Ada unsur tidak rela dari orang-orang kulit putih, dalam novel ini,  ketika melihat  kemajuan yang diperoleh dari kaum yang selama ini mereka pandang  rendah. Bahwa yang terburuk dari sebuah prasangka terhadap 'Negro' adalah ketika Si Putih menganggap keberhasilan Si Hitam akibat kebaikan Si Putih.Â
Harper Lee memperlihatkan perangai buruk  karakter protagonisnya , seperti karakter Atticus yang tidak lagi menjadi seperti seorang santo. Lalu, Henry Clinton yang bersedia menjadi penjilat agar mendapatkan validasi. Siapa sangka, keluarga Finch yang terhormat, yang hubungannya terlihat  baik-baik saja dengan Negro, malah lebih rasis dan mereka berusaha menutupi hal itu melalui kebaikan setengah hati.Â
Â
Novel ini ditulis ketika Amerika sedang menjalani kebijakan segregasi rasial. Sedari dulu rasisme terhadap warga kulit hitam telah mengakar di negara itu.  Hal ini kontradiktif dengan fakta bahwa Amerika  adalah negara pencetus HAM , yang justru seolah melegalkan kekerasan dan ketidakadilan terhadap golongan minoritas, seperti warga kulit hitam.
Namun rasisme bukan hanya masalah Amerika saja, melainkan juga masalah negara-negara di dunia yang semestinya dikikis agar kehidupan menjadi lebih baik. Melalui karakter Jean Louise, Haper Lee mengajak pembacanya agar tetap menggunakan hati  nurani meskipun harus melawan arus.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H