Untuk faktor-faktor selanjutnya seperti keinginan untuk pembelajaran seumur hidup, keberagaman sosial dan budaya, fleksibilitas, kreatifitas, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dapat dilihat dengan berkembangnya komunitas-komunitas kreatif yang ada di Kota Metro. Faktor-faktor ini harus mendapat prioritas yang lebih di masa yang akan datang untuk mengoptimalkan karakter Smart People. Pemerintah Kota harus lebih sering turun tangan dan bukan sekedar urun angan dalam berinteraksi langsung dengan komunitas-komunitas tersebut sebagai perwakilan dari masyarakat kota pada umumnya. Gap yang ada bisa dijembatani dengan penggunaan media sosial yang perkembangannya saat ini semakin menghilangkan batas jarak dan waktu, apalagi birokrasi. Penggunaan media sosial ini pun tidak memerlukan banyak biaya namun perlu ada penanganan khusus.
Parameter IQ untuk mengembangkan karakter Smart Mobility atau Pergerakan yang Pintar bisa dilihat dari keberhasilan dalam pembangunan infrastruktur transportasi umum yang berkualitas. Tidak hanya dari aspek ketersediaan saja tetapi juga dari aspek pelayanan dan manajemennya. Pembangunan infrastruktur transportasi umum ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas lokal pada khususnya yang sementara ini sangat kurang memadai. Bisa dilihat dalam keseharian masyarakat yang saat ini sangat tergantung pada moda transportasi pribadi karena transportasi umum kurang bisa untuk diandalkan dalam memenuhi tuntutan pola hidup modern yang serba cepat dan dinamis.
Setelah aksesibilitas lokal bisa ditingkatkan, baru kemudian pemerintah kota bisa mencoba memperbaiki aksesibilitas regional, nasional, sampai internasional yang mana melibatkan kerjasama dan knowledge transfer dengan pihak pemerintahan yang lain. Apabila transportasi umum di Kota Metro bisa dibangun dengan baik, tentunya Kota Metro bisa menjadi acuan bagi kabupaten/kota yang lain khususnya di Provinsi Lampung dan umumnya di seluruh penjuru Indonesia. Prioritas pembangunan infrastruktur transportasi umum inipun dapat diintegrasikan dengan pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen maupun pelayanannya. Seperti yang diprakarsai oleh Nadiem Makarim pendiri Go-Jek, layanan angkutan umum yang mengandalkan aplikasi mobile.
Sedangkan untuk parameter EQ-nya, karakter Smart People bisa ditinjau dari tinggi rendahnya wawasan lingkungan dari masyarakat Kota Metro. Ada beberapa kemajuan yang bisa dilihat di antaranya yaitu pendirian sebuah bank sampah yang diprakarsai oleh komunitas yaitu Bank Sampah Cangkir Hijau di Kelurahan Rejomulyo, Metro Selatan yang merupakan hasil kerjasama Komunitas Cangkir dengan Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro. Dari pendirian bank sampah ini masyarakat bisa mulai secara mandiri mengelola sampah dengan dimulai dari memisahkan sampah kemudian mendaur-ulang sendiri atau menyerahkan kepada bank sampah sampai kepada tahapan mengurangi jumlah keluaran sampah. Juga ada gerakan mengurangi kantong plastik dan menggantikan dengan kresbag yang dimotori oleh sekumpulan pemuda pemudi kreatif dari kota Metro.
Potensi lain yang harus terus menjadi prioritas adalah prestasi-prestasi yang diraih oleh beberapa sekolah negeri di Kota Metro di bidang lingkungan hidup. Hanya saja capaian ini harus ditingkatkan pada tahapan berikutnya yaitu implementasi pada keseharian siswa dan gurunya. Siswa terutama harus menjadi agent dalam mentransfer pengetahuan lingkungan hidup dari lingkungan sekolah ke lingkungan rumahnya. Selanjutnya, event-event yang notabene bermanfaat bagi lingkungan hidup seperti misalnya Car Free Day dan Festival Hijau harus terus diselenggarakan dengan terus menambah muatan-muatan pengetahuan yang diselipkan dalam konsep hiburan dan rekreasi. Harapannya adalah kegiatan yang menunjukkan pentingnya menjaga lingkungan hidup ini dapat merubah keterpaksaan menjadi kebiasaan pada akhirnya.
Yang terakhir kita bisa meninjau karakter Smart Mobility dengan parameter EQ melalui keberhasilan Kota Metro dalam menjaga dan bahkan mengoptimalkan potensi kondisi fisik kota yang masih memiliki prosentase Ruang Terbuka Hijau yang cukup besar, wilayah kota yang tidak terlalu luas, kontur yang cenderung datar, dan kepadatan yang masih rendah. Karakter geografis seperti ini sangat cocok untuk mengembangkan sistem transportasi yang berkelanjutan, inovatif, dan ramah lingkungan. Ini bisa dilakukan dengan fokus kepada pengembangan kota dengan tata guna lahan yang bervariasi, kepadatan yang tepat, walkable, dan sistem transportasi umum yang ramah lingkungan. Budaya berjalan kaki dan bersepeda untuk menempuh jarak perjalanan yang dekat harus terus digalakkan. Selain tentunya difasilitasi dengan fasilitas jalur pejalan kaki dan sepeda yang aman dan nyaman. Dengan begitu potensi lingkungan alam yang ada dapat terjaga, pembangunan fisik menjadi efektif dan efisien, dan kota menjadi lebih dinamis dan interaktif. Ibarat otak manusia yang pintar adalah otak dengan aliran darah yang lancar, kota dengan pergerakan dan interaksi antar manusia penghuninya yang lancar pun akan menjadi sebuah kota yang “pintar” pula.
Fritz Akhmad Nuzir
Ketua PPI Jepang Komisariat Kitakyushu
Kandidat Doktor di Jurusan Arsitektur, Graduate School of Environmental Engineering, The University of Kitakyushu, Jepang
Dosen di Program Studi Arsitektur, Universitas Bandar Lampung, Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H