Mohon tunggu...
Friska Indah Mauludiba
Friska Indah Mauludiba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Every strike brings me closer to the next home run.

Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Budaya Ngaret yang Seharusnya Tidak Menjadi Kebiasaan

5 Juli 2024   12:55 Diperbarui: 5 Juli 2024   13:07 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ngaret. (Sumber: Grid.ID)

Apakah Anda sendiri sering mendengar atau mengalami fenomena "ngaret"? Budaya ngaret atau kebiasaan datang terlambat sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia. 

Tapi apakah kita benar-benar perlu menganggap remeh kebiasaan ini? Mari kita lihat lebih dalam mengapa ngaret tidak menjadi sebuah kebiasaan. 

Apa itu Ngaret? 

Pertama, mari kita definisikan apa itu "ngaret". Secara sederhana, ngaret berasal dari kata "karet" yang bersifat lentur dan dapat meregang. 

Dalam konteks ini, ngaret mengacu pada kebiasaan seseorang yang sering tidak tepat waktu atau datang terlambat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai situasi, mulai dari pertemuan bisnis, acara keluarga hingga aktivitas sehari-hari seperti sekolah dan pekerjaan. 

Mengapa Kebiasaan Ngaret Terjadi? 

Ada banyak alasan mengapa budaya ngaret begitu merajalela di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah: 

1. Norma Sosial

Di banyak tempat, terlambat dianggap wajar. Tampaknya ada pemahaman yang tidak terucapkan bahwa waktu orang lain tidak begitu penting. 

2. Kurangnya Disiplin

Banyak dari kita yang kurang disiplin dalam manajemen waktu. Terkadang kita meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu tugas. 

3. Lingkungan

Lingkungan kita terkadang tidak mendukung cara jitu. Misalnya, kemacetan lalu lintas seringkali menjadi penyebab keterlambatan.

Dampak Negatif Budaya Ngaret

Ngaret mungkin terlihat sepele, namun dampaknya bisa sangat besar! Berikut beberapa dampak negatif yang perlu kita waspadai: 

1. Hilangnya Kepercayaan

Terus menerus terlambat dapat menyebabkan orang lain kehilangan kepercayaan terhadap kita. Mereka menganggap kita tidak bisa diandalkan. 

2. Produktivitas Menurun

Saat kita terlambat, waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal produktif menjadi terbuang sia-sia. Hal ini tentunya mempengaruhi produktivitas secara keseluruhan. 

3. Dampak Negatif terhadap Lingkungan Kerja

Budaya kerja yang serba cepat juga dapat menular ke rekan kerja lainnya. Jika satu orang sering terlambat, yang lain mungkin juga merasa terlambat itu tidak apa-apa.

Bagaimana Mengatasi Kebiasaan Ngaret? 

Meski budaya Ngaret sudah mengakar kuat, namun hal itu bukanlah sesuatu yang abadi. Berikut beberapa tips untuk menghentikan kebiasaan ini: 

1. Perencanaan yang Lebih Baik

Rencanakan segalanya dengan lebih baik. Jika kita mengetahui ada pertemuan penting yang akan datang, berangkatlah tepat waktu untuk menghindari kemacetan lalu lintas. 

2. Tetapkan Batas Waktu

Coba tetapkan sendiri batas waktu yang lebih ketat. Misalnya, jika persiapan biasanya memakan waktu 30 menit, tambahkan 10-15 menit lagi sebagai cadangan.

3. Komitmen Pribadi

Mengubah kebiasaan memerlukan komitmen yang kuat dari diri Anda sendiri. Ajarkan dalam diri kita bahwa tepat waktu adalah salah satu bentuk menghargai orang lain. 

4. Gunakan Teknologi

Gunakan teknologi agar kita tetap tepat waktu. Gunakan alarm, pengingat di ponsel Anda, atau aplikasi manajemen waktu untuk membantu kita tetap disiplin.

Mengapa Kita Harus Tepat Waktu? 

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa Anda harus berusaha tepat waktu? Apa gunanya? Berikut beberapa alasan mengapa tepat waktu itu sangat penting: 

1. Meningkatkan Kredibilitas

Orang yang tepat waktu lebih percaya dan dihormati orang lain. Mereka dianggap lebih profesional dan dapat diandalkan. 

2. Mengurangi Stres

Tepat waktu dapat mengurangi stres. Kita tidak perlu terburu-buru dan khawatir akan terlambat agar kita bisa lebih tenang dan fokus. 

3. Meningkatkan Kualitas Hubungan

Akurasi juga dapat meningkatkan kualitas hubungan kita dengan orang lain. Mereka merasa lebih dihargai karena kita menghargai waktu mereka. 

4. Efisiensi yang Lebih Baik

Dengan tepat waktu, kita dapat memaksimalkan waktu untuk hal-hal yang lebih produktif. Hal ini tentu memberikan dampak positif pada berbagai aspek kehidupan kita. 

Budaya Ngaret dalam Perspektif Global 

Menariknya, budaya Ngareet tidak hanya ada di Indonesia saja. Banyak negara lain yang mempunyai masalah serupa, walaupun mungkin pada tingkat yang berbeda. 

Namun di negara maju, budaya ketepatan waktu dihargai sangat tinggi. Misalnya, di Jepang dan Jerman, ketepatan waktu merupakan bagian budaya kerja yang dihargai. 

Mengapa Kita Harus Berubah? 

Mengubah kebiasaan memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Jika kita ingin maju dan berkembang baik secara pribadi maupun sebagai bangsa, kita perlu mulai menghargai waktu. 

Bayangkan jika semua orang di Indonesia hadir tepat waktu, berapa banyak waktu yang bisa dihemat dan digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat? Dengan mengubah budaya ngaret, kita tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih disiplin dan dapat dipercaya.

Kesimpulan

Jadi para pembaca yang budiman, kami akan mengubah cara kami menulis. Mulailah dari hal-hal kecil tentang diri Anda, seperti tepat waktu, rapat, atau menyelesaikan tugas sesuai jadwal. 

Ingatlah bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Budaya ngaret hendaknya tidak menjadi kebiasaan. Dengan disiplin dan dedikasi, kita dapat mengubahnya menjadi budaya tepat waktu yang akan sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. 

Sampai sini dulu ya. Semoga artikel ini menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua untuk mulai menghargai waktu. 

Ketepatan waktu merupakan cerminan bahwa kita menghargai dan menghormati orang lain. Mari kita bersama-sama menjadikan budaya ngaret menjadi budaya yang lebih baik!.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun