Mari kita lihat contoh nyata dari salah seorang teman saya, yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi. Ia sering merasa sangat sibuk dengan berbagai rapat dan email yang terus berdatangan.Â
Setiap hari, ia merasa kelelahan namun tidak ada hasil signifikan yang dapat ia tunjukkan. Setelah beberapa waktu, Anna menyadari bahwa banyak waktunya habis untuk tugas-tugas administratif yang sebenarnya bisa diotomatisasi atau didelegasikan.
Ia memutuskan untuk merubah cara kerjanya. Ia mulai menerapkan metode Eisenhower Matrix untuk menentukan prioritas, membatasi waktu untuk memeriksa email, dan menggunakan teknik Pomodoro untuk meningkatkan fokus.Â
Hasilnya? Ia merasa lebih produktif, lebih sedikit stres, dan proyek-proyek besar yang sebelumnya tertunda mulai menunjukkan kemajuan.
Penutup
Fake productivity adalah musuh dalam selimut yang bisa menguras energi dan waktu Anda tanpa memberikan hasil yang berarti.
Dengan menyadari keberadaannya dan menerapkan strategi yang tepat, Anda bisa menghindari jebakan ini dan menjadi lebih produktif dalam arti yang sebenarnya.Â
Ingatlah bahwa menjadi sibuk tidak selalu berarti produktif. Fokuslah pada kualitas, bukan kuantitas, dan lihat bagaimana perubahan kecil bisa memberikan dampak besar pada produktivitas dan kesejahteraan Anda.
Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa membantu Anda mengatasi fenomena fake productivity. Selamat mencoba, dan sampai jumpa di artikel berikutnya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI