Dalam aksi 212 ini tidak ada terjadi hal-hal yang dapat membuat Negara jadi chaos. Meskipun indikasi itu ada, dengan ditangkapnya 10 orang oleh kepolisian setempat yangdi duga akan memanfaatkan situasi aksi damai ini dalam bentuk makar. Penangkapan ini dilakukan pada waktu dini hari atau beberapa jam aksi demo ini di mulai pagi harinya.
Lagi-lagi ini, menandakan bahwa kerja aparat keamanan (TNI/Polri) berhasil ‘meredam’ dengan cara persuasive kepada tokoh-tokoh ormas aksi damai tersebut. Begitu juga yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan mengundang tokoh-tokoh ulama dan ormas keagamaan ke istana. Dan dilanjutkan dengan menemui salah satu rivalnya saat Pemilu Presiden 2014 yang lalu yakni Letjen (purn) Prabowo Subianto. Dengan berkuda mereka melakukan diskusi santai membahas kemajuan bangsa. Hingga oleh lawan politik di sisi lainnya menyindir dengan istilah ‘lebaran kuda’.
Loby-loby (strategi) yang dilakukan pemerintah ini ternyata membuahkan hasil. Suatu cara yang patent kalau bukan dikatakan cerdas dalam berstrategi untuk mengantisipasi konflik yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi. Meredam aksi dengan cara damai dengan pola persuasive.
Nah, dengan cara yang demikian meyakinkan itulah Presiden Jokowi menyampaikan pesan kepada kita dan dunia, bahwasanya Indonesia sebagai Negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia bisa melakukan pendekatan dan berhasil meredam gejolak-gejolak politik dalam negeri yang bernuansa SARA .
Hal lainnya, bahwa cara-cara demikian memperlihatkan bahwa Pemerintah tidak harus mengatasi aksi-aksi demo dengan cara berkelebihan (stronght). Ada suatu cara yang manusiawi lagi untuk meredam terjadinya konflik. Loby berupa jamuan makan siang, minum teh bersama, naik kuda, serta mendatangi tokoh-tokoh agama memperlihatkan Presiden ada memiliki nuansa rendah hati. Pesan ini sekaligus menunjukkan kepada dunia terutama Negara-negara yang berkonflik seperti di Timteng dan sekitarnya. Begini looo…cara Indonesia mengatasi gejolak aksi demo.
Jokowi menggunaan cara tidak saja secara peraturan yang berlaku. Tetapi juga dengan cara yang dibawa oleh pembawa Islam ini yakni Rasulullah Nabi Besar Muhammad Saw dengan cara bijak, santun bil hikmah. Sekaligus membentuk pola karakter dakwah yang menyejukan.
Bila ada perbedaan tooh itu suatu yang dianggap bukan perpecahan sebagai musuh yang harus disingkirkan. Merangkul mereka yang berseberangan dengan pemerintah dengan cara santun dan damai. Perbedaan pandangan ini juga dijadikan sebagai kekuatan pada jati diri bangsa yang majemuk ini.
***
Kita bisa melihat bagaimana proses terjadinya kerusuhan di Mesir. Aktivis mengajak rakyat Mesir untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi pemerintah, dan kekuasaan presiden Hosni Mubarak, yang telah memerintah negara itu selama tiga dekade.
Aksi demonstran juga dimulai pada selesai sholat Jumat. Yang akhirnya meluas secara massive di lapangan Tahir Square. Presiden Mubarak yang terpilih secara resmi sebelumnya berhasil digulingkan. Dengan peristiwa kelam berdarah menghiasi laman-laman berita di dunia. Terlepas dari akar pokok permasalahannya, jelas aksi demonstrasi yang bertemu dengan aparat keamanan berujung bentrok.