Entah ini sebuah kebetulan atau memang sesuatu yang telah dikonsep sebelumnya, namun hal ini sejalan dengan tema Synchronize Fest 2019 ini yang juga mengangkat tema soal lingkungan.Â
Bagi saya, visi Synchronize dan Barasuara ini sejalan sebagai pihak yang sama-sama melihat kerusakan lingkungan ini sebagai sebuah ancaman serius.
Bayangkan jika sepuluh atau lima belas tahun lagi tempat yang kita tinggali ini akan terendam air karena setiap harinya permukaan tanah di Jakarta terus menurun.
Tentang Album "PQ-Race dan Perjalanan"
Barasuara mulai merilis dan menjual album barunya, PQ-Race dan Perjalanan, pada hari pertama Synchronize Fest 2019, Jumat lalu. Di album ini Barasuara menyajikan versi aransemen lagu "Pikiran dan Perjalanan" dari masing-masing personelnya, Iga, TJ Kusuma, Marco, Gerald, Puti, dan Asteriska.
Masing-masing versi aransemen para personel membawa warna musik sesuai dengan mereka masing-masing. Mulai dari versi Marco yang bernuansa elektronik, Gerald dengan akustik dan harmonisasi melodi, hingga Asteriska dengan warna musik kedaerahan.
Album ini adalah album yang dibuat sebagai sebuah perayaan rilisnya video clip lagu "Pikiran dan Perjalanan." Masing-masing personel Barasuara selain bermusik di Barasuara juga memiliki side-project bersama grup musiknya masing-masing. Hal ini tentu karena masing-masing dari mereka memiliki warna musik yang berbeda dengan musik Barasuara. Berangkat dari hal ini, mereka membuat versi aransemen lagu "Pikiran dan Perjalanan" sesuai dengan warna musik para personel.
Menurut hemat saya sebagai pendengar Barasuara, album ini adalah interpretasi dari lagu "Pikiran dan Perjalanan" itu sendiri. Isi kepala setiap manusia itu pasti berbeda-beda. Hal inilah yang kemudian mereka tuangkan di album ini sebagai sebuah hal yang baru dan menyenangkan.Â
Dengan masing-masing versi dari para personel tidak lantas membuat mereka merasa versi dari mereka masing-masing yang layak menjadi versi utama lagu ini. Mereka tetap menggunakan versi aransemen Barasuara sebagai aransemen asli lagu "Pikiran dan Perjalanan" karena sejatinya, walaupun tiap isi kepala manusia berbeda-beda, jika bisa menemukan kesepakatan bersama maka akan menjadi sesuatu yang indah.
Jadi, sudahkah Kompasianer menikmati album "PQ-Race dan Perjalanan" dari Barasuara? Bagaimana menurut Kompasianer?