Janur seringkali kita temui dalam tradisi kehidupan masyarakat Nusantara. Pernah mendengar ungkapan atau peribahasa "sebelum janur kuning melengkung"?.Â
Ungkapan ini sebenarnya berasal dari hiasan janur kuning yang melengkung biasanya dipasang menyerupai pintu masuk saat acara pernikahan. Atau janur kuning melengkung yang dibuat menjadi kembar mayang, umbul umbul (penjor) yang dipasang sebagai tanda adanya pernikahan.
Ngomong-ngomong soal tradisi pernikahan, pernahkah kamu berpikir kenapa janur seringkali dijumpai pada tradisi dan adat Jawa khususnya pernikahan?. Jika kamu tinggal di daerah Jawa, Bali, atau Sunda, tentu tidak asing lagi dengan istilah janur kuning.Â
Pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini berasal dari daun muda pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia. Janur telah jamak dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai hal dan fungsi. Mulai dari keperluan kuliner seperti pembuatan bungkus ketupat, ritual tradisi, keagamaan, hingga elemen estetika dekoratif.
Baca juga : Sebelum Janur Kuning Melengkung
Janur (dari bahasa Jawa )
Asal kata 'janur' berasal dari bahasa Jawa yang mengambil unsur serapan bahasa Arab, yakni "sejatining nur" yang berarti (sejatinya cahaya, cahaya illahi, cahaya sejati, penerang) yang bermakna mencapai tujuan yaitu menggapai cahaya Ilahi. Sementara kata 'kuning' maknanya adalah sabda dadi, yang artinya berharap semua keinginan dan harapan dari hati atau jiwa yang bersih dan tulus akan terwujud.Â
Dengan demikian, janur kuning mengisyaratkan harapan yang mulia untuk selalu mendapatkan ridho Ilahi. Harapan yang baik ini dimanifestasikan dengan pelaksanaan hajatan dengan tata-cara yang baik pula. Di sinilah esensi sesungguhnya yang ada pada janur kuning yang dipahami oleh masyarakat Jawa.
Masyarakat suku Bali, Jawa, dan Sunda biasa memanfaatkan janur untuk dianyam. Teknik merangkai janur mencapai puncak estetika di Bali dan di Jawa. Bisa dilihat pada upacara-upacara keagamaan serta perkawinan.Â
Janur yang masih terangkai pada tangkai daun diikat dengan bambu panjang, dan kemudian anyaman janur dipasang pada ujungnya dipasang di gerbang atau tepi jalan disebut umbul-umbul (Jawa) atau pnjor (bahasa Bali).Â
Di Jawa, sepasang hiasan kombinasi janur, buah-buahan, serta bunga-bungaan dipajang di tepi pelaminan pada upacara perkawinan, yang disebut kembar mayang "mayang sepasang" sebagai simbol penyatuan dua individu dalam wadah rumah tangga. Hiasan serupa juga ditemukan dalam upacara-upacara di Bali.
Janur dalam tata adat istiadat tradisi upacara Jawa dianggap sebagai elemen penting. Masyarakat Jawa menyimbolkan janur sebagai manifestasi dari terwujudnya atau tercapainya harapan yang baik karena ridha Tuhan.
- Janur dimaknai sebagai "Sejatining Nur" (sejatinya cahaya, cahaya illahi, cahaya sejati, cahaya penerang)
- Warnanya yang putih kekuningan melambangkan cahaya terang dan harapan yang memiliki hajat agar niat nya diridhai Allah, diberi cahaya terang dalam hidupnya kedepannya, diberi kemudahan dimasa-masa mendatang.
- Janur merupakan cikal daun kelapa, pohon kelapa sendiri merupakan tanaman yang dikenal semua bagian dari pohonnya berguna dari mulai buah, bunga (manggar) , daun, lidi, hingga batangnya.
- Khususnya dalam upacara pernikahan, janur melambangkan cahaya dan cikal bakal (membangun) kehidupan baru dan lahirnya kehidupan2 baru yang diharapkan menjadi berkah dan bermanfaat untuk keluarga dan sesama.
- Janur yang lentur dan luwes dan dapat dibentuk menjadi bentuk2 unik dan hiasan yang indah bahkan bungkus makanan (kembar mayang, penjor, ketupat) melambangkan keluwesan pribadi manusia dalam menghadapi tantangan jaman, kehidupan, tak mudah putus asa, dan mampu bergerak dinamis dalam menjalani hidup.
- Janur yang merupakan bagian dari tumbuhan / tanaman merupakan simbol perlambang bahwa manusia hidup berdampingan dengan alam dan harus menjaga keseimbangan dan kelestarian alam.
Janur yang telah dipisahkan dari tangkai daun serta tulang anak daunnya dapat dianyam atau dirangkai menjadi bermacam-macam bentuk dalam seni merangkai janur. Janur juga dianyam dan dipakai untuk membungkus makanan, karena tahan panas dan kuat.Â
Seperti halnya ketupat, bakcang, serta burasa adalah contoh-contohnya. Selain itu, janur juga dapat dianyam menjadi semacam wadah untuk membungkus makanan sepulang dari kenduri.
Berikut ini adalah pemanfaatan janur yang sering ditemui dalam upacara adat maupun kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
- Gegar Mayang atau Mayang Sari
Bagian-bagiannya sendiri terdiri dari mahkota (kipas, buah-buahan dan bunga), badan bagian atas, badan bagian bawah dan tatakan. Pada bagian ujung atasnya dihias dengan buah-buahan atau bunga hidup.
 - Kembar mayangÂ
 - Tarub
 - Umbul umbul / penjorÂ
 - Bungkus makananÂ
 - Kerajinan tangan dan mainan tradisional
Demikian artikel yang kami olah dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat, artikel ini juga kami post di www.narasiinspirasi.com dengan judul 6 Hal Yang Terbuat Dari Janur Dalam Pernikahan Tradisi Adat Jawa . Jangan lupa baca juga Kumpulan Kata Bijak Pepatah Jawa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H