Seorang anak perempuan berusia delapan tahun menjadi korban pembunuhan di  Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara.Â
Tifa, anak perempuan yang dibunuh itu sebelumnya sempat dinyatakan hilang oleh keluarganya. Â Pelakunya bernama Aning (24) yang tak lain adalah tante korban. Seperti yang dilansir dari detikcom (20/1/24), pelaku mengajak korban untuk memetik sayur.
Tifa yang polos khas anak-anak  tentunya tak berpikiran buruk pada tantenya itu. Anak perempuan itu tak tahu kalau pisau yang dibawa Aning akan menghujam tubuhnya. Membuat lehernya terpisah dari badannya.
Setelah membunuh Tifa, Aning mengambil perhiasan Tifa  dan mendorong tubuh anak kecil itu ke selokan. Aning kembali ke rumahnya untuk mandi.  Dengan membawa anak balitanya yang tadi dia titipkan di rumah seorang saudara , dia bergegas pergi ke toko perhiasan untuk menjual hasil jarahannya.Â
Uang hasil penjualan perhiasan itu dia belikan handphone baru yang sudah lama dia idamkan. Dia juga membeli popok untuk anak balitanya dan beberapa cemilan.Â
Sebelum jasad Tifa ditemukan, dengan lagak tak berdosa, Aning membeberkan kesaksian tentang kali terakhir dia melihat Tifa pada  Bupati Mongondow Timur yang pada saat itu mengunjungi rumah orang tua korban.Â
Rasanya ngilu ketika saya membaca berita ini. Betapa besar pengaruh harta kekayaan pada seseorang hingga sanggup menutupi hati nurani.Â
Kasus ini viral di media sosial beberapa hari terakhir. Dari sana, saya mendapat jugai bahwa Aning masih sempat-sempatnya berdoa pada Tuhan agar perbuatan bejatnya itu tidak ketahuan. Waduh!
Di daerah Ketapang beberapa waktu lalu, juga dikabarkan  bahwa seorang bocah perempuan bernama Yesa menjadi korban penyiksaan oleh orang tua angkatnya.
Orang tua angkat  Yesa ini masih memiliki hubungan keluarga dengan orang tua kandung  Yesa. Dalam tradisi Suku Dayak pengangkatan anak oleh sanak keluarga lumrah terjadi. Tujuannya adalah menjamin kehidupan si anak angkat.Â