Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita dari Laut Aru

15 Januari 2024   07:26 Diperbarui: 15 Januari 2024   07:26 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak lama wilayah perairan selalu mendominasi kisah-kisah sejarah  tentang penaklukkan, penjelajahan,  perang, dan berbagai peristiwa penting di muka bumi ini. Laut Aru ( Arafura) pun demikian. Pertama kali wilayah ini disebutkan dalam catatan Joan Blaeu pada  1663.  Wilayah ini  diapit oleh Australia dan Papua. Sumber daya alamnya yang utama  adalah perikanan udang dan telah berkontribusi sebanyak 30 persen terhadap hasil ekspor Indonesia. Sebagaimana lautan yang  memiliki banyak kisah, Laut Aru  pun demikian. Laut Aru sudah lama menyimpan cerita itu. 

Ingkarnya Belanda

Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda,  menyisakan satu persoalan pelik, yaitu masalah status Irian Barat. Baik pihak Republik maupun Belanda sama-sama memiliki kepentingan atas wilayah itu.

Sejak Sidang BPUPKI II, pihak Republik telah bersepakat bahwa wilayah Irian Barat  menjadi bagian dari NKRI. Sementara Belanda merasa masih memiliki kepentingan di Irian Barat.

Meskipun terjadi perdebatan sengit antara pihak Republik dan Belanda, namun disepakati bahwa Irian Barat harus kembali ke pangkuan NKRI paling lama satu tahun sejak perjanjian KMB. 

Akan tetapi,  Belanda ingkar janji. Irian Barat belum juga dikembalikan. Pihak Republik pun berang. Republik  segera mengambil sikap. Masalah Irian Barat menjadi program kebijakan pemerintah. 

Selain itu, Republik juga melakukan upaya untuk membebaskan Irian Barat.  Dalam bidang ekonomi, pihak Republik melakukan aksi boikot terhadap produk-produk buatan Belanda. 

Republik juga menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, seperti perusahaan listrik, air minum, perkapalan, hingga perusahaan perkebunan. Setidaknya, kurang lebih seratus perusahaan Belanda dinasionalisasi oleh Republik.

Para pekerja juga melakukan aksi mogok kerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Maskapai penerbangan Belanda dilarang masuk ke wilayah Indonesia. Hal tersebut berdampak bagi perekonomian Belanda yang macet.

Meskipun demikian, Belanda bersikukuh mempertahankan Irian Barat. Pihak Republik mencari cara lain. Masalah Irian Barat dibawa ke forum PBB hingga KAA. Banyak negara yang bersimpati pada Republik. 

Tetapi itu tetap tidak membuat Belanda luluh. Irian Barat tak kunjung dikembalikan. Konflik Indonesia dan Belanda semakin meruncing. Presiden Soekarno menyerukan Trikora. Pihak Republik memutuskan untuk melakukan operasi militer. Sebagai persiapan, dibelilah perlengkapan senjata dari Uni Soviet. 

Pertempuran Laut Aru 

Pada 2 Januari 1962, dibentuklah Komando Mandala yang dipimpin olelh Mayor Jenderal  Soeharto. Komando Mandala ini bertugas untuk merencanakan, mempersiapkan, serta menyelenggarakan operasi-operasi militer untuk membebaskan Irian Barat.

Komando Mandala kemudian menyusun rencana infiltrasi. Menyusup diam-diam ke Perairan Arafuru.  Empat kapal perang berjenis Motor Torpedo Boat  dikerahkan. Mereka adalah KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, KRI Harimau, dan KRI Singa. 

Kapal-kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok pada 9 Januari 1962. Sayangnya KRI Singa tidak dapat mencapai Arafuru. Pada 15 Januari 1962, tiga kapal perang tiba di Laut Arafuru. Kapal-kapal itu kemudian bergerak menuju Kaimana pada pukul 17.00 WITA.

Rupanya operasi rahasia yang sedang dijalankan tersebut  diketahui oleh Belanda. Armada perang mereka seketika menyerang  kapal perang Republik, baik dari laut maupun udara. Kapal perang Belanda yang bernama Kortenaer menembakkan peluru. 

KRI Macan Tutul dan KRI Macan Kumbang  melakukan serangan balasan dengan menembakkan meriam. Saat itu, Komodor Yos Sudarso memerintahkan ketiga kapal untuk menjauhi armada perang Belanda. Mereka berbelok.

Setelah berbelok, KRI Macan Tutul melaju menghadang Belanda yang saat itu menyerang KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang.  Kedua kapal perang berhasil selamat. Namun, KRI Macan Tutul terkena tembakan.

Yos Sudarso kemudian mengumandangkan pesan agar terus mengobarkan semangat pertempuran. Suara dentuman meriam terdengar lagi. Tembakan dari kapal Belanda itu menghantam kembali KRI Macan Tutul. Kapal itu tenggelam dan Komodor Yos Sudarso gugur. 

Monumen Yos Sudarso di Kota Tegal. Sumber gambar: wikimedia commons 
Monumen Yos Sudarso di Kota Tegal. Sumber gambar: wikimedia commons 

Akhir dari Masalah Irian Barat

Untuk menyelesaikan konflik Indonesia dengan Belanda, PBB turun tangan dengan mempelopori Perjanjian New York yang ditandatangani 15 Agustus 1962. Inti dari perjanjian tersebut adalah mengenai pemindahan kekuasaan atas Irian Barat dari Belanda ke Indonesia.

Sementara itu untuk mengenang pertempuran Laut Aru dan kepahlawanan Yos Sudarso, maka setiap 15 Januari diperingati sebagai Hari Dharma Samudera. 

Referensi : 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun