Halo sahabat kompasiana, kali ini penulis ingin membahas lebih lanjut tentang kesalahan-kesahalan yang sering di lakukan oleh sejarawan yang lebih mendalam, tentu setelah membaca artikel yang telah membahas hal ini sebelumnya ( baca : https://www.kompasiana.com/friscaayu5682/619a3f219624213ac60e10d2/faktor-faktor-penyebab-kesalahan-dalam-penulisan-sejarah ) kita mengetahui kesalahan apa saja yang sering dilakukan oleh seorang sejarawan.
berikut adalah ringkasan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang sejarawan :
1. Kesalahan menentukan topik .
  yang meliputi ( Kesalahan baconian, terlalu banyak pertanyaan, metafisik, dan topik fiktif).
2. Kesalahan pengumpulan sumber.
3. kesalahan Verifikasi.
4. Kesalahan Interpretasi.
5. Kesalahan penulisan.
Setelah mengetahui berbagai macam kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh sejarawan. Penulis ingin membahas tentang bagaimana jika seorang sejarawan melakukan satu saja kesalahan yang telah di sebutkan di atas, apakah penulisannya di sebut sebagai karya ilmiah/tulisan yang rusak? dalam artian tidak dapat jadi rujukan atau pegangan?, berikut penjelasannya
Sejarah itu berkaitan dengan masa lalu, sejarah juga selain sebagai seni sejaraha juga adalah ilmu, dan ilmu tentu memiliki teori dan generalisasi sejarah adalah sebagai teorinya ilmu sejarah.
penemuan, saksi dan juga peninggalan sejarah sebagai bentuk pembuktian atau fakta dalam ilmu sejarah, namun dalam segi kepenulisannya apakah ada syarat tertentu? sudah pasti ada, berikut adalah syarat penulisan sejarah:
1. memiliki sumber pengetahuan/rujukan
2. memiliki objek
3. bersifat aktual /berdasarkan fakta.
4. mampu mempertanggung jawabkan kebenarannya
Dari beberapa syarat menulis sejarah tadi sudah jelas bahwa sejarah haruslah berdasarkan fakta dan berteori, tidak hanya sekedar ditulis tanpa adanya bukti.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika dalam penulisan sejarah penulis melakukan satu saja kesalahan dari yangg telah di sebutkan dalam bab kesalahan-kesalahan sejarawan maka hasil penulisan tersebut tidak dapat digunakan sebagai pegangan ataupun dijadikan sebagai sumber penulisan karena satu saja kesalahan dalam tahap penelitian penulisan maka akan mempengaruhi penelitian penulisan selanjutnya, kecuali jika ada penulis ingin mengangkat tulisan tadi dengan di sertai fakta dan ditambah dengan sumber yang dia temukan maka boleh saja digunakan sebagai inspirasi penelitian penulisan sejarah.
Setelah mengetahui hal ini, penulis berharap para sejarawan/calon penulis sejarah perlu memegang teguh prinsip kebenaran dalam sejarah. Karena sejarah bukanlah sebuah karangan dan harus di buktikan kebenarannya dan harus menghindari kesalahan-kesalahan yang dilakukan sejarawan yang telah dijelaskan tadi agar menghindari akibat yang fatal didalamnya.
Sekian, Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H