Pada April tahun 2023 lalu, seorang pria paruh baya bernama Paul Makenzie ditahan oleh  kepolisian Kenya karena doktrinnya yang menyimpang.
Doktrinnya yang menyimpang itu telah menyebabkan ratusan orang , sebagian besar anak-anak, tewas dengan kondisi malnutrisi.
Para pengikut Mackenzie, jemaat dari Good News Internasional Church, diperintahkan untuk berpuasa agar bisa masuk surga.Â
Makenzie mengklaim bahwa kiamat akan terjadi pada 25 April di tahun itu. Sebelum hari itu datang, para jemaat harus menahan lapar, dengan tujuan menyucikan diri dari dosa-dosa agar layak bertemu Tuhan.
Kisah Sekte KematianÂ
Judul Buku        : The MartyrÂ
Penulis            : Choo Jong NamÂ
Penerjemah       : Ria Febriyani
Penerbit          : Bhuana SastraÂ
Tahun Terbit      : 2023 (versi Indonesia)
Jumlah Halaman  : 441  halamanÂ
No. ISBNÂ Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 9786230410253
Sekte-sekte apokaliptik,  semacam sekte yang dipimpin oleh  Paul Mackenzie ini,  meminta para jemaatnya melakukan hal-hal yang absurd agar mencapai surga dengan instan.Â
Mereka percaya pada Hari Penghakiman Tuhan.  Mereka akan menentukan waktunya  berdasarkan nubuatan-nubuatan yang ditafsir secara asal, serta mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-H.Â
Sebagian dari penganut sekte ini, akan melakukan bunuh diri bersama demi mencapai surga yang diidamkan.
Dalam novel ini tersebutlah Choi Jae Kwon juga melakukan hal yang sama.  Dia adalah seorang pendeta dari gereja  yang menganut ajaran Eskatologi periode Hari Akhir.Â
Choi Jae Kwon memanfaatkan anak-anak adopsinya agar menarik banyak orang untuk datang ke gerejanya.Â
Kebetulan seorang anak asuhnya yang bernama Lee Seon-Min mampu melihat masa depan, sehingga ini kesempatan bagi Choi untuk meraup untung.
Choi mengenalkan anak-anak itu sebagai 'Utusan Tuhan', para malaikat kecil yang dipakai Tuhan untuk menubuatkan kehendakNya, pada para jemaat.Â
Choi membangun kesan bahwa kata-kata yang dilontarkan oleh para utusan ini adalah perkataan Tuhan juga dan para jemaat harus mempercayainya.
Melalui penglihatan para anak Tuhan, Choi berkata bahwa kiamat akan datang pada akhir Oktober. Oleh karena itu, para jemaat agar mempersiapkan diri.Â
Suatu ketika, seorang pria bernama Kim Ki Joon menghajar Choi di depan para jemaat. Â Kim marah karena Sugyeong, istrinya, menjadi pengikut gereja yang ajarannya sesat ini.Â
Hal yang membuat Kim semakin berang adalah ketika istrinya itu menyerahkan seluruh biaya perawatan putra mereka pada Pendeta Choi.
Kim  dulunya adalah seorang wartawan sosial, namun berganti haluan menjadi wartawan selebritas.
Dia akan menguntit dan memeras mereka bila berita skandal mereka tak ingin diungkap ke publik.Â
Kim melakukannya semata-mata karena butuh uang untuk biaya perawatannya anaknya yang koma setelah insiden tabrak lari.Â
Namun, Kim berbalik arah.  Bersama dengan temannya yang seorang detektif, dia menyelidiki gereja tersebut apalagi setelah salah satu Utusan Tuhan  bernama Kim  Min Ju ditemukan gantung diri dengan luka-luka lebam di tubuhnya.Â
Saat itu, dia bertemu dengan Lee Seon Min, seorang Utusan Tuhan, yang nanti akan banyak membantu Kim dalam investigasi ini.
Choi bukanlah tokoh utama dalam novel ini, melainkan Kim Ki Joon sebagai tokoh 'dia' Â dan Lee Seon Min sebagai tokoh 'aku'. Â
Narasi yang dikembangkan oleh penulis cukup baik sehingga mampu menguras emosi pembacanya, terutama saat Choi , dalam doanya, seenaknya saja memerintahkan Tuhan untuk menyadarkan secepatnya putra Kim yang sedang koma.
 Kami tidak meminta keajaiban untuk membuat orang buta kembali dapat melihat atau orang lumpuh bisa berjalan. Bapa kami, sampai 28 Oktober, hanya sampai hari peristiwa pengangkatan nanti terjadi, kami mohon tolong jagalah putra dari anak domba yang sedang sakit ini. Lalu, di hari ketika 144.000 orang percaya, yang terpilih, pergi bersama-Mu saat Engkau turun kembali ke bumi dan kita bersama naik ke langit...saat itulah silahkan ambil nyawa anak itu. (Hal 59)
Novel ini memenangkan penghargaan kontes cerita ke-7 di Korea Selatan.Â
Penulisnya, Choo Jong Nam,  juga membuat skenario untuk drama musikal dan film. Novelnya yang lain berjudul My Lovely Boxer sudah diadaptasi ke  dalam serial drama.
Ada beberapa kesalahan teknis dalam penulisan novel ini, seperti beberapa kalimat yang kurang lengkap atau ditambahi sehingga membuat pembaca bingung dan menyebabkan multitafsir. Tetapi hal itu tidak mempengaruhi jalan cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H