Mohon tunggu...
Frida Wafiyyah
Frida Wafiyyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penegak Tauhid dan Keadilan Tuhan

3 Oktober 2018   12:55 Diperbarui: 8 Oktober 2018   22:41 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

PENAMBAHAN WAWASAN TENTANG ALIRAN MU'TAZILAH DARI BERBAGAI REFERENSI

1. Asal-usul Nama Mu'tazilah

Di kalangan para ahli masih terjadi perdebatan mengenai asal-usul sebutan atau nama Mu'tazilah. Perdebatan mereka terutama terjadi pada kisaran pertanyaan " apakah sebutan itu berasal dari kalangan outsider atau bahkan lawan Mu'tazilah atau justru sebaliknya sebutan ini berasal dari kalangan internal orang-orang mu'tazilah sendiri". Berkaitan dengan masalah ini , ditemukan adanya beberapa teori yang dapat disampaikan dan diajukan sebagai alternatif jawaban. Hanya saja dapat dipastikan, bahwa sesungguhnya mu'tazilah sendiri, dengan klaim subjektifnya, ternyata telah memproklamirkan dirinya sebagai ahl at-tauhid wa al-adl ( penegak tauhid dan keadilan tuhan ), dan oleh karena itu kemudian mu'tazilah lebih suka dipanggil dan diapresiasikan deangan sebutan mu'tazilah .

2. Latar belakang kemunculan Mu'tazilah

Secara harfiah kata mu'tazilah berasal dari i'tazala yang berarti "berpisah" atau "memisahkan diri". Secara teknis, istilah mu'tazilah dapat menunjuk pada dua golongan.

Golongan pertama ( Mu'tazilah I ) muncul sebagai respons politik murni . golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti sikap yang lunak dalam menengahi pertentangan antara ali bin abi thalib dan lawan-lawannya , terutam mu'awiyah, aisyah, dan abdullah bin zubair. Menurut penulis, golongan yang netral politik masa inilah yang sesungguhnya disebut dengan kaum mu'tazilah karen mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khalifah.

Golongan kedua ( Mu'tazilah II ) muncul sebagai respons persoalan teologis yang berkembang di kalangan khawarij dan murji'ah karena peristiwa tahkim. Golongan mu'tazilah ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan khawarij dan murji'ah tentang pemberian status kafir kepada orang yang berbuat dosa besar .

Golongan mu'tazilah dikenal juga dengan nama-nama lain, seperti ahl ad-adl yang berarti golongan yang mempertahankan keadilan tuhan dan ahl at-tawhid wa al-adl yang berarti golongan yang mempertahankan keesaan murni dan keadilan tuhan. Adapun lawan mu'tazilah memberi nama golongan ini dengan al-qadariah dengan alasan mereka menganut paham free will and free act, yaitu bahwa manusia itu bebas berkehendak dan bebas berbuat, menanamkan juga al-mu'aththilah karena golongan mu'tazilah berpendpat bahwa tuhan tidak mempunyai sifat, dalam arti sifat mempunya wujud di luar dzat tuhan, menanamkan juga wa'diyyah karena mereka berpendapat bahwa ancaman tuhan itu pasti akan menimpa orang-orang yang tidak taat akan hukum-hukum tuhan.

Di samping latar belakang yang telah dipaparkan ada beberapa analisis lain diseputar asal usul pemberian nama mu'tazilah. Menurut al-baghdadi washil dan temannya amr ibn ubaid oleh hasan al basri dari majelisnya, karena mereka membicarakan masalah qadar dan pelaku dosa besar. Keduannya meninggalkan majelis hasan al basri lalu mereka beserta para pengikutnya disebut kaum Mu'tazilah .

( Muniron,2014: hal 92 ,  Rozak & Anwar,2012: hal 97-98 , Jamrah,2015 :hal 127 )

3. Pandangan tentang aliran mu'tazilah

Aliran Mu'tazilah mempunyai pandangan bahwa manusia itu mempunyai daya yang besar dan bebas . Menurut Al-Jubba'i dan Abd Al-jabbar, menusia itu yang menciptakan perbuatan-perbuatannya. Manusia yang berbuat baik dan buruk. Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri.

Perbuatan manusia bukan diciptakan Tuhan pada diri manusia, melainkan manusia yang mewujudkan perbuatan. Aliran mu'tazilah mengecam dengan keras paham yang mengatakan bahwa tuhan yang menciptakan perbuatan.

Dengan paham diatas, aliran mu'tazilah masih mengakui Tuhan sebagai pencipta awal, sedangkan manusia berperan sebagai pihak yang mempunyai kreasi ntuk mengubah bentuknya.

Meskipun berpendapat bahwa allah tidak menciptakan perbuatan manusia dan tidak pula menentukannya , kalangan Mu'tazilah tidak mengingkari ilmu azali Allah yang mengetahui segala yang akan terjadi dan diperbuat manusia .

Aliran mu'tazilah mengemukakan argumentasi rasional sebagai berikut :

a. Jika allah menciptakan manusia, sedangkan manusia tidak mempunyai perbuatan , batallah taklif syar'i karena syariat adalah ungkapan perintah dan larangan yang keduanya merupakan thalab.

b. Jika manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya, runtuhlah teori pahala dan hukuman yang muncul dari konsep paham al-wa'd wa al-waid (janji dan ancaman) karena perbuatan ini menjadi tidak dapat disandarkan kepadanya secara mutlak sehingga berkosekuensi pujian atau celaan.

c. Jika manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para nabi tidak ada gunanya. Bukankah tujuan pengutusan itu adalah dakwah, dan dakwah harus disertai dengan kebebasan dan pilihan.

Konsekuensi lain dari paham di atas, Mu'tazilah berpendapat bahwa manusia terlibat dalam penentuan ajal karena ajal itu ada dua macam. Pertama, al-ajal ath-thabi'i. Ajal seperti ini yang dipandang Mu'tazilah sebagai kekuasaan mutlak tuhan untuk menentukannya. Kedua, ajal yang dibuat manusia, misalnya membunuh seseorang, bunuh diri di tiang gantungan atau minum racun. Ajal yang ini dapat di percepat dan di perlambat .

( Rozak & Anwar, 2012: hal 191-192 )

4. Aliran mu'tazilah sebagai aliran kalam yang bercorak rasional

Berpendapat bahwa perbuatan tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Ini bukan berarti bahwa tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Perbuatan buruk tidak dilakukannya karena ia mengehtahui keburukan perbuatan buruk ituu. Bahkan, dalam al-quran dikatakan bahwa tuhan tidak berbuat zalim. Ayat-ayat al-quran yang dijadikan dalil oleh mu'tazilah untuk mendukung pendapat diatas adalah surat al-anbiya ayat 23 dan surat ar-ruum ayat 8.

Qadi adb al-jabbar (w. 415/1024) seorang tokoh mu'tazilah mengatakan bahwa ayat memberi petunjuk bahwa tuhan tidak akan ditanya mengenai perbuatannya , tetapi manusia yang ditanya tentang yang mereka perbuat.

5. Pertentangan paham kaum mu'tazilah dengan kaum asy'ariah

Dengan masalah ini berkisar sekitar persoalan tuhan mempunyai sifat atau tidak. Jika tuhan mempunyai sifat itu, seharusnya kekal seperti halnya dzat tuhan. Selanjutnya, jika sifat-sifat itu kekal yang bersifat kekal tidak hanya satu, tetapi banyak .

Kaum mu'tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka tentang tuhan sebagaimana telah dijelaskan oleh asy'ari bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak berkuasa, tidak mempunyai hajat dan lain sebagainnya .

Mengenai hakikat al-quran , aliran mu'tazilah berpendapat bahwa al-quran adalah makhluk sehingga itu tidak kekal. Mereka berargumen bahwa al-quran tersusun dari kata-kata dan kata-kata itu tersusun dari huruf-huruf.

Dari uraian ini, dapat diambil pengertian bahwa semua perbuatan yang timbul dari tuhan dalam hubungannya dengan hamba ditentukan dengan kebijaksanaan atas dasar kemaslahatan. Perbuatan tuhan mempunyai  tujuan tidak untuk kepentingan dirinya, tetapi untuk kepentingan makhluk dan perbuatannya itu selalu baik.

(  Rozak & Anwar,2012 : hal 182. 200-204 dan 220 )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun