Mohon tunggu...
Frisilia Dameria Mailyn
Frisilia Dameria Mailyn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengulik Realita dan Tantangan Keluarga Penerima Bansos yang Hidup Sederhana di Kota Pontianak

11 April 2024   10:37 Diperbarui: 11 April 2024   14:35 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Bagian dalam rumah, dok. pribadi)

Kesenjangan sosial masih menjadi tantangan nyata yang dialami di berbagai daerah dan kota-kota besar, tidak terkecuali di Kota Pontianak. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, masih terdapat banyak keluarga yang berjuang untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar mereka. 

Melihat betapa dalamnya kesenjangan yang ada, bantuan sosial dijadikan sebagai landasan utama pemerintah dalam menjawab tantangan tersebut. 

Hadirnya program bantuan sosial (bansos) diharapkan dapat menjadi penunjang bagi kehidupan masyarakat dengan kondisi perekonomian yang relatif kurang stabil.

Keluarga Ibu Dewi Yupita adalah salah satu penerima bansos PKH di Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Provinsi Kalimantan Barat. Ibu Dewi berusia 39 tahun, sudah berumah tangga dan memiliki seorang anak yang telah beranjak remaja. 

Keluarga Ibu Dewi tinggal satu atap dengan orang tua dan adik laki-lakinya. Orang tua dari Ibu Dewi sendiri telah menginjak usia lanjut dan bekerja sebagai petani untuk mengurus sawah. 

Ibu Dewi sendiri tidak memiliki penghasilan dan hanya menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya bekerja sebagai penjual pakaian dan terkadang pergi untuk bekerja ke luar kota selama beberapa hari. Pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan suami Ibu Dewi adalah Rp50.000,- per hari. 

Hasil pendapatan tersebut biasanya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti pangan dan bensin, serta menunjang biaya pendidikan anaknya.

Rumah Ibu Dewi berukuran 12 x 15 meter, dengan menggunakan dinding tembok, beratap seng dan berlantai keramik. Terdapat lima ruangan dalam rumah Ibu Dewi yang terdiri dari tiga buah kamar, ruang tamu dan dapur. 

Keluarga Ibu Dewi mengonsumsi makanan pokok berupa nasi sebanyak tiga kali dalam sehari, yakni pada waktu pagi, siang dan malam. Bahan bakar yang digunakan sehari-hari untuk memasak makanan dan air minum adalah gas. 

Sumber air minum sehari-hari berasal dari air hujan yang telah ditampung dalam tempayan, sedangkan untuk kegiatan mencuci dan mandi, Ibu Dewi dan keluarga memanfaatkan air parit di depan rumahnya. Sebagai tempat untuk mandi dan buang air, keluarga Ibu Dewi menggunakan WC pribadi yang dilengkapi dengan septic-tank. 

Ibu Dewi menggunakan lampu listrik sebagai sumber penerangan di rumahnya. Barang-barang elektronik yang dimiliki Ibu Dewi ialah TV (21 inch), kipas angin, tape radio, rice cooker, dan handphone, yang masing-masing berjumlah 1 unit. Daya listrik di rumah keluarga Ibu Dewi adalah sebesar 450 Watt.

(Bagian dalam rumah, dok. pribadi)
(Bagian dalam rumah, dok. pribadi)

Pada saat sakit, Ibu Dewi dan keluarga biasanya mengunjungi puskesmas untuk memperoleh pengobatan, yakni dengan menggunakan fasilitas BPJS gratis yang diperoleh dari bantuan sosial. 

Di rumahnya, Bu Dewi memiliki 2 unit motor untuk digunakan sebagai alat transportasi sehari-hari, dengan tahun keluaran masing-masing yaitu 1985 dan 2015. Ibu Dewi menyebutkan bahwa orang tuanya menyewa sawah padi milik orang lain untuk dikelola dan kemudian menjual hasil panennya. 

Hasil panen tersebut umumnya digunakan untuk menambah pemasukan keluarga guna mencukupi kebutuhan pokok. Namun, Ibu Dewi mengatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian tersebut tidaklah rutin, tergantung dari kondisi tanaman dan cuaca. Dari hasil panen padi tersebut, umumnya keluarga Ibu Dewi bisa memperoleh sebesar Rp500.000,- setiap bulannya.

Bansos PKH yang diterima oleh keluarga Ibu Dewi Yupita adalah PKH kategori lansia. Ibu Dewi mengungkapkan bahwa penerima bansos tersebut adalah orang tuanya yang telah berusia lanjut. 

Ibu Dewi juga menambahkan bahwa ia dan keluarga kecilnya tidak bisa menerima bansos secara terpisah, karena masih tergabung di dalam KK yang sama dengan kedua orang tuanya. Bansos PKH yang diterima keluarga Ibu Dewi berupa uang dan ditransfer lewat Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dari Bank BRI, dengan kisaran sebesar Rp600.000,- dalam jangka waktu 3 bulan. 

Menurut pengakuan Ibu Dewi, bantuan PKH tersebut bisa saja diperoleh dalam kurun waktu 2 hingga 3 bulan sekali, dengan nominal yang juga tidak menentu. 

Untuk itu, Ibu Dewi dan keluarga tidak dapat menaruh harapan penuh kepada bantuan sosial PKH tersebut, mengingat jadwal dan nominal yang diberikan tak kunjung pasti. Selain bantuan PKH yang diterima, Ibu Dewi juga memperoleh bantuan beras dari BULOG sebanyak 10 kg per bulan. 

Akan tetapi, menurut penuturan Ibu Dewi, beras tersebut masih tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya selama satu bulan. Hal ini mengharuskan Ibu Dewi untuk tetap membeli beras tambahan agar kebutuhan gizi keluarga bisa terpenuhi.

Ibu Dewi dan keluarga telah menjadi penerima bansos sejak tahun 2020. Pada mulanya, bantuan yang diterima keluarga Ibu Dewi adalah BLT dan diberikan dalam jangka waktu 6 bulan sekali. Ibu Dewi menyebutkan bahwa keluarganya baru memperoleh bantuan jenis PKH tersebut selama satu tahun belakangan, yakni dari tahun 2023. 

Menurut pendapat Ibu Dewi, bantuan sosial tersebut diberikan atas dasar faktor usia lanjut dan pekerjaan orang tuanya sebagai petani. Uang yang diperoleh dari bantuan PKH sebenarnya belum bisa menjangkau semua kebutuhan keluarga, ditambah lagi dengan keperluan pendidikan anak Ibu Dewi yang telah menginjak bangku SMA. 

Terlepas dari itu, adanya bansos telah memberikan dampak positif dalam kehidupan keluarga mereka hingga saat ini. Ibu Dewi menyebutkan bahwa beban perekonomian keluarganya menjadi lebih ringan setelah memperoleh bantuan sosial beras dan PKH tersebut.

(Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun