Karena novel ini sangat tebal dengan alur cerita yang membingungkan, maka diperlukan konsentrasi serta kesabaran dalam membaca lembaran-lembarannyaÂ
Tetapi tetap saja. Ada hal-hal menarik yang ditampilkan oleh para tokoh yang membuat saya sampai terheran-heran.
Pertama, saat Florentino yang telah berusia sepuh pergi menemui Fermina yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya.Â
Florentino yang telah menjaga cintanya selama lima puluh tahun sekali lagi menyatakan cintanya pada wanita pujaannya itu.
Fermina, katanya, aku sudah menunggu kesempatan ini selama lebih dari setengah abad. Di depanmu, aku ingin mengulang sekali lagi sumpah setia abadi dan cintaku yang kekal (hal 96)
Kedua, kebucinan Florentino. Dari semua novel klasik yang sudah saya baca, tokoh utama pria dalam novel ini memiliki tingkat kebucinan tertinggi pada pasangannya.Â
Misalnya, saat di awal-awal masa pendekatan dengan Fermina, Florentino rela tidak tidur hanya untuk membalas surat Fermina.
 Dia bahkan menggunting rambutnya sendiri dan memasukkannya di dalam surat yang akan dia kirimkan untuk Fermina.
Pemuda itu mengiriminya puisi-puisi mini yang ditulis kelopak-kelopak Camellia dengan ujung jarum. Florentno, dan bukan Fermina, yang dengan nekat menyelipkan guntingan rambutnya di salah satu surat...(hal 129)
Florentino ini memang sosok yang hiperbolik dan juga nyentrik. Mau bertemu sang pacar saja pun, saat awal-awal masa pacarannya dengan Fermina, pakai puisi ucapan selamat datang segala.Â
Mungkin begitulah orang-orang zaman dulu mengekspresikan rasa cintanya.