Mohon tunggu...
Frida Wafiyyah
Frida Wafiyyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penegak Tauhid dan Keadilan Tuhan

3 Oktober 2018   12:55 Diperbarui: 8 Oktober 2018   22:41 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aliran Mu'tazilah mempunyai pandangan bahwa manusia itu mempunyai daya yang besar dan bebas . Menurut Al-Jubba'i dan Abd Al-jabbar, menusia itu yang menciptakan perbuatan-perbuatannya. Manusia yang berbuat baik dan buruk. Kepatuhan dan ketaatan seseorang kepada tuhan adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri.

Perbuatan manusia bukan diciptakan Tuhan pada diri manusia, melainkan manusia yang mewujudkan perbuatan. Aliran mu'tazilah mengecam dengan keras paham yang mengatakan bahwa tuhan yang menciptakan perbuatan.

Dengan paham diatas, aliran mu'tazilah masih mengakui Tuhan sebagai pencipta awal, sedangkan manusia berperan sebagai pihak yang mempunyai kreasi ntuk mengubah bentuknya.

Meskipun berpendapat bahwa allah tidak menciptakan perbuatan manusia dan tidak pula menentukannya , kalangan Mu'tazilah tidak mengingkari ilmu azali Allah yang mengetahui segala yang akan terjadi dan diperbuat manusia .

Aliran mu'tazilah mengemukakan argumentasi rasional sebagai berikut :

a. Jika allah menciptakan manusia, sedangkan manusia tidak mempunyai perbuatan , batallah taklif syar'i karena syariat adalah ungkapan perintah dan larangan yang keduanya merupakan thalab.

b. Jika manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya, runtuhlah teori pahala dan hukuman yang muncul dari konsep paham al-wa'd wa al-waid (janji dan ancaman) karena perbuatan ini menjadi tidak dapat disandarkan kepadanya secara mutlak sehingga berkosekuensi pujian atau celaan.

c. Jika manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan para nabi tidak ada gunanya. Bukankah tujuan pengutusan itu adalah dakwah, dan dakwah harus disertai dengan kebebasan dan pilihan.

Konsekuensi lain dari paham di atas, Mu'tazilah berpendapat bahwa manusia terlibat dalam penentuan ajal karena ajal itu ada dua macam. Pertama, al-ajal ath-thabi'i. Ajal seperti ini yang dipandang Mu'tazilah sebagai kekuasaan mutlak tuhan untuk menentukannya. Kedua, ajal yang dibuat manusia, misalnya membunuh seseorang, bunuh diri di tiang gantungan atau minum racun. Ajal yang ini dapat di percepat dan di perlambat .

( Rozak & Anwar, 2012: hal 191-192 )

4. Aliran mu'tazilah sebagai aliran kalam yang bercorak rasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun