Pada tanggal 05 Juli 2022 Rektor UPI Bapak Prof. Dr. M. Solehudin, M.Pd., M.A. meresmikan bahwa KKN Tematik UPI 2022 dilakukan secara online di wilayah/ domisili yang sudah di tentukan oleh mahasiswa. KKN Tematik 2022  akan dilakukan oleh mahasiswa yang berjumlah 7.089, terdiri dari 5.607 mahasiswa KKN reguler dan 1.475 mahasiswa KKN rekognisi serta 7 mahasiwa KKN kebangsaan ini  mulai dilaksanakan pada tanggal 11 juli hingga 10 agustus 2022.
Kuliah Kerja Nyata Tematik UPI 2022 mengusung tema "Pemberdayaan Mayarakat Berbasis SDG'S Desa dan MBKM". SDGs Desa adalah upaya terpadu mewujudkan Desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, Desa ekonomi tumbuh merata, Desa peduli kesehatan, Desa peduli lingkungan, Desa peduli pendidikan, Desa ramah perempuan, Desa berjejaring, dan Desa tanggap budaya. Dengan mengusung tema serta mengambil sub tema pada setiap wilayah KKN Tematik 2022 ini membawa harapan kepada  mahasiswa agar dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di setiap wilayah.Â
Frisil Octavia salah satu mahasiswa UPI yang melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik 2022 dari kelompok 158 dengan tema "Desa Tanpa Kelaparan" di bimbing oleh Bapak Kuswanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan ini melakukan kunjungan kepada Kelompok Tani Terpadu Angsana RW 012 Pengasinan, Depok. Frisil sendiri ingin tahu apakah RW 012 ini mempunyai kawasan pertanian pangan berkelanjutan atau tidak.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan memustuskan bahwa Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Dengan adanya penjelasan tersebut dapat dipastikan bahwa Kelompok Tani Terpadu Angsana merupakan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan.Â
Kelompok Tani Angsana RW 012 ini dibuat ketika masa awal pandemi yaitu September 2019 "tadinya ini tuh lahan kosong, isinya rumput liar semua luasnya 5.000 meter persegi lah, terus saya berencana bersama warga dan bapak rw 012 untuk merubah lahan mati ini agar jadi lahan berguna, bisa untuk menanam dan membudidayakan hewan ternak" tutur Pak Bambang sebagai ketua dari kelompok tani angsana.Â
Berawal dari menanam beberapa sayuran seperti Terong, sawi, dan padi hidroganik hingga sekarang tanaman dilahan tani semakin bervariasi. Kelompok tani angsana bertujuan agar masyarakat tidak perlu keluar wilayah untuk membeli bahan-bahan makanan.
Sayur yang ditanam di Kelompok Tani Angsana ini merupakan sayur organik. Pupuk organik yang digunakan untuk menanam sayur merupakan pupuk buatan sendiri yang dihasilkan oleh kotoran kambing dari ternak Kelompok Tani. Pupuk organik kompos diberikan setiap hari sedangkan pupuk organik cair diberikan seminggu 2 kali.Â
Pak bambang mengatakan bahwa menanam sayur organik lebih susah darpada sayur biasa, karena sayur organik membutuhkan air yang sangat banyak dan harus disiram setiap saat agar tidak ada hama yang akan merusak sayuran tersebut.
Kelompok Tani Angsana memanen sayur setiap hari, di pagi hari kelompok tani memanen semua sayuran yang sudah siap di panen lalu mulai di bersihkan hingga bersiap untuk berjualan. "ini kita panen tiap hari, pagi-pagi saya panen dulu semua taneman yang siap panen.Â
Saya bersihin terus saya iket semua sayur untuk berjualan, tapi sebelum berjualan saya tanem lagi bibit-bibit sayuran di lahan yang sebelumnya saya panen biar besok pagi sayurnya udah siap panen dan bisa berjualan lagi.Â
Seperti sekarang ini, kita memanen kacang panjang, terong, sawi, pakcoy setelah saya panen ya saya tanem lagi bibir sawi dan pakcoy ini" tutur pak ian selaku pengurus kelompok tani.
Pak ian juga berkata bahwa sebenarnya sayur organik ini lebih mahal harganya daripada sayur biasa, seperti pokcoy organik 1 ikat diluar  harganya bisa 15 ribu, tapi dijual pada masyarakat hanya 2.500. "ya karna sayur ini organik, pastinya lebih mahal ya.Â
Dari perawatan juga harus lebih hati-hati, tapi karena tujuan kelompok tani ini untuk masyarakat jadi kita jual murah aja biar orang yang kurang mampu juga bisa tetap makan sayur dan tidak kelaparan" tutur pak ian.
Setelah memanen dan menanam kembali sayur di lahan pertanian ini, pak ian dan frisil mulai berjualan keliling komplek untuk menawarkan sayur hasil panen dari Kelompok Tani Angsana. Pak ian sudah mengetahui beberapa warga yang berlangganan membeli sayur ini.Â
Tidak butuh waktu yang lama sayur pun habis terjual oleh warga RW 012. Setelah berjualan frisil pun kembali membantu pak ian untuk menanam jagung di lahan Kelompok Tani Angsana, frisil diajari bagaimana cara menanam sayur organik agar dapat tumbuh dengan baik dan cepat.Â
Kelompok Tani Angsana RW 012 ini menjadi harapan masyarakat agar dapat membuat masyarakat yang kurang mampu tidak kelaparan dengan membeli sayur ataupun menanam langsung sayur itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H