentolan group Saracen, menggunakan nama group terobsesi dengan nama Panser Saracen. Ibaratnya, "peluru-peluru" fitnah itu sengaja dilontarkan bak senapan pada panser Saracen.
Sangat kita sesalkan !!