Tidak bahagia.Rasa ketidak bahagia inilah yang membuat perilaku bullyng terhadap orang lain, jika pelaku bullyng memiliki rasa bahagia tidak akan mungkin menyakiti orang lain. Rasa bahagia ini akan cenderung membuat dia membahagakan orang lain.
Perilaku bullyng ini tidak hanya terjadi terhadap anak sekolah b tetapi juga pada mahasiswa yang seharusnya sudah bisa berpikir dewasa masih memiliki perilaku bullyng seperti yang terjadi pada mahasiswa Gunadarma Depok. Sebagai orangtua, pendidik dan orang terdekat kita perlu memutus rantai bullyng ini karena apabila dibiarkan akan berdampak terhadap keluarga yang akan dibenatuknya kelak. Langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah:
Menanamkan sikap saling menghargai. Satu ruangan kelas terdiri dari orang-orang yang memiliki karakter yang berbeda-beda, suatu saat ada siswa  membullyng temannya secara rame-rame. Perlahan siswa yang membullyng temannya dipanggil dan di jelaskan secara perlahan apa dampak dan akibatnya jika itu dilakukan.  Anak tersebut perlahan akan mengerti.
Memberikan pengertian. Memberikan pengertian kepada anak bahwa membullyng teman hanya akan melukai perasaan orang tersebut, kita ajarkan anak untuk mengerti seandainya dia berada pada posisi yang di bullyng bagaimana perasaannya. Jika dia menjawab "Sedih Bu" kita jelaskan lagi, bahwa orang tersebut juga begitu jika di bullyng.
Memperbaiki hubungan Keluarga. Sebagai sebuah keluarga kita bertanggung jawab terhadap perilaku anak dan mengarahkan anak. Peran keluarga sangat penting memberikan kenyaman terhadap anak, adanya rasa aman dalam diri anak akan mengurangi perilaku buruk pada anak sehingga kita bisa memutus rantai bullyng.
Memasukkan anak dalam kegiatan positif. Perilaku anak yang cenderung bullyng dapat kita hentikan dengan memasukkan anak dalam kegiatan lain misalnya olahraga, musik dan seni sehingga anak menjadi lebih positif dan anak belajar mengapresiasi orang lain.
Memberikan sanksi tegas. Selain keluarga sekolah memiliki peluang besar untuk menghentikan bullyng.  Pihak sekolah perlu melakukan sosialisai terlebih dahulu dan akan menindak tegas pelaku-pelaku bullyng.  Apakah mengeluarkan dari sekolah adalah solusi untuk menghentikan bullyng??. Tentu tidak tetapi pembinaan bisa dilakukan tidak dengan kekerasan tetapi hanya menjalankan hukuman akibat ulahnya, misalnya merawat tanaman selama sebulan, atau membersihkan koridor selama sebulan dan banyak lainnya. Tetapi setiap sekolah punya kebijakan masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H