Prabowo Subianto, yang kini resmi menjabat sebagai Presiden Indonesia, telah menempuh perjalanan panjang dan penuh dinamika dalam dunia politik. Sebagai seorang mantan militer, latar belakangnya memberi warna tersendiri dalam gaya kepemimpinannya, yang membawa harapan sekaligus tantangan besar bagi bangsa ini. Di tengah perkembangan geopolitik yang semakin kompleks, satu pertanyaan besar muncul: bagaimana kepemimpinan Prabowo akan membentuk arah Indonesia ke depan?
Reputasinya sebagai sosok yang tegas, disiplin, dan berprinsip kuat, terutama dalam pengambilan keputusan, menimbulkan spekulasi mengenai apakah ia akan menerapkan pendekatan militeristik atau menampilkan gaya kepemimpinan yang lebih adaptif dan demokratis. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana jejak militer Prabowo memengaruhi kebijakan pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinannya.
Prabowo, presiden yang baru menjabat, saat ini masih berada dalam tahap awal menjalankan pemerintahan. Meskipun demikian, langkah-langkah awalnya, seperti pelaksanaan retreat kabinet Merah Putih di Magelang, menunjukkan keinginannya untuk mengkonsolidasikan kekuatan dan membangun sinergi dengan kabinetnya. Retreat ini mencerminkan upaya untuk menciptakan kesatuan visi dan misi dalam pemerintahan, suatu pendekatan yang berakar dari disiplin militer yang telah menjadi bagian dari identitasnya.
Sebagai pemimpin dengan latar belakang militer, Prabowo sering kali diidentikkan dengan pendekatan tegas dalam pengambilan keputusan. Namun, dalam beberapa kesempatan, ia secara eksplisit menegaskan bahwa tujuan utamanya bukan untuk menciptakan pemerintahan yang militeristik. Pada saat retreat Kabinet Merah Putih di Akademi Militer, Magelang, sebuah pernyataan yang menarik adalah saat Prabowo menyampaikan kepada para anggota kabinetnya, "Saya bukan bermaksud membuat Anda militeristik!" (CNBC Indonesia, 2024).
 Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ia memiliki jiwa disiplin dan semangat kepemimpinan yang tinggi, Prabowo berusaha meredam kekhawatiran bahwa gaya militernya akan mendominasi kabinet atau membentuk pola kepemimpinan yang otoriter.
Dalam konteks pemerintahan Indonesia saat ini, di mana Presiden Prabowo Subianto menerapkan pendekatan "military way" dalam pembekalan kabinetnya, perlu dilakukan kajian lebih dalam bagaimana metode ini berpengaruh terhadap struktur kekuasaan dan interaksi antara negara dan masyarakat. Retreat Kabinet Merah Putih yang diadakan di Akademi Militer Magelang bukan hanya sekadar latihan militer, tetapi juga mencerminkan cara baru dalam membangun kedisiplinan dan kesetiaan di kalangan pejabat publik. Prabowo menyatakan bahwa "the military way" bertujuan untuk menyelaraskan kedisiplinan dan kesetiaan pada bangsa dan negara.
Dalam tradisi pemikiran sosiologi politik, terutama dalam perspektif Max Weber (Rahmalina, 2023) tentang kepemimpinan karismatik dalam demokrasi, sebagai seorang pemimpin dengan latar belakang militer dan memiliki pengaruh besar, Prabowo bisa dianggap sebagai pemimpin karismatik yang mampu memobilisasi dukungan dan mendapatkan legitimasi dari rakyat melalui pemilu. Sebagai pemimpin karismatik, ia dapat mempengaruhi kebijakan dan mengarahkan birokrasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, menciptakan hubungan yang kuat antara pemerintah dan rakyat.
Gaya kepemimpinan tegas dan cepat yang kerap terkait dengan latar belakang militer dapat menjadi keuntungan tersendiri, terutama dalam menghadapi tantangan yang membutuhkan respons cepat. Di tengah kompleksitas masalah seperti ketahanan pangan, pertahanan nasional, dan pengembangan ekonomi, karakteristik ini bisa menjadi solusi yang diinginkan. Dalam situasi di mana negara membutuhkan stabilitas dan kejelasan arah kebijakan, gaya kepemimpinan Prabowo yang mengutamakan ketertiban dan efisiensi bisa membantu Indonesia mencapai target pembangunan dengan lebih cepat.
Berdasarkan pandangan Weber (Bagpem Banjarmasin, 2017), negara memiliki kekuasaan yang independen, terpisah dari kepentingan ekonomi kelas tertentu. Prabowo, yang berasal dari latar belakang militer, berupaya menunjukkan bahwa meskipun ia memimpin dengan sikap tegas dan disiplin, tujuan utamanya adalah memperkuat kekuasaan negara, bukan menggunakan pendekatan militeristik.Â
Dalam hal ini, gaya kepemimpinan Prabowo dapat dipandang sebagai usaha untuk memperkuat posisi negara sebagai entitas yang memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan dan mengatur kebijakan.
      Â
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi Prabowo adalah menjaga keseimbangan antara penguatan kekuasaan negara dan penghormatan terhadap keberagaman serta pluralitas politik Indonesia. Sebagai negara yang mengedepankan prinsip demokrasi, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya tegas, tetapi juga mampu merangkul semua lapisan masyarakat.Â
Jika pemerintahannya terlalu mengandalkan kontrol militer atau birokrasi yang sangat ketat, maka masyarakat bisa terperangkap dalam sistem yang terlalu rasional dan mekanistik, yang justru mengekang kebebasan mereka dan memunculkan resistensi dari kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan, yang pada akhirnya bisa memengaruhi stabilitas politik dan sosial di Indonesia.Â
Mengingat latar belakang militer Prabowo, ia harus berhati-hati agar tidak menciptakan pemerintahan yang terlalu berfokus pada kontrol dan birokrasi yang kaku, sebagaimana digambarkan oleh Weber dalam konsep "Iron Cage" yang berisiko mengekang inovasi dan kebebasan (Study.com, 2023).Â
"Iron Cage" (sangkar besi) adalah konsep yang dikemukakan oleh sosiolog Max Weber untuk menggambarkan keterjebakan manusia dalam sistem birokrasi dan kapitalisme modern yang kaku. Menurut Weber, manusia yang hidup dalam struktur sosial yang terbentuk oleh ekonomi kapitalis dan birokrasi akan terkurung oleh aturan dan norma yang menciptakan keteraturan, tetapi sekaligus membatasi kebebasan dan individualitas (Cole, 2019).
Jika Prabowo terlalu menekankan sentralisasi atau kontrol berlebihan, ia berisiko menciptakan "sangkar besi" versi Indonesia, di mana struktur pemerintahan yang kaku dapat menekan inovasi serta mengabaikan dinamika pluralitas politik dan sosial. Sebagai pemimpin, Prabowo perlu menyeimbangkan antara kontrol negara dan fleksibilitas untuk mengakomodasi keragaman Indonesia. Dengan demikian, ia bisa menghindari pembentukan "sangkar besi" yang justru merugikan tujuan demokrasi dan keterlibatan masyarakat luas dalam proses pemerintahan.
Kepemimpinan Prabowo Subianto membuka babak baru dalam sejarah politik Indonesia. Latar belakangnya yang militeristik memberikan warna tersendiri dalam cara ia memimpin dan mengambil kebijakan. Pengalaman dan komitmennya dalam menjaga kepentingan nasional tentu memberikan optimisme bagi banyak pihak, namun tantangan terbesar yang dihadapinya adalah bagaimana menyeimbangkan pendekatan tegas dengan nilai-nilai demokrasi dan keberagaman yang menjadi dasar negara Indonesia.Â
Agar kepemimpinan Prabowo dapat berjalan efektif, ia harus berusaha untuk menghindari dominasi militeristik yang bisa merugikan ruang publik dan masyarakat sipil. Ia perlu mendengarkan aspirasi rakyat dan memastikan kebijakan yang diambil tidak hanya memperkuat kekuasaan negara, tetapi juga menciptakan ruang bagi pluralitas dan kebebasan.
Hanya dengan pendekatan yang inklusif dan berlandaskan pada prinsip Pancasila, kepemimpinannya dapat memberikan manfaat yang lebih merata dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia. Masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk mendengarkan aspirasi masyarakat serta mengambil keputusan yang berpihak pada kepentingan bersama, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar negara dan demokrasi. Dalam menghadapi tantangan yang ada, Prabowo perlu mengedepankan kebijakan yang menyeimbangkan antara kekuasaan negara dan penghormatan terhadap nilai-nilai demokrasi, guna menciptakan Indonesia yang lebih kuat dan lebih inklusif.
Sumber:
Bagpem Banjarmasin. (2017). Pengertian Negara, Unsur, Sifat, Fungsi, Tujuan. Bagian Pemerintahan Kota Banjarmasin. https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2013/09/pengertian-negara-unsur-sifat-fungsi.html
CNBC Indonesia. (2024). Prabowo ke Kabinet: Saya Bukan Bermaksud Membuat Anda Militeristik! https://www.cnbcindonesia.com/news/20241025163327-4-583115/prabowo-ke-kabinet-saya-bukan-bermaksud-membuat-anda-militeristik
Cole, N. L. (2019). Memahami "Iron Cage" karya Max Weber. Thiough.Co. https://www.thoughtco.com/understanding-max-webers-iron-cage-3026373
Rahmalina. (2023). Pemahaman Karisma dan Kepemimpinan dalam Konteks Manajemen Pendidikan: Tinjauan Berdasarkan Teori Max Weber. Jurnal Bima: Pusat Publikasi Ilmu Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 1, 201. https://journal.aripi.or.id/index.php/Bima/article/download/353/379/1335
Study.com. (2023). Kandang Besi Rasionalitas Max Weber | Definisi & Contoh. Study.Com. https://study.com/academy/lesson/webers-iron-cage-of-rationality-lesson-quiz.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H