Mohon tunggu...
Setapak Pena
Setapak Pena Mohon Tunggu... Jurnalis - Kumpulan artikel Historis dan Informasi

Setapak Pena merupakan sebuah blog yang berbagi karya tulis artikel historis dan informasi baik di Indonesia maupun mancanegara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Deretan Fakta Baharuddin Lopa yang Terlalu Jujur hingga Ditakuti Koruptor

6 April 2022   13:00 Diperbarui: 6 April 2022   14:11 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: AP/Muchtar Zakaria

Sebagian orang mengira jika pendekar pantang mundur hanya ada di layar kaca, padahal dikehidupan nyata ternyata ada lho pendekar pantang mundur dan berani menanggung segala risiko. 

Yups, dia adalah Baharuddin Lopa yakni penegak tiang hukum Indonesia yang dikenal akan kejujuran dan keberaniannya dalam memberantas korupsi. Lalu seperti apa sih fakta Baharudin Loppa? Berikut rangkumannya yang sudah dikutip dari berbagai sumber : 

1. Pejabat Publik Keturunan Bangsawan yang Hidup Sederhana

Biasanya pejabat publik dengan jabatan tinggi memiliki gaya hidup yang identik mewah. Namun berbeda dengan Lopa, justru dalam kesehariannya ia menerapkan gaya hidup yang cukup sederhana. 

Walaupun hidup dengan kesederhanaan, pria kelahiran 17 agustus 1935 di desa Pambusuang, Sulawesi Barat ini berasal dari keluarga terpandang. 

Lantaran dalam tubuh Lopa mengalir darah bangsawan, sang kakek merupakan seorang raja terpandang di daerah Mandar. 

Meskipun menyandang status raja nyatanya kehidupan beliau juga sangat sederhana. Maka tak heran jika kesederhanaan sang kakek menurun pada Lopa.  

Tak hanya itu, saat Lopa menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan HAM, ia tetap memegang prinsip kejujuran dan integritas dengan menjalani kehidupan penuh kesederhanaan. Dia tak mau mengambil dan menggunakan sesuatu yang bukan haknya.

2. Tak Mau Menerima Hadiah Dalam Bentuk Apapun 

Kepatuhan Lopa pada hukum, tampak pada sikapnya yang tak ingin menerima barang dalam bentuk apapun sebagai hadiah. 

Haram bagi Lopa menerima sogokan dalam bentuk apapun, hal ini seperti saat Lopa ditugaskan menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan di Makassar, ia sangat mewanti-wanti anak buahnya agar tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun. Walaupun sekeranjang parsel. Selain itu peraturan tersebut juga berlaku di keluarganya.  

3. Menjadi Bupati, Menteri Hingga Jaksa Agung di Usia Muda

Saat statusnya masih mahasiswa hukum di Universitas Hasanuddin, Lopa diminta menjadi jaksa di Kajari Makassar. Dua tahun di sana, prestasinya di bidang hukum cukup sangat baik. 

Kemudian Lopa diangkat menjadi Bupati Majene di usia 25 tahun, usia yang tergolong masih sangat muda bukan untuk jabatan Bupati. Pada 1964 Lopa kembali berkarier di ranah hukum sebagai seorang jaksa, ia menjabat sebagai kepala Kejaksaan Ternate hingga 1966.

Selanjutnya, Lopa menjabat sebagai kepala Kejaksaan Sulawesi Tenggara hingga 1970. Di berbagai daerah lainnya Lopa juga menjabat sebagai kepala Kejaksaan seperti di Aceh dan Kalimantan Barat. 

Setelah itu, Lopa dimutasi ke Jakarta untuk mengemban jabatan sebagai Kepala Pusdiklat Kejaksaan Agung hingga 1982, Pada 1982 hingga 1986 Lopa kembali ditugaskan sebagai kepala Kejaksaan Tinggi sulawesi selatan di Makassar. 

Pada 1988 Lopa diberi jabatan sebagai Direktur Jenderal Lembaga Permasyarakatan hingga 1995. Ketika KH Aburrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden RI, Lopa ditunjuk menjadi Menteri Kehakiman dan HAM pada 9 Februari 2001. Sekitar empat bulan menjabat sebagai menteri Lopa dialih tugaskan menjadi Jaksa Agung. 

4. Kasus Besar yang Pernah Ditangani Lopa

Saat masih hidup Lopa pernah menangani beberapa kasus besar. Kasus besar pertama yang ia tangani adalah Andi Selle, saat menjadi bupati Majene lopa dengan berani menentang Andi Selle yakni seorang Komandan Batalyon 710 yang terkenal kaya dengan melakukan penyelundupan kopra. 

Tak hanya itu, ketika lopa menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi sulawesi selatan ia menyeret Tony Gozzal atu Tong Kien yakni pengusaha besar yang dikenal kebal hukum. Tony Gozzal diseret dengan tuduhan memanipulasi dana reboisasi 2 miliar rupiah. 

Selain itu, salah satu kasus terbesar yang pernah ditangani Lopa adalah kasus korupsi Soeharto. Saat itu ia menjabat sebagai Seketaris Jenderal Komnas HAM, Soeharto sering dipanggil tapi selalu absen dengan alasan sakit. Meski begitu, ia berhasil meringkus salah satu sahabat Soeharto yakni Bob Hasan. Lopa berhasil memasukan Bob ke dalam Lapas Nusakambangan. 

5. Pernah Diajak Duel Tembak dan Menolak Satu Truk Durian  

Saat mengusut kasus Andi Selle, Lopa pernah diajak adu tembak tapi ia menolaknya. Setelah menolak ajakan duel tersebut, tiap hari Selle selalu meneror Lopa bahwa ia akan diculik dan diinterogasi. 

Beruntung, saat itu Kapten dari satuan kepolisian bernama Andi Dadi melindungi nyawa Lopa. Tak berhenti disitu, Lopa juga pernah diberikan satu truk durian. Namun dengan tegas ia menolak dan menyuruh mobil itu kembali.

 6. Menambah Penghasilan Melalui Tulisan 

Bagi Lopa menjalani kehidupan sederhana adalah bagian memegang prinsip kejujuran dan integritas. Karena itu, untuk menambah penghasilannya dia rajin menulis kolom di berbagai majalah dan surat kabar. 

Pada Juni 2001 atau sebulan sebelum wafat, Lopa menelepon redaksi majalah Tempo untuk menanyakan kolom yang telah dikirimnya yang belum dimuat. Redaksi majalah Tempo sebenarnya nyaris menolak kolom tersebut karena isinya dianggap biasa tentang masalah narkoba.

Pada akhirnya, redaksi memutuskan memuat tulisan hasil karya Lopa, namun ketika redaktur kolom Tempo ditugaskan mewawancarai dia untuk menambah kedalaman isi kolom tersebut ternyata kolom tersebut menjadi catatan terakhir yang dibuat Lopa karena dia meninggal dunia. 

7. Meninggal Dunia Setelah Menunaikan Ibadah Umrah di Tanah Suci 

Lopa tiba di Riyadh pada 26 Juni 2001 untuk serah terima jabatan dengan Wakil Kepala Perwakilan RI Kemas Fachruddin yang diselenggarakan pada 27 Juni 2001. 

Pada 28 Juni 2001, Lopa dan istri serta rombongannya menyempatkan ibadah umrah di Makkah. Pada 29 Juni 2001, Lopa melaksanakan salat subuh di Masjidil Haram. Setelah itu, pada malamnya dia bersama rombongan kembali ke Riyadh. Namun saat itu tiba-tiba daya tahan tubuhnya mengalami gangguan akibat melaksanakan kegiatan fisik tanpa henti. 

Tepat pada 30 Juni, Lopa dilarikan ke Rumah Sakit Al-Hamaidi karena mual-mual. Walaupun sempat m dirawat beberapa hari nyawa lopa tidak bisa diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia di RS Al-Hamaidi, Riyadh, pada 3 Juli 2001, akibat gangguan pada jantung. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada 6 Juli 2001.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun