Mohon tunggu...
Frizka Amelia Sundha
Frizka Amelia Sundha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dunia membutuhkan literasi sebagai konsumsi sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Darurat Membaca!

16 Desember 2024   01:25 Diperbarui: 16 Desember 2024   01:22 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca adalah proses memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis informasi yang disampaikan melalui teks tertulis. Aktivitas ini melibatkan interaksi antara pembaca dengan kata-kata, kalimat, dan paragraf untuk memperoleh makna, pengetahuan, atau wawasan baru. Membaca tidak hanya sekedar melihat kata-kata, tetapi juga melibatkan kemampuan kognitif untuk memproses, menghubungkan informasi dengan pengalaman, serta mengambil intisari atau pesan dari apa yang dibaca. Membaca juga memainkan peran penting dalam perkembangan literasi, pemikiran kritis, serta peningkatan kemampuan komunikasi dan pemahaman seseorang terhadap dunia sekitarnya.

Data menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami darurat membaca atau krisis literasi, berdasarkan beberapa indikator internasional dan nasional. Beberapa data yang menguatkan kondisi ini adalah:

1. Peringkat Literasi Global
Indonesia sering kali berada di peringkat rendah dalam hal literasi. Studi Most Literate Nation in the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada 2016 menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal literasi. Hal ini menunjukkan rendahnya kebiasaan dan budaya membaca di kalangan masyarakat Indonesia.

2. Indeks Minat Baca Nasional
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, indeks minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Pada 2020, indeks ini hanya mencapai 0,001 (dari skala 0 hingga 1), yang berarti hanya sedikit orang yang memiliki kebiasaan membaca. Ini mencerminkan kurangnya kesadaran pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Durasi Membaca
Survei UNESCO mencatat bahwa rata-rata orang Indonesia hanya membaca sekitar 0,001 buku per tahun. Data lain menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu hanya sekitar 6 jam per minggu untuk membaca, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara maju yang penduduknya rata-rata membaca lebih dari 20 jam per minggu.

4. Ketergantungan pada Media Visual dan Digital
Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia sangat besar, namun mayoritas waktu yang dihabiskan di internet adalah untuk mengakses media sosial, video, dan hiburan, bukan untuk membaca artikel, jurnal, atau buku digital yang berkualitas.

5. Tingkat Membaca Anak-anak
Menurut hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan oleh OECD pada 2018, kemampuan literasi siswa Indonesia berada di peringkat ke-74 dari 79 negara yang disurvei. Kemampuan siswa dalam memahami bacaan, menafsirkan teks, dan menggunakannya dalam konteks kehidupan sehari-hari masih sangat rendah.

6. Kurangnya Akses ke Bahan Bacaan
Data dari Perpustakaan Nasional Indonesia menunjukkan bahwa 60 persen sekolah di Indonesia tidak memiliki perpustakaan yang memadai. Selain itu, jumlah perpustakaan per kapita di Indonesia juga masih sangat rendah, sehingga akses masyarakat terhadap buku dan bahan bacaan berkualitas terbatas, terutama di daerah terpencil.

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan kondisi darurat membaca di Indonesia:

1. Rendahnya Minat Baca
Banyak survei menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Banyak masyarakat lebih memilih hiburan visual atau digital, seperti menonton televisi atau mengakses media sosial, dibandingkan membaca buku atau artikel.

2. Kurangnya Akses terhadap Buku dan Bahan Bacaan
Di banyak daerah, terutama di pedesaan dan wilayah terpencil, akses terhadap buku dan bahan bacaan berkualitas sangat terbatas. Minimnya perpustakaan yang memadai serta harga buku yang relatif mahal menjadi kendala utama.

3. Fasilitas Perpustakaan yang Terbatas
Perpustakaan di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah atau di daerah-daerah terpencil, seringkali kurang memadai. Koleksi buku yang terbatas, fasilitas yang kurang nyaman, serta kurangnya promosi penggunaan perpustakaan membuat minat membaca semakin rendah.

4. Budaya Literasi yang Lemah
Budaya membaca belum menjadi tradisi yang kuat dalam keluarga atau masyarakat. Banyak orang tua dan lingkungan sosial yang kurang memberikan dorongan kepada anak-anak atau generasi muda untuk membiasakan diri membaca sejak dini.

5. Dominasi Teknologi dan Konten Digital
Era digital membawa kemudahan akses informasi, namun juga memperkuat budaya konsumsi konten instan seperti video pendek, media sosial, dan aplikasi berbasis hiburan, yang menggeser kebiasaan membaca konten yang lebih mendalam seperti buku atau artikel ilmiah.

6. Kualitas Pendidikan yang Tidak Merata
Sistem pendidikan di beberapa daerah masih belum fokus pada pengembangan literasi yang kuat. Siswa lebih banyak diarahkan untuk menghafal pelajaran dibandingkan mengembangkan kemampuan analitis melalui kegiatan membaca dan berdiskusi.

7. Minimnya Program Literasi yang Efektif
Meskipun sudah ada berbagai program pemerintah dan organisasi untuk meningkatkan minat baca, implementasi di lapangan sering tidak optimal. Program literasi sering bersifat seremonial dan kurang berkelanjutan.

8. Tantangan Sosial-Ekonomi
Banyak keluarga di Indonesia masih berfokus pada kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal, sehingga membeli buku atau langganan media cetak tidak menjadi prioritas. Faktor ekonomi ini turut menghambat kebiasaan membaca di kalangan masyarakat.

Fakta-fakta ini menguatkan bahwa Indonesia berada dalam kondisi darurat membaca, dan diperlukan upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk memperbaiki situasi ini, seperti dengan meningkatkan akses terhadap bahan bacaan, mempromosikan budaya literasi, serta memperbaiki kualitas pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun