Setelah membahas mengenai hoax secara umum, lantas apa yang dimaksud dengan deepfake videos? Dilansir dari Kompas.com, deepfake merupakan sebutan untuk penggunaan teknologi dalam memetakan wajah seseorang ke cuplikan orang lain. Cara membuat deepfake adalah dengan menggunakan jaringan deep neural yang melibatkan auto encoder untuk menukarkan wajah orang pertama ke orang lain.
Sebetulnya deepfake videos dapat dimanfaatkan secara positif, salah satunya yaitu untuk menggantikan tokoh yang sedang tidak bisa diliput untuk suatu acara tertentu. Solusinya adalah dengan menggunakan deepfake. Namun deepfake yang kita bahas kali ini lebih berkaitan dengan penyalahgunaan deepfake atau hoax deepfake.
Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa manusia menyalahgunakan deepfake untuk memproduksi konten hoax? Jawaban singkatnya adalah, karena sifat alami manusia yang tidak pernah merasa puas. Jadi, tak hanya memproduksi hoax dari artikel/teks saja, jika memang kelak ada teknologi baru setelah deepfake yang memungkinkan untuk memproduksi hoax dengan gaya yang baru, maka itu merupakan suatu "peluang" sekaligus tantangan bagi para produsen hoax.
Pertanyaan tersebut sebetulnya sama konsepnya dengan pertanyaan mengapa manusia sering menyalahgunakan senjata? Baik itu senjata tajam maupun senjata api, keduanya sebetulnya memiliki manfaatnya masing-masing bila digunakan dengan positif. Namun buktinya masih ada saja orang-orang yang menyalahgunakannya.
Hal tersebut semakin memperkuat argumen penulis bahwa memang manusia pada dasarnya tidak pernah merasa puas. Pertanyaan mengenai mengapa tidak pernah merasa puas, itu lain lagi. Di kesempatan kali ini tidak akan cukup jika kita membahas juga mengenai mengapa manusia tidak pernah merasa puas. Karena pertanyaan tersebut pada akhirnya akan bermuara pada satu pertanyaan mendasar, yakni siapakah manusia itu?
Ketidakpuasan manusia ini juga di sisi yang lain melahirkan berbagai macam solusi untuk mengatasi masalah-masalah hoax tadi. Manusia tidak hanya pasrah pada masalah yang muncul, tapi terus berusaha mencari jalan keluarnya. Begitu juga dengan masalah deepfake videos ini, penulis akan berusaha memaparkan tiga cara yang paling efektif dalam mengatasi deepfake videos agar kita sebagai masyarakat awam dapat membedakan mana konten jurnalistik yang bisa dipertanggungjawabkan, serta mana konten jurnalistik yang berisi hoax khususnya deepfake videos.
Pertama, dalam deepfake videos terdapat satu ciri khas, yakni vokalisasi/gerak mulut yang terdapat dalam deepfake videos itu lebih kecil dari vokalisasi/gerak mulut orang aslinya. Ini merupakan cara termudah untuk mengidentifikasi suatu video itu deepfake/bukan.
Kedua, perbanyak referensi dari media-media yang kredibel. Untuk mengetahui isu terkini tentunya kita harus memperluas wawasan dari berbagai macam bidang, namun yang jelas tentunya dari sumber yang kredibel. Hal tersebut akan meminimalisir kemungkinan kita terseret video deepfake, karena kita sudah mengetahui bagaimana realita yang terjadi sebenarnya.
Hal ketiga yang tidak kalah penting untuk meminimalisir termakan deepfake videos adalah dengan melakukan verifikasi konten. Tak hanya memperluas wawasan dari berbagai sumber media yang kredibel, kita sebagai masyarakat juga harus bisa melakukan verifikasi terhadap setiap informasi yang kita terima, tak terkecuali video-video yang kita tonton.
Verifikasi ini bisa dilakukan dengan cara setelah kita melihat suatu video, pertama-tama yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan keraguan terlebih dahulu. Setelah kita ragu bahwa video ini benar-benar nyata atau tidak, baru kita mulai mencari informasi yang sama yang terdapat dalam video yang kita tonton di media-media yang kredibel.