b. Infeksi atau penyakit
Pada saat terserang penyakit infeksi berat badan balita cenderung terjadi penurunan. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan metabolisme yang juga diikuti dengan penurunan berat badan. Jika hal tersebut terjadi maka, lama kelamaan akan membuat status gizi balita juga mengalami penurunan.
Berikut ini faktor secara tidak langsung yang dapat menyebabkan gizi buruk pada balita :
a. Sanitasi dan hygiene lingkungan
Faktor personal hygiene dan sanitasi lingkungan salah satunya meliputi sarana air. Secara teori bila terjadi kendala dalam memperoleh air bersih. Hal tersebut akan membuat anak dapat terserang penyakit contohnya penyakit diare. Bila ini terjadi dalam waktu lama tentu saja akan berdampak pada status gizi balita. Dalam beberapa artikel ilmiah ditemukan bahwa sanitasi lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh dengan status gizi pada balita.
b. Perekonomian
Strata ekonomi secara tidak langsung dapat menjadi faktor anak mengalami gizi kurang. Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu keluarga tentu akan berpengaruh terhadap daya beli keluarga tersebut pada makanan baik itu secara kualiatas maupun kuantitas. Minkhatulmaulana, et al., (2021) dalam penelitianya menyatakan tingkat perekonomian memegang peran penting dalam memeberikan pengaruh pada status gizi balita.
c. Sosial Budaya
Budaya dalam suatu etnis berperan penting dalam mengambil keputusan dalam kelurga dan tumbuh kembang anak. Setiap suku memiliki keyakinan dan kebiasaan dalam kehidupan sehari dari hal yang sederhana hingga luar biasa seperti jenis makanan yang dapat di konsumsi (Govender, et al., 2021 ; MacMillan, et al.,2022 ; Ginting, et al., 2023). Benyak penelitian yang telah dilakukan mengemukana bahwa social budaya memilki tak kalah penting dari faktor lain.
d. Pola Asuh
Pada fase seribu hari pertama merupakan masa yang disebut dengan golden age. Pola asuh pada awal kehidupan anak sangat memberikan dampak pada status gizinya, anak-anak dari ibu yang masih berusia remaja dan kepala rumah tangga berusia muda mempunya kemungkinana lebih besar mengalami kekurangan gizi . Hal ini, dapat terjadi karena ibu dengan usia muda pada umumnya memiliki pengetahuan yang tergolong masih kurang baik mengenani asupan gizi yang harus di berikan pada anak usia balita. Selain itu pada usia tersebut ibu remaja belum memilki alat-alat repsoduksi yang matang (Nursyamsiyah, et al., 2021).