Kesenjangan sosial masih menjadi tantangan nyata yang dialami di berbagai daerah dan kota-kota besar, tidak terkecuali di Kota Pontianak. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, masih terdapat banyak keluarga yang berjuang untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar mereka.Â
Melihat betapa dalamnya kesenjangan yang ada, bantuan sosial dijadikan sebagai landasan utama pemerintah dalam menjawab tantangan tersebut.Â
Hadirnya program bantuan sosial (bansos) diharapkan dapat menjadi penunjang bagi kehidupan masyarakat dengan kondisi perekonomian yang relatif kurang stabil.
Keluarga Ibu Dewi Yupita adalah salah satu penerima bansos PKH di Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Provinsi Kalimantan Barat. Ibu Dewi berusia 39 tahun, sudah berumah tangga dan memiliki seorang anak yang telah beranjak remaja.Â
Keluarga Ibu Dewi tinggal satu atap dengan orang tua dan adik laki-lakinya. Orang tua dari Ibu Dewi sendiri telah menginjak usia lanjut dan bekerja sebagai petani untuk mengurus sawah.Â
Ibu Dewi sendiri tidak memiliki penghasilan dan hanya menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Suaminya bekerja sebagai penjual pakaian dan terkadang pergi untuk bekerja ke luar kota selama beberapa hari. Pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan suami Ibu Dewi adalah Rp50.000,- per hari.Â
Hasil pendapatan tersebut biasanya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, seperti pangan dan bensin, serta menunjang biaya pendidikan anaknya.
Rumah Ibu Dewi berukuran 12 x 15 meter, dengan menggunakan dinding tembok, beratap seng dan berlantai keramik. Terdapat lima ruangan dalam rumah Ibu Dewi yang terdiri dari tiga buah kamar, ruang tamu dan dapur.Â
Keluarga Ibu Dewi mengonsumsi makanan pokok berupa nasi sebanyak tiga kali dalam sehari, yakni pada waktu pagi, siang dan malam. Bahan bakar yang digunakan sehari-hari untuk memasak makanan dan air minum adalah gas.Â
Sumber air minum sehari-hari berasal dari air hujan yang telah ditampung dalam tempayan, sedangkan untuk kegiatan mencuci dan mandi, Ibu Dewi dan keluarga memanfaatkan air parit di depan rumahnya. Sebagai tempat untuk mandi dan buang air, keluarga Ibu Dewi menggunakan WC pribadi yang dilengkapi dengan septic-tank.Â