Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

28: Kisah Anjing dan Mata Merah

9 Desember 2023   07:00 Diperbarui: 4 Januari 2024   21:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, wabah mata merah dan anarki. Awalnya, seorang pria paruh baya yang tewas dengan mata merah.Anjing-anjing peliharaanya juga tewas dengan kondisi yang sama.  Paramedis yang menangani pasien paruh baya itu juga mengalami hal yang sama. Mata mereka merah. Semerah darah. Para pasien semakin banyak yang berdatangan ke rumah sakit. Tidak ada yang selamat setelah mengalami gejala. Baik dari manusia maupun anjing. Mata merah telah merenggut nyawa mereka. 

Kapten melanjutkan kata-katanya : "yang lebih menakutkan adalah tidak ada seorang pun tahu penyakit apa itu. Menurut dokter yang bertugas, tidak ada obat yang mempan. Katanya, sehari setelah mata pasien mulai merah, suhu tubuh pasien langsung naik sampai melewati 40 derajat celsius, lalu dua atau tiga hari kemudian, si pasien akan mengalami pendarahan di paru-paru.  (Hal 155)

Dalam waktu kurang tiga bulan, mata merah mewabah. Banyak warga yang meninggal. Hwayang pun dilockdown. Hal pertama yang membuat saya miris sekaligus ngeri adalah pembantaian yang dilakukan pada para anjing. Pemerintah menduga wabah ini disebabkan oleh anjing.

Dreamland milik Jae-Hyeong tak luput dari incaran tentara yang mengadakan 'pembersihan' pada anjing. Mereka menembaki anjing-anjing itu. Seketika Dreamland menjadi ladang pembantaian. Selain ditembak, anjing-anjing lain dikubur hidup-hidup. 

Hal kedua adalah aksi anarkis baik yang dilakukan oleh para tentara maupun oleh warga. Para tentara akan menembak setiap warga yang mencoba untuk ke luar dari Hwayang, sementara warga Hwayang menjarah supermarket, merampok, bahkan saling membunuh. 

Moral yang ingin disampaikan oleh penulis dalam kisah ini adalah setiap makhluk hidup memiliki nilai yang tersendiri.  Tidak ada alasan untuk saling menyakiti hanya karena manusia menempati level atas dari makhluk hidup lainnya. 

Ini juga kisah yang berutang banyak pada hewan-hewan yang tewas mengenaskan akibat keegoisan kita (Jeong-You-Jeong) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun