Melihat jumlah like dan komentar sebagai ukuran keberhasilan dapat mengubah cara pandang anak terhadap kehidupan. Mereka mungkin menganggap bahwa kebahagiaan dan kesuksesan hanya bisa dicapai melalui validasi sosial. Ini bisa berbahaya ketika mereka menghadapi dunia nyata yang tidak selalu memberikan pujian dan pengakuan instan.
5. Potensi Perundungan Siber (Cyberbullying)
Paparan yang berlebihan di media sosial meningkatkan risiko perundungan siber. Anak-anak bisa menjadi target komentar negatif dan kritik yang tajam dari orang yang tidak dikenal. Pengalaman ini bisa sangat menyakitkan dan meninggalkan bekas luka emosional yang dalam.
Studi Kasus dan Penelitian
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang terlalu sering tampil di media sosial memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan psikologis. Misalnya, sebuah studi yang dilakukan oleh University of Michigan menemukan bahwa anak-anak yang diekspos secara berlebihan di media sosial cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi.
Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal "Pediatrics" juga menunjukkan bahwa anak-anak yang sering tampil di media sosial cenderung memiliki masalah dalam hubungan sosial mereka. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya karena terlalu fokus pada citra mereka di media sosial.
Saran untuk Orang Tua
1. Batasan yang Jelas
Orang tua perlu menetapkan batasan yang jelas mengenai berapa banyak dan jenis konten apa yang boleh dibagikan. Penting untuk menghormati privasi anak dan tidak mempublikasikan momen yang seharusnya tetap pribadi.
2. Libatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan
Sebelum memposting sesuatu tentang anak, libatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Tanyakan apakah mereka nyaman dengan konten tersebut. Ini membantu anak merasa dihargai dan memiliki kontrol atas representasi diri mereka di media sosial.