Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merindukan Kehadiran Helikopter Chinook di Nusantara

17 Oktober 2016   18:24 Diperbarui: 18 Oktober 2016   16:07 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di dalam heli Chinook Singapura dari Meulaboh menuju Banda Aceh (dokpri F .Tanjung)

Ketika penulis bertugas sebagai relawan gempa bumi & tsunami di Aceh 2004 yang lalu, teringat dengan jenis moda transportasi udara yang satu ini yaitu Helikopter Chinook. Heli ini sangat mobile dalam hal pengangkutan barang dan orang. Heli tempur ini disebut juga sangat ampuh dalam hal daya jelajahnya. Karena tergolong heli alat berat bisa menempuh perjalanan sejauh 700 Km lebih. Dengan kecepatan 315 Km/jam.

Tetapi disayangkan sekali, sampai ditayangkannya tulisan ini, negara Indonesia (TNI) belum memiliki Helikopter Chinook. Sempat hal itu penulis tanyakan kepada salah satu anggota TNI-AU yang bertugas di Satkorlak Kompi -C, Meulaboh (namanya lupa). Anggota TNI-AU tersebut mengatakan kita (Indonesia) belum memiliki heli ini. "Kalian beruntung sudah bisa menaikinya, sementara kami belum pernah merasakannya". Penulis juga menanyakan kenapa negara belum memilikinya, yang dijawab bahwa perencanaan untuk membeli itu sudah ada, tapi realisasinya belum ada sampai sekarang.

Posko Satkorlak Kompi -C di Meulaboh. Lokasi ini tempat landing & take-off Heli kopter dalam mengalirkan tenaga dan logistik serta evakuasi korban (dokpri F.Tanjung)
Posko Satkorlak Kompi -C di Meulaboh. Lokasi ini tempat landing & take-off Heli kopter dalam mengalirkan tenaga dan logistik serta evakuasi korban (dokpri F.Tanjung)
Chinook ini terbukti ampuh dalam hal evakuasi korban, barang, dan pasukan serta para relawan ketika itu. Memiliki kapasitas penumpang +30 orang. Masih segar ingatan penulis betapa heli ini mondar-mandir dari dan/ke Banda Aceh - Meulaboh. Membawa para relawan dan barang-barang bantuan berupa logistik. Memang terlihat heli ini kebanyakan di dominasi oleh negara asing seperti, Singapura, Malaysia, Jepang, USA, dan lain-lain. Tidak ada satu pun dari Indonesia. Dan kenyataannya Indonesia memang belum memilikinya.

Penulis beruntung juga sudah pernah menaiki dan merasakannya, dari Meulaboh menuju Banda Aceh. Melihat pergerakan distribusi orang dan barang dalam jumlah besar, sudah sepatutnya Pemerintah segera mengadakan Heli Chinook ini. Mengingat negara kita negara agraris dan kepulauan, tentu jenis heli ini boleh dikatakan moda transportasi udara yang tepat. Melihat dari tragedi gempa dan tsunami di Aceh 2004 silam, jelas sekali kita tidak bisa berbuat banyak dalam hal mendistribusikan bantuan tenaga dan obat-obatan serta pangan. Aceh yang porak poranda tidak bisa dilalui lewat darat. Satu-satunya cara adalah lewat udara dalam pengiriman tenaga dan barang. Heli Chinook inilah moda yang ampuh dalam mengirimkan tenaga dan para relawan dalam skala besar (massive).

Begitu juga armada dari US NAVI Amerika, ketika kapal induknya Abraham Lincoln merapat ke Aceh dekat perairan Sabang. Mereka menyalurkan logistik makanan dengan Heli Chinook ini ke pedalaman Aceh. Di mana banyak pengungsi yang menyelamatkan diri ke perbukitan pedalaman Aceh. Dan disambut oleh warga dengan suka cita dalam penerimaan bantuan makanan dan obat-obatan. Belasan Heli Chinook terbang dari Kapal Induk Abraham Lincoln menuju titik-titik pengungsi. Boleh dikatakan Amerika lah sebagai negara asing yang pertama dalam hal distribusi tenaga dan logistik.

Heli Chinook US NAVI Amerika lagi landing membawa bantuan logistik untuk pengungsi. Lokasi Ujung Karang Muelaboh (dokpri F. Tanjung)
Heli Chinook US NAVI Amerika lagi landing membawa bantuan logistik untuk pengungsi. Lokasi Ujung Karang Muelaboh (dokpri F. Tanjung)
Menariknya, mereka sedang berada dalam masa libur akhir tahun 2014 di perairan Hongkong sehabis bertugas di Irak. Ketika mendapatkan kabar ada gelombang besar berupa tsunami di ujung Barat Sumatra dari Hawai, armada ini langsung siap bergerak menuju lokasi. Alasan utama adalah Kemanusiaan (humanity first). Setelah sebelumnya meminta izin ke markas besarnya di Pentagon dan mengontak ke Pemerintahan Indonesia. Perjalanan kapal induk tersebut memakan waktu 5 hari sampai ke Aceh dari perairan Hongkong (kalau tidak salah). Uniknya, kapal ini tidak pernah membuka kecepatan penuh selama operasinya. Baru kali inilah Abraham Lincoln membuka kecepatan penuh untuk misi kemanusiaan.

Tak lama berselang barulah beberapa negara Asing datang memberikan bantuannya. Seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Jepang, Korsel, dan negara-negara Eropa serta Asia lainnya. Masing-masing negara itu juga membawa Heli Chinook ini. Dengan adanya bantuan negara sahabat ini terasa sekali bagi para relawan memanfaatkannya sebagai alat transportasi menuju titik-titik kawasan pengungsi. BNPB dan BASARNAS ketika itu memang sedikit kewalahan dalam hal evakuasi korban dan pengiriman tenaga dan barang. Beruntung pemerintah (ketika itu Presiden SBY yang baru saja dilantik Oktober 2004) memberikan kemudahan bagi negara sahabat dalam menyalurkan distribusi tenaga dan logistik. Dengan catatan, moda transportasi udara (Heli Chinook) tersebut bisa juga digunakan secara gratis oleh para relawan lokal dalam rangka memberikan bantuan tenaga dan pengiriman barang.

Salah satu titik posko pengungsi di pedalaman pesisir Aceh, dekat Calang (dokpri F. Tanjung)
Salah satu titik posko pengungsi di pedalaman pesisir Aceh, dekat Calang (dokpri F. Tanjung)
Pabrik Semen Andalas saksi bisu keganasan gempa dan tsunami 26 Des 2004 (dokpri F. Tanjung)
Pabrik Semen Andalas saksi bisu keganasan gempa dan tsunami 26 Des 2004 (dokpri F. Tanjung)
Kondisi Terkini
Dan memang kenyataannya sekarang pemerintah sedang persiapan pengadaan Helikopter Chinook ini. Di mana lewat Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu sedang penjajajakan dengan Amerika. Yang mana anggarannya nanti dibahas dalam RAPBN akhir tahun ini (di sini). Meskipun pemerintah, dalam hal ini Menhan, merencanakan hanya 3 (tiga) unit yang akan dibeli. Toh..., tidak masalahlah. Biar sedikit, tapi ada. Negara tetangga saja sudah lama memilikinya.

Sekadar saran juga, jika 3 unit itu sudah deal dibeli, jangan lupa untuk transformasi ilmunya dengan PT Dirgantara kita. Ini yang pokok sekali. Dan memang harganya agak fantastis, sekitar per unitnya seharga US$ 29.810.000 (di sini). So, mungkin setelah 3 unit ini berada di Indonesia, tidak salah dibagi 3 lagi, yakni TNI - BASARNAS -BNPB. Mengingat negara kita yang berbukit-bukit dan kepulauan, dan rentan sekali akan bencana alam, maka heli inilah yang akan banyak berbicara dalam hal distribusi pasukan/tenaga dan logistik.

Dan nantinya, jika transformasi ilmu sudah didapat tentunya kita bisa membuatnya lebih banyak lagi. Mungkin saja tiap provinsi bisa memiliki 1 unit? Berarti ada 34 unit Chinook ditambah dengan yang dimiliki oleh TNI. Kenapa tidak? Ambisi demikian bisa juga diwujudkan asal anggaran-anggaran pemerintah betul-betul dioptimalkan tepat sasaran penggunaan. Apa lagi jika tax amnesty yang telah berjalan ini jika 50 % saja dari total ribuan trilyun itu masuk ke kas negara...., kenapa tidak heli ini bisa dibeli menjadi 10 atau 15 mungkin 20 unit didatangkan?

Apa lagi Presiden Jokowi sudah mencetuskan negara kita sebagai Negara Poros Maritim Dunia. Yang tentu saja negara ini harus memiliki basis udara yang handal dan tangguh di segala medan dan cuaca yakni adanya Heli Chinook tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun