Namun, tantangan terbesar yang dihadapi Prabowo adalah menjaga keseimbangan antara penguatan kekuasaan negara dan penghormatan terhadap keberagaman serta pluralitas politik Indonesia. Sebagai negara yang mengedepankan prinsip demokrasi, Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya tegas, tetapi juga mampu merangkul semua lapisan masyarakat.Â
Jika pemerintahannya terlalu mengandalkan kontrol militer atau birokrasi yang sangat ketat, maka masyarakat bisa terperangkap dalam sistem yang terlalu rasional dan mekanistik, yang justru mengekang kebebasan mereka dan memunculkan resistensi dari kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan, yang pada akhirnya bisa memengaruhi stabilitas politik dan sosial di Indonesia.Â
Mengingat latar belakang militer Prabowo, ia harus berhati-hati agar tidak menciptakan pemerintahan yang terlalu berfokus pada kontrol dan birokrasi yang kaku, sebagaimana digambarkan oleh Weber dalam konsep "Iron Cage" yang berisiko mengekang inovasi dan kebebasan (Study.com, 2023).Â
"Iron Cage" (sangkar besi) adalah konsep yang dikemukakan oleh sosiolog Max Weber untuk menggambarkan keterjebakan manusia dalam sistem birokrasi dan kapitalisme modern yang kaku. Menurut Weber, manusia yang hidup dalam struktur sosial yang terbentuk oleh ekonomi kapitalis dan birokrasi akan terkurung oleh aturan dan norma yang menciptakan keteraturan, tetapi sekaligus membatasi kebebasan dan individualitas (Cole, 2019).
Jika Prabowo terlalu menekankan sentralisasi atau kontrol berlebihan, ia berisiko menciptakan "sangkar besi" versi Indonesia, di mana struktur pemerintahan yang kaku dapat menekan inovasi serta mengabaikan dinamika pluralitas politik dan sosial. Sebagai pemimpin, Prabowo perlu menyeimbangkan antara kontrol negara dan fleksibilitas untuk mengakomodasi keragaman Indonesia. Dengan demikian, ia bisa menghindari pembentukan "sangkar besi" yang justru merugikan tujuan demokrasi dan keterlibatan masyarakat luas dalam proses pemerintahan.
Kepemimpinan Prabowo Subianto membuka babak baru dalam sejarah politik Indonesia. Latar belakangnya yang militeristik memberikan warna tersendiri dalam cara ia memimpin dan mengambil kebijakan. Pengalaman dan komitmennya dalam menjaga kepentingan nasional tentu memberikan optimisme bagi banyak pihak, namun tantangan terbesar yang dihadapinya adalah bagaimana menyeimbangkan pendekatan tegas dengan nilai-nilai demokrasi dan keberagaman yang menjadi dasar negara Indonesia.Â
Agar kepemimpinan Prabowo dapat berjalan efektif, ia harus berusaha untuk menghindari dominasi militeristik yang bisa merugikan ruang publik dan masyarakat sipil. Ia perlu mendengarkan aspirasi rakyat dan memastikan kebijakan yang diambil tidak hanya memperkuat kekuasaan negara, tetapi juga menciptakan ruang bagi pluralitas dan kebebasan.
Hanya dengan pendekatan yang inklusif dan berlandaskan pada prinsip Pancasila, kepemimpinannya dapat memberikan manfaat yang lebih merata dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia. Masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk mendengarkan aspirasi masyarakat serta mengambil keputusan yang berpihak pada kepentingan bersama, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar negara dan demokrasi. Dalam menghadapi tantangan yang ada, Prabowo perlu mengedepankan kebijakan yang menyeimbangkan antara kekuasaan negara dan penghormatan terhadap nilai-nilai demokrasi, guna menciptakan Indonesia yang lebih kuat dan lebih inklusif.
Sumber:
Bagpem Banjarmasin. (2017). Pengertian Negara, Unsur, Sifat, Fungsi, Tujuan. Bagian Pemerintahan Kota Banjarmasin. https://bagpem.banjarmasinkota.go.id/2013/09/pengertian-negara-unsur-sifat-fungsi.html
CNBC Indonesia. (2024). Prabowo ke Kabinet: Saya Bukan Bermaksud Membuat Anda Militeristik! https://www.cnbcindonesia.com/news/20241025163327-4-583115/prabowo-ke-kabinet-saya-bukan-bermaksud-membuat-anda-militeristik