Mohon tunggu...
Fri Yanti
Fri Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pengajar

suka hujan, kopi, sejarah, dan buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Berjuang Melalui Tulisan

10 November 2022   07:00 Diperbarui: 10 November 2022   07:21 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman depan Medan Prijaji yang terbit pada 2 April 1910 (sumber : majalahversi.com via wikimedia.org)

Abdoel Moeis juga banyak mengecam Pemerintah Kolonial melalui tulisannya dan pernah dimuat dalam Harian De Express.

Beliau ditangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur. Di sanalah beliau menulis novel Salah Asuhan. 

Roehana Koeddoes

Ruhana dan R.A. Kartini hidup sezaman. Bila Kartini  tokoh emansipasi  wanita yang berasal dari Jawa, maka Ruhana adalah tokoh emansipasi yang berasal dari Tanah Minang.

Ruhana tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi beliau diajari membaca, menulis, berhitung oleh tetangganya yang baik hati. Sejak sudah mengenal huruf, Ruhana menjadi gemar membaca dan menulis. Sejak usia delapan tahun, beliau mahir berbahasa Jawa, Minang, dan bahkan  bahasa Belanda. 

Ruhana merupakan wartawati perempuan pertama. Beliau mendirikan Soenting Melaju  dan  banyak menulis tentang kaum perempuan dan keprihatinannya pada minimnya sekolah bagi kaum putri.  Sama seperti Kartini, Ruhana mengajak kaum perempuan untuk berjuang agar lebih maju.

Beliau juga berisi tentang kritikan terhadap pemerintah kolonial, seperti praktik pergundikan dan tindakan tidak manusiawi yang dilakukan Belanda terhadap buruh perkebunan Tembakau Deli di Sumatera.

Soenting Melajoe, surat kabar perempuan pertama (sumber gambar: wikimedia.org)
Soenting Melajoe, surat kabar perempuan pertama (sumber gambar: wikimedia.org)

Para tokoh ini, meskipun tidak terjun ke lapangan sembari mengangkat senjata , namun melawan melalui tinta dan kertas. Memang mereka berakhir dengan cara diasingkan, namun tulisan mereka mampu mengobarkan semangat bangsa untuk berjuang mencapai kemerdekaan.

Referensi :

Moedjanto, G, Indonesia Abad Ke-20 jilid I, Kanisius : Jakarta, 1988

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun