Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Go A Watchman", Kasih Si Putih yang Pura-pura

23 Januari 2025   21:15 Diperbarui: 23 Januari 2025   21:05 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber  Gambar : Dokumen Pribadi

Dua  puluh  tahun yang lalu, Atticus Finch  membela seorang kulit hitam, Tom Robinson.  Penduduk Maycomb menuduhnya telah merudapaksa seorang gadis kulit putih, Mayella Ewell. 

Atticus menjadi pengacara Tom dan bukti-bukti yang dia kumpulkan merujuk pada ketidakbersalahan lelaki itu. Rupanya  ayah Mayella, Bob Ewell,  menjebak Tom.  Ayah Mayella itu tidak ingin penduduk Maycomb menuduhnya sebagai pelaku kekerasan seksual terhadap putrinya sendiri, sehingga dia menjadikan Tom sebagai tumbal dengan memanfaatkan prasangka masyarakat terhadap warga kulit hitam. 

Penduduk Maycomb percaya saja dengan tuduhan itu sebab Tom adalah Si Kulit Hitam.  Meskipun bukti-bukti sudah menunjukkan fakta, namun tetap saja Tom menjadi terhukum. Dia mendekam di balik jeruji besi dan harus bekerja paksa pula. Atticus Finch boleh saja  kalah dalam persidangan itu. Tetapi bagi anak-anaknya, terutama  Jean Louise, Atticus adalah sosok yang mengagumkan. Seorang pembela kebenaran dan keadilan tanpa pandang bulu. Dia seperti Justisia versi laki-laki.  Tetapi dua puluh tahun kemudian, Jean Louise memiliki pandangan lain tentang ayahnya itu. 

 

 

Semua bermula saat  Jean Louise pulang ke Maycomb, kota fiksi. Dia bekerja  di New York sebagai pengacara dan selalu  melakukan ritual tahunannya untuk bertemu dengan ayah, bibi dan teman dekatnya, Henry.  Jean Louis bertanya-tanya apakah kepulangannya kali ini tepat atau tidak, sebab baru hari saja pertama, dia sudah bertengkar dengan bibinya, Alexandra yang konservatif dan doyan mendikte. 

Alexandra adalah kakak perempuan Atticus yang menurut Jean Louise, bertolak belakang dengan kepribadian ayahnya. Itulah sebabnya Jean Louise tidak pernah akur dengan bibinya itu. Jean Louise adalah sosok  idealis dan berjiwa bebas, sementara Alexandra hanya menganggap Jean Louise sebagai pembangkang. Suatu ketika dia mengunjungi ayahnya di pengadilan Maycomb County. Dari sanalah dia mendapati bahwa kekagumannya pada sang ayah telah menguap. 

Novel Go Set A Watchman adalah sekuel dari To Kill Mocking bird. Meskipun sekuel, namun novel ini adalah yang karya pertama Harper Lee. Bila dalam To Kill Mocking Bird  Harper Lee mengisahkan  cara pandang sosok anak kecil berusia delapan tahun dalam menanggapi isu-isu sosial di sekelilingnya., maka dalam Go Set A Watchman dikisahkan bagaimana Jean Louis menghadapi ketegangan rasial,  juga bagaimana Jean Louise telah tumbuh mendewasa menjadi pribadi yang kritis dan berintegritas. 

Harper Lee juga  mengungkap jati diri Atticus yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan  Jean Louis mendapati fakta bahwa ayahnya bergabung dalam Ku Klux Klan .  Dia menyadari  Maycomb dan bahkan ayahnya telah berubah, atau sedari dulu memang begitu.  Isu rasial tetap menjadi  tema utama dalam sekuel ini. Harper juga ingin menunjukkan bahwa kebaikan para warga kulit putih kepada warga kulit hitam, hanyalah kamuflase, penuh kemunafikan dan rasa dengki. Misalnya saja kata-kata sarkasme Alexandra.

Menjaga agar pekerja Negromu senang sekarang ini seperti melayani raja... kau harus melayani mereka hingga kau bertanya-tanya sebenarnya siapa bekerja pada siapa.  (hal 175)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun