Akan tetapi seiring berjalannya waktu, ketika bencana itu terulang kembali 2009, warga tidak bisa mengingat kembali akan upaya edukasi tersebut. Artinya hanya sebatas pengetahuan saja yang diketahui tetapi tidak menyentuh ke dalam aksi nyata untuk menghindari kepanikkan yang luar biasa. Itu terekam jelas di mata penulis betapa hiruk pikuk wanita dan anak-anak ketika menyelamatkan diri. Tidak tentu arah berlari mau kemana.
Padahal sesuai dengan petunjuk dari BNPBD Kota Padang telah memberikan arah petunjuk titik-titik evakuasi yang dibagi beberapa zona sebagai tempat titik evakuasi. Dari sini memang terlihat lemahnya koordinasi antara warga dengan lembaga yang ditunjuk oleh pemerintahan.
Beberapa petunjuk itu disebarkan melalui bentuk denah dan peta. Untuk denah dibuat plank yang di pasang di pinggir jalan raya. Untuk peta jalur evakuasi ditempelkan di gedung-gedung sekolah, kantor-kantor kelurahan dan camat, fasilitas sosial serta pusat belanja.
Edukasi Lewat Peran (Iklan) Sandiwara Radio.
Penulis pun teringat kembali, bahwa di stasiun Radio RRI Padang kala itu sekitar tahun 2007 (kalau tidak salah) ada alur “iklan” berupa edukasi tentang bencana alam.
Disitu disiarkan, sewaktu gempa bumi telah terjadi dan diiringi tsunami, warga diperlihatkan begitu panik. Suasana begitu mencekam karena diiringi dengan angin kencang. Tak lama setelah itu muncul iklan tentang upaya-upaya menghindar dari runtuhnya gedung dan tsunami. Tidak hanya Radio RRI yang mengiklankannya, juga radio milik swasta ikut menyiarkannya.
Dalam diskusi interaktif di RRI Padang, para pakar menyampaikan tentang masalah gempa dan tsunami. Kita dianjurkan untuk tidak panik dan tetap berusaha mengurangi resiko bencana, terutama dari segi korban jiwa. Penulis pun pernah ikut dalam acara talk show demikian. Disamping memberikan pertanyaan juga memberikan saran dan masukan kepada nara sumber.
Dan acara ini pun terbukti efektif dalam edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Dapat dilihat dari banyaknya telpon yang masuk ke meja operator. Sehingga acara tanya jawab itu dibagi dalam tiga session. Di pandu dengan dua moderator yang piawai dalam memandu acara. Sehinga warga yang mendengar dimana saja ikut memberikan pertanyaan dan sumbang saran kepada nara sumber.
Ada beberapa cara/ langkah persiapan dalam mitigasi bencana alam gempa dan tsunami yang lebih ditujukan kepada setiap keluarga yang berada kawasan tinggalnya dekat pantai (penulis dapatkan dari pengalaman bencana gempa di Padang, dan disadur dari beberapa sumber) :
1) Pra-bencana.
- Sediakan tas / ransel minimal ukuran 40 liter.
- Masukkan barang berharga dan / atau dokumen penting seperti surat-surat berharga dan ijazah ke dalam tas tersebut dan dibungkus dengan map plastik yang kedap air.
- Lalu tambahkan makanan dan minuman. Misal, kacang-kacangan, coklat, roti, mie instan, air mineral, beras, kopi, teh, gula dan susu balita (jika memiliki balita). Ini bisa dikondisikan kembali sesuai kebutuhan skala keluarga. Yang perlu diingat perlu memperhatikan expire makanan dan minuman tersebut.
- Perlengkapan masak (mini tools) seperti masting dan kompor mini. Bisa didapatkan di toko-toko perlengkapan kemping (disarankan).
- Charger HP / power bank.
- Senter dan batrei cadangan.
- P3K praktis.
- Tambahkan mantel hujan (rain coat) dan payung.
- Sediakan plastik terpal ukuran 4 x 6 beserta tali (disarankan).
- Matras / spoon dari busa sebagai alas tidur (disarankan).
- Beritahu semua anggota keluarga, bahwa jika nanti sesudah gempa reda, maka siapa saja yang dirumah atau berhasil pulang kerumah barang-barang tersebut segera diambil.
- Selanjutnya tentukan tempat titik bertemu atau titik evakuasi warga yang telah ditentukan oleh pemerintah.