Ketika penulis bertugas sebagai relawan gempa bumi & tsunami di Aceh 2004 yang lalu, teringat dengan jenis moda transportasi udara yang satu ini yaitu Helikopter Chinook. Heli ini sangat mobile dalam hal pengangkutan barang dan orang. Heli tempur ini disebut juga sangat ampuh dalam hal daya jelajahnya. Karena tergolong heli alat berat bisa menempuh perjalanan sejauh 700 Km lebih. Dengan kecepatan 315 Km/jam.
Tetapi disayangkan sekali, sampai ditayangkannya tulisan ini, negara Indonesia (TNI) belum memiliki Helikopter Chinook. Sempat hal itu penulis tanyakan kepada salah satu anggota TNI-AU yang bertugas di Satkorlak Kompi -C, Meulaboh (namanya lupa). Anggota TNI-AU tersebut mengatakan kita (Indonesia) belum memiliki heli ini. "Kalian beruntung sudah bisa menaikinya, sementara kami belum pernah merasakannya". Penulis juga menanyakan kenapa negara belum memilikinya, yang dijawab bahwa perencanaan untuk membeli itu sudah ada, tapi realisasinya belum ada sampai sekarang.
Penulis beruntung juga sudah pernah menaiki dan merasakannya, dari Meulaboh menuju Banda Aceh. Melihat pergerakan distribusi orang dan barang dalam jumlah besar, sudah sepatutnya Pemerintah segera mengadakan Heli Chinook ini. Mengingat negara kita negara agraris dan kepulauan, tentu jenis heli ini boleh dikatakan moda transportasi udara yang tepat. Melihat dari tragedi gempa dan tsunami di Aceh 2004 silam, jelas sekali kita tidak bisa berbuat banyak dalam hal mendistribusikan bantuan tenaga dan obat-obatan serta pangan. Aceh yang porak poranda tidak bisa dilalui lewat darat. Satu-satunya cara adalah lewat udara dalam pengiriman tenaga dan barang. Heli Chinook inilah moda yang ampuh dalam mengirimkan tenaga dan para relawan dalam skala besar (massive).
Begitu juga armada dari US NAVI Amerika, ketika kapal induknya Abraham Lincoln merapat ke Aceh dekat perairan Sabang. Mereka menyalurkan logistik makanan dengan Heli Chinook ini ke pedalaman Aceh. Di mana banyak pengungsi yang menyelamatkan diri ke perbukitan pedalaman Aceh. Dan disambut oleh warga dengan suka cita dalam penerimaan bantuan makanan dan obat-obatan. Belasan Heli Chinook terbang dari Kapal Induk Abraham Lincoln menuju titik-titik pengungsi. Boleh dikatakan Amerika lah sebagai negara asing yang pertama dalam hal distribusi tenaga dan logistik.
Tak lama berselang barulah beberapa negara Asing datang memberikan bantuannya. Seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Jepang, Korsel, dan negara-negara Eropa serta Asia lainnya. Masing-masing negara itu juga membawa Heli Chinook ini. Dengan adanya bantuan negara sahabat ini terasa sekali bagi para relawan memanfaatkannya sebagai alat transportasi menuju titik-titik kawasan pengungsi. BNPB dan BASARNAS ketika itu memang sedikit kewalahan dalam hal evakuasi korban dan pengiriman tenaga dan barang. Beruntung pemerintah (ketika itu Presiden SBY yang baru saja dilantik Oktober 2004) memberikan kemudahan bagi negara sahabat dalam menyalurkan distribusi tenaga dan logistik. Dengan catatan, moda transportasi udara (Heli Chinook) tersebut bisa juga digunakan secara gratis oleh para relawan lokal dalam rangka memberikan bantuan tenaga dan pengiriman barang.
Dan memang kenyataannya sekarang pemerintah sedang persiapan pengadaan Helikopter Chinook ini. Di mana lewat Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu sedang penjajajakan dengan Amerika. Yang mana anggarannya nanti dibahas dalam RAPBN akhir tahun ini (di sini). Meskipun pemerintah, dalam hal ini Menhan, merencanakan hanya 3 (tiga) unit yang akan dibeli. Toh..., tidak masalahlah. Biar sedikit, tapi ada. Negara tetangga saja sudah lama memilikinya.
Sekadar saran juga, jika 3 unit itu sudah deal dibeli, jangan lupa untuk transformasi ilmunya dengan PT Dirgantara kita. Ini yang pokok sekali. Dan memang harganya agak fantastis, sekitar per unitnya seharga US$ 29.810.000 (di sini). So, mungkin setelah 3 unit ini berada di Indonesia, tidak salah dibagi 3 lagi, yakni TNI - BASARNAS -BNPB. Mengingat negara kita yang berbukit-bukit dan kepulauan, dan rentan sekali akan bencana alam, maka heli inilah yang akan banyak berbicara dalam hal distribusi pasukan/tenaga dan logistik.
Dan nantinya, jika transformasi ilmu sudah didapat tentunya kita bisa membuatnya lebih banyak lagi. Mungkin saja tiap provinsi bisa memiliki 1 unit? Berarti ada 34 unit Chinook ditambah dengan yang dimiliki oleh TNI. Kenapa tidak? Ambisi demikian bisa juga diwujudkan asal anggaran-anggaran pemerintah betul-betul dioptimalkan tepat sasaran penggunaan. Apa lagi jika tax amnesty yang telah berjalan ini jika 50 % saja dari total ribuan trilyun itu masuk ke kas negara...., kenapa tidak heli ini bisa dibeli menjadi 10 atau 15 mungkin 20 unit didatangkan?
Apa lagi Presiden Jokowi sudah mencetuskan negara kita sebagai Negara Poros Maritim Dunia. Yang tentu saja negara ini harus memiliki basis udara yang handal dan tangguh di segala medan dan cuaca yakni adanya Heli Chinook tersebut.
Semoga ini terealisasi cepat dalam waktu 1 tahun ke depan.
Jaya selalu Negara-ku
NKRI adalah Poros Maritimnya Dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H