Salah satu alat angkut yang digunakan oleh pasukan RPKAD adalah kendaraan tempur jenis Panser. Kendaraan itu dinamakan Panser Saracen dan Saladin, buatan Inggeris yang diproduksi oleh pabrikkan Alvis tahun 1952.
Entah dari mana julukkan ini dimulai, tapi yang jelas oleh orang-orang Byzantium yang menyebar ke Eropa Barat, khususnya pasukan Salib. Oleh Inggeris, nama Saracen ini dijadikan untuk nama panser buatannya.
Mungkin karena terobsesi dengan kisah heroik pasukan kaum Muslim dengan panglima perang Saladin, maka ke dua nama itu ditabalkan kepada kendaraan tempur tersebut. Bagi Inggeris panser-panser ini digunakan juga saat perang menghadapi Irlandia Utara pada era 1950-an.
Secara resmi, Panser Saracen dan Saladin masuk ke Indonesia sekitar tahun 1961. Saat itu militer Indonesia sedang mempersiapkan pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan Tri Tura pada tahun 1962.
Panser-panser ini selain digunakan oleh militer Inggeris dan Indonesia juga digunakan oleh angkatan perang Libya, Kuweit, Arab, Jordania, Afrika Selatan, Nigeria dan Qatar.
Adalah Jenderal Ahmad Yani sebagai Deputi II Kepala Staf Angkatan Darat ketika itu yang menginisiasi rencana pembelian alutsista ke benua Eropa yaitu Inggeris. Berkat koordinasi dengan kedutaan KBRI di Inggeris, maka sebanyak 179 panser berhasil didatangkan.
Panser yang memiliki roda enam ini memakai mesin Rolls Roys B80 MK 6A dengan kekuatan 160 tenaga kuda dan berat 11 ton. Untuk senapannya digunakan jenis Browning M1919 yang konon jenis senjata kebanggaan Inggeris.
Tidak sekedar untuk mengangkut pasukan dengan kapasitas 10 orang, panser Saracen itu bisa difungsikan sebagai ambulance.
Pada saat penumpasan Gestapu, Panser Saracen inilah yang digunakan oleh pasukan RPKAD di Ibu Kota dan sekitarnya. Bisa kita lihat saat akhir film G-30-S/PKI, dengan gagahnya Kolonel Sarwo Edhi memimpin pasukannya di atas Panser.