Acara pelatihan ini selesai sekitar pukul 22.15 WIB. Setelah sebelumnya di akhiri dengan Doa bersama. Tidak lupa juga, dari pengurus jemaah memberikan cindera mata berupa buku yang berjudul "Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian”.
![Penyerahan buku sebagai cindera mata dari pengurus Ahmadiyah kepada Pak Venus {dok. Venusgazer]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/17/penyerahan-buku-58a7203d4123bdbe3c9bf2c4.jpg?t=o&v=555)
![Foto bersama dengan pengurus Pemuda Ahmadiyah dan anak-anak usai acara pelatihan [dokpri]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/17/photo-2017-02-17-19-48-41-58a71ec966afbd823da8296b.jpg?t=o&v=555)
![Tidak lupa ketinggalan sessi foto bersama ibu-ibu pengurus jemaah Ahmadiyah (Lajnah Imailah). [dokpri]](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/02/17/photo-2017-02-17-19-48-47-58a71f30f09273ff3db8e7ed.jpg?t=o&v=555)
Nuansa baru terbangun dalam semangat kebersamaan mencari ilmu, meski beda keyakinan. Kalau diistilahkan dengan meminjam moto baru dari Kompasiana “Beyond Blogging”, rasanya tidak berkelebihan juga aura demikian terpancar dari sini. Meski masih dalam bentuk skala kecil.
Komed yang berisi anggota lintas suku dan agama menyadari betul akan hal itu. Terkadang ada perbedaan dalam sudut pandang lain. Misalnya, tentang persiapan pelatihan jurnalistik ini harus dalam skala yang bagaimana dan berapa jumlah peserta serta dimana diadakan.
Beragam pendapat pun muncul. Dan pada essensinya saling mengisi tanpa ada merasa hebat. Tetap dalam jalur irama topik yang di bahas. Tawa dan canda pun hanya bersifat ‘virus” halus yang saling membangun.
Bagi komunitas kami, berbeda suatu hal yang sudah niscaya. Dalam berbeda-beda itu kami menemukan suatu unsur lainnya yakni aura kebersamaan untuk bisa saling berbagi. Apa lagi Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia yang banyak memiliki kultur budaya, ragam suku, bahasa, dan agama secara tidak langsung ikut mempengaruhi dalam interaksi sosial masyarakat.
Di Komed hanya semata membangun kecerdasan akal dalam melihat perbedaan. Berusaha menyampaikan pesan-pesan universal kemanusiaan dengan edukasi lewat penuli-penulisnya.
Kiranya, langkah kecil yang telah kami upayakan ini mendatangkan secercah harapan dalam membangun peradaban yang lebih maju lagi ditengah sumirnya hiruk pikuk pilkada.
Dan pelan namun pasti kami meretas sekat jalan itu.
Insya Allah.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer
*****
Medan, 17 Februari 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI