Untuk itulah pembangunan dan pemerataan ekonomi di mulai dari pinggiran. Tidak lagi terkonsentrasi di beberpa pulau. Azas keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia pun telah diwujudkan di Papua dengan pembangunan infra struktur dan harga minyak BBM yang sama di daerah lain.
Isyu SARA penistaan agama sangat mudah membakar api permusuhan kepada etnis tertentu. Tapi, lagi-lagi Pemerintah sangat cerdas dan jeli melihat gelagat upaya makar untuk menjadikan Negara ini chaos. Kerja dari intelijen Negara berhasil memetakan kekuatan unsure makar itu. Meski fakta belum mengarah kepada aksi anarkhis, tapi mereka bisa dikatakan sebagai tokoh-tokoh intelektual yang berpengaruh utuk menimbulkan kekacauan Negara.
Begitu cermat dan jelinya Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam membaca situasi tersebut. Dengan latar belakang karir penanganan terorisnya beliau cepat bertindak mengendus gerak gerik dan mengantisipasi upaya makar mereka.
Keberhasilan Polri dan TNI patut diacungi jempol. Ini tentu telah membuka mata dunia dalam cara penangan kasus isyu SARA di Indonesia. Supremasi hukum tetap dikedepankan dengan prinsip keadilan. Tidak pandang bulu. Proses hukum Ahok telah P-21 akan siap di bawa ke pengadilan dalam waktu dekat ini. Artinya pemerintah tidak main-main dalam hal penegakkan hukum. Tinggal menunggu proses di persidangan saja.
Jadi, negara-negara lain di dunia ini terutama Negara-negara Islam yang tengah berkonflik bisa belajar banyak dalam hal penangan konflik internal negaranya dengan cara yang diperlihatkan Presiden Jokowi. Dimana penyelesain konflik tidak harus dilawan dengan kekerasan.
Cara pendekatan yang humanis sangat ditonjolkan untuk meredam konflik yang lebih serius. Sikap yang low-profil Presiden kepada rakyatnya tidak menunjukkan untuk kalah. Justru sebaliknya, menghidupkan suasana Negara yang demokratis sebagai Negara Muslim terbesar di dunia.
Ego-sektoral telah dikesampingkan utuk mencapai Negara maju lewat program Nawa Citanya. Yang dimulai dengan wujud revolusi mental dan diaplikasikan dalam motto kerja-kerja-kerja.
Tidak mudah seorang kepala Negara bisa menjalankan hal ini. Kalau tidak beranjak dari niat yang tulus dan murni. Serta disokong oleh staf dan aparatur yang kuat dan bersih. Bahkan dalam waktu yang singkat baru dua tahun kepemimpinannya telah membuahkan hasil yang jelas bisa dirasakan oleh rakyat Indonesia.
Pemimpin yang shidiq, amanah dan fathanah dalam memperjuangkan nasib bangsanya memang tidak lepas dari intrik-intrik dan kritikan konyol oleh lawan-lawan politiknya. Tidak mudah memang dalam mengkosolidasikan ornament-ornamen kekuatan bangsa.
Tapi, “Tuhan tidak akan merobah nasib suatu kaum kalau kaum itu tidak merobah apa-apa yang ada di dalam dirinya”. Inilah yang menjadi spirit Jokowi nampaknya dalam revolusi mental. Memulai dengan semangat yang kuat dan tulus. Membangun jiwa dari dalam.
Semoga Allah Swt memberkan kekuatan dan petunjuk kepada Pemimpin bangsa dan Negara ini dalam menjalankan amanah rakyatnya. Serta melindungi segenap rakyat Indonesia dari perpecahan seperti Negara-negara di TimurTengah.