Mohon tunggu...
Muhammad FarhanSyahrur
Muhammad FarhanSyahrur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Farhan, saya mahasiswa di universitas Indraprasta PGRI. Saya mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, karena saya suka dengan dunia kepenulisan. Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perihal Rumah dan Kedinamisan Manusia (Cerpen Kelompok 3) R3E

3 Desember 2023   20:58 Diperbarui: 4 Desember 2023   13:17 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari Shanin selalu bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan, sebab insiden dirinya salah kirim pesan kepada Arsen. Shanin mengira ia adalah teman sesama mahasiswa baru, padahal Arsen adalah mahasiswa satu tingkat diatasnya. Dari banyak hal, yang paling Shanin syukuri adalah ketika menghabiskan waktu bersama Arsen meskipun hanya diam di satu ruangan. Shanin selalu menceritakan tentang bagaimana hari yang dirinya telah ia lalui, suasana rumah bising di malam hari karena pertengkaran kedua orang tuanya, dan banyak lainnya.

Arsen hanya menjadi pendengar itu semua, karena bagi Arsen dirinya tidak memiliki energi sebanyak Shanin, tidak memiliki banyak cerita sebab jarang keluar kamar, dan tidak seru. Padahal bagi Shanin, Arsen mendekati kata sempurna. Bahkan perempuan itu seringkali bertanya-tanya, ‘Apa bisa anak yang kurang merasakan kasih sayang dapat melalukan hal itu terhadap orang lain?’

“Berat banget tau, Sen.” Ucap Shanin sembari duduk di sofa empuk berwarna cokelat di ruang kamar yang dominan dengan warna putih itu. Arsen yang tidak pernah absen dengan senyuman sudah dapat menebak, “Suasana rumah lagi ya?”

Mata Shanin memanas tak kuasa menahan lagi. Persekian detik kemudian air mata langsung membanjiri kedua pipinya. “Iya, kenapa ya mereka gak sadar kalau anak sendiri juga jadi korban? Harusnya mereka jangan egois. Aku kan juga manusia, aku capek, Sen.”

Arsen mengusap lembut kepala Shanin. “Nin, yang paling penting itu semua bukan salah kamu ya? Aku tahu ga ada yang mau ngerasain hal ini, tapi aku rasa juga orangtua kamu kalaupun bisa milih, mereka ga akan ingin seperti itu. Kita gak tahu masa depan seperti apa, jadi kita harus tetap hidup ya Nin! Minimal hidup sampai ngerasain bahagia supaya setimpal sama rasa sakit yang sekarang. Kamu bener-bener perempuan kuat yang pernah aku kenal.”

Ya seperti itu Arsen, manusia yang tidak pernah membandingkan masalah orang lain dengan dirinya, tidak menyalahkan apapun bentuk perasaan si pencerita, dan tidak pernah menganggap remeh cerita apapun. Shanin merasa hidup akan selalu baik-baik saja selama Arsen ada untuk mendengar ceritanya.

“Tujuan kita hidup itu apa ya?” Tanya Shanin kembali. Tidak seperti biasa langsung menjawab, Arsen hanya diam sambil memandang Shanin dan suasana seketika hening dalam beberapa menit. Shanin bingung apakah ada yang salah dari perkataannya barusan

“Mampu menghadapi semua dengan kuat.”

Untuk pertama kalinya Arsen memberi jawaban rancu. Semua yang seperti apa? Kuat yang bagaimana? Sangat rancu. Untuk pertama kalinya juga Arsen tidak tersenyum dan untuk pertama kalinya Arsen menatap dengan perasaan asing. Ini benar-benar pertama kalinya Shanin gelisah dengan hal-hal yang didapatkannya sejak mengenal Arsen. Shanin diam dan percaya segala perkataan Arsen melebihi apapun. Lagipun Shanin percaya dirinya akan kuat sebab Arsen adalah alasannya.

Waktu itu Shanin masih berterima kasih kepada Tuhan karena masih dapat menghabiskan waktu bersama Arsen, mengadu segala keluh kesah terhadapnya, masih dapat melihat senyumnya, dan masih dapat memilikinya. Tapi sekarang bagaimana? Sebanyak apapun Shanin menukar roti srikaya favoritnya tidak akan bisa membuat Arsen kembali. Shanin salah merapalkan harapan untuk berapapun lamanya bersama Arsen, seharusnya ia mengatakan dengan jelas bahwa ia ingin selama-lamanya sampai Shanin tua dan mati berdua. Seharusnya Shanin tidak diam saja saat Arsen mengatakan tentang menghadapi semua dengan kuat, sebab jika seperti ini Shanin memilih tidak mempercayainya.

Orang-orang mengatakan bahwa salah satu peran manusia adalah dinamis. Manusia dapat berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Dari ruang kamar yang terang dan ranjang hangat ke dalam makam yang dingin dan gelap. Makam, rumah paling nyaman untuk beristirahat terakhir bagi seseorang, tapi bagi yang masih bernyawa, rumah adalah manusia yang paling berharga. Hari ini, Arsen pergi. Sampai akhir hayat pun dirinya menjadi manusia dengan peran dinamis dengan bergerak pergi meninggalkan isi dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun