Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari buku Fumio Sasaki ini. Pertama, bahwa menumpuk barang ada bahayanya, yaitu ketika kita menjadi budak oleh barang itu sendiri. Salah satu hal  yang menunjukkan citra diri seseorang adalah barang-barang yang dimilikinya. Makin mahal barang dan berkelas  tersebut, maka makin tinggi nilai dirinya.Â
Fumio Sasaki menulis bahwa semakin banyak barang yang dibeli, semakin keras pula upaya untuk meningkatkan jumlah koleksi barang tersebut yang akan mewakili kualitas diri kita. Barang-barang tersebut akan menjelma menjadi diri kita sehingga kita akan didikte olehnya.Â
Akhirnya, kita akan terus menerus meningkatkan jumlah barang karena hal tersebut merupakan instrumen yang akan mengangkat citra diri. Akibatnya, kita menghabiskan banyak waktu dan energi untuk merawat benda-benda mati itu.Â
Nilai diri kita tidak ditentukan oleh seberapa banyak barang yang kita punya. Barang bisa membuat kita senang, tapi tidak lama. Â (hal 3)
Kedua, bahwa situasi minimalis dapat memberikan ruang dan waktu untuk mengerjakan apa pun yang kita sukai.Â
 Sekarang, bayangkan berada dalam penerbangan pulang. Semua barang yang yang pada awalnya dikemas rapi kini berdempetan tak keruan dalam koper. Oleh-oleh yang kita beli tidak cukup dimasukkan ke dalam koper sehingga harus ditenteng…Ini adalah keadaan maksimalis. Situasi dengan kadar stres yang tinggi cenderung terjadi saat kita membawa barang lebih dari yang kita bisa. ( hal 4-5)
Ketiga, bahwa hidup minimalis dapat membuat pilihan lebih pintar saat membeli barang. Artinya, kita harus benar-benar memastikan apakah barang-barang tersebut berguna. Fumio menulis bahwa sasaran minimalisme adalah berfokus pada hal-hal penting, dan menghapus barang-barang yang kurang penting dan menghalangi pikiran.Â
Minimalis juga ternyata bermanfaat bagi kehidupan berumah tangga. Fumio mencontohkan seorang rekan kerjanya yang membuat peraturan dengan istrinya bahwa mereka tidak boleh boleh lari dari hadapan masing-masing lalu masuk ke ruangan terpisah ketika sedang bertengkar.
Fumio menuturkan bahwa ketika tinggal di rumah kecil, tidak  ada pilihan untuk melarikan diri ke ruangan terpisah. Tidak ada pilihan lain selain selain menghadapi masalah dan berusaha saling memahami untuk kemudian mencari jalan keluar. (hal  202).
Buku ini juga memuat 55 kiat untuk berpisah dari barang, 15 kiat menuju minimalisme ketika kita sudah bertekad untuk berpisah dari barang-barang kita, dan hal-hal yang berubah ketika kita memutuskan untuk hidup minimalis. Fumio juga menulis pengalaman para kenalannya ketika menjalani hidup minimalis seperti dirinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H