Berpendapat bahwa perbuatan tuhan hanya terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Ini bukan berarti bahwa tuhan tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Perbuatan buruk tidak dilakukannya karena ia mengehtahui keburukan perbuatan buruk ituu. Bahkan, dalam al-quran dikatakan bahwa tuhan tidak berbuat zalim. Ayat-ayat al-quran yang dijadikan dalil oleh mu'tazilah untuk mendukung pendapat diatas adalah surat al-anbiya ayat 23 dan surat ar-ruum ayat 8.
Qadi adb al-jabbar (w. 415/1024) seorang tokoh mu'tazilah mengatakan bahwa ayat memberi petunjuk bahwa tuhan tidak akan ditanya mengenai perbuatannya , tetapi manusia yang ditanya tentang yang mereka perbuat.
5. Pertentangan paham kaum mu'tazilah dengan kaum asy'ariah
Dengan masalah ini berkisar sekitar persoalan tuhan mempunyai sifat atau tidak. Jika tuhan mempunyai sifat itu, seharusnya kekal seperti halnya dzat tuhan. Selanjutnya, jika sifat-sifat itu kekal yang bersifat kekal tidak hanya satu, tetapi banyak .
Kaum mu'tazilah mencoba menyelesaikan persoalan ini dengan mengatakan bahwa tuhan tidak mempunyai sifat. Definisi mereka tentang tuhan sebagaimana telah dijelaskan oleh asy'ari bersifat negatif. Tuhan tidak mempunyai pengetahuan, tidak berkuasa, tidak mempunyai hajat dan lain sebagainnya .
Mengenai hakikat al-quran , aliran mu'tazilah berpendapat bahwa al-quran adalah makhluk sehingga itu tidak kekal. Mereka berargumen bahwa al-quran tersusun dari kata-kata dan kata-kata itu tersusun dari huruf-huruf.
Dari uraian ini, dapat diambil pengertian bahwa semua perbuatan yang timbul dari tuhan dalam hubungannya dengan hamba ditentukan dengan kebijaksanaan atas dasar kemaslahatan. Perbuatan tuhan mempunyai  tujuan tidak untuk kepentingan dirinya, tetapi untuk kepentingan makhluk dan perbuatannya itu selalu baik.
( Â Rozak & Anwar,2012 : hal 182. 200-204 dan 220 )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H