Mohon tunggu...
Freya
Freya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

suka menulis cerita silat, misteri dan horror

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Di Antara Dua Dimensi Bab 6 (Tamat)

6 Agustus 2024   22:14 Diperbarui: 6 Agustus 2024   22:15 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.shutterstock.com/ja/blog/abstract-art-typeshttps://www.shutterstock.com/ja/blog/abstract-art-types

Ternyata tubuh mereka tidak terjatuh ke jurang, Putri dapat merasakan kakinya menapak sesuatu. Dia membuka matanya, lalu melihat ke bawah kakinya. Ternyata dia berpijak di sebuah jembatan tak kasat mata seperti jembatan kaca.

"Hei, ternyata kita tidak jatuh, kita seperti berada di jembatan kaca!" seru Putri dengan takjub.

"Ya tapi aku tetap tidak mau membuka mata, aku takut ketinggian!" jawab pemuda itu sambil tetap menutup matanya sementara tangannya masih menggenggam erat tangan Putri.

Ketika tiba di ujung jembatan, tiba-tiba Putri sudah mendapati dirinya berada di lorong sebuah gedung yang semuanya berwarna putih terang. Dari kejauhan Putri melihat dirinya sedang berbaring di ranjang didampingi ibunya, tidak ada orang lain di tempat itu selain dia dan ibunya. Sementara pemuda itu tiba-tiba sudah menghilang entah kemana.  Putri berlari menghampiri ibunya berusaha menyentuhnya tapi tak bisa. Dilihatnya tubuhnya yang terbaring di ranjang dengan berbagai perlengkapan penunjang kehidupan di tubuhnya.

"Apakah aku mati suri? Kenapa aku jadi bisa melihat tubuhku sendiri di sini? Aku harus bisa kembali ke tubuhku," gumam Putri perlahan.

Gadis itu kemudian naik ke ranjang dan membaringkan diri di atas tubuhnya. Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar ibunya berseru

"Putri...akhirnya kamu bisa bergerak...bangun Put, bangun...ini ibu di sini."

Ibunya mengguncangkan tubuh Putri berusaha membangunkan. Mendengar suara ibunya, Putri membuka matanya, dia berusaha bangun namun tubuhnya masih terasa lemah.

"Ibu, aku ada di mana?"

"Kamu sedang dirawat di rumah sakit.  Kamu sudah tidak sadarkan diri selama dua hari.  Teman-temanmu bercerita, setelah insiden perahu terbalik di arung jeram kemarin, kamu sempat terseret arus sungai.  Tapi untungnya tubuhmu menabrak batang pohon besar yang tumbang lalu tubuhmu tersangkut di ranting-ranting pohon itu sehingga kamu tidak sampai terseret jauh dan bisa diselamatkan. Mereka lalu membawamu ke rumah sakit terdekat, sementara Hendy...dia ditemukan 5 km dari tempat kejadian dalam keadaan sudah meninggal," tutur ibunya dengan sedih.

Putri tak dapat berkata-kata, dia teringat pertemuannya dengan Hendy di taman itu.

Pantas saja dia bisa masuk ke gapura bunga sedangkan aku tidak bisa memasukinya. Mungkinkah itu gapura itu jalan menuju alam akherat? pikir Putri.

"Ibu, benar aku tidak sadar selama dua hari? Padahal menurut perasaanku aku baru tidur sebentar. Sekarang Bapak dimana Bu?"

"Bapakmu mungkin sedang sarapan di kantin, kami bergantian menjagamu di sini. Kamu tunggu sebentar, ibu panggilkan perawat dulu," ibunya berdiri dari kursinya memanggil perawat jaga.

Mendadak Putri teringat sesuatu

Pemuda itu, siapa dia? Apakah dia juga pasien koma seperti aku? Kenapa dia tiba-tiba saja menghilang ketika memasuki gedung ini? pikir Putri.

Seorang perawat dan dokter kemudian mendatangi ranjang Putri

"Ah, ternyata sudah sadar, saya periksa dulu nanti kalau sudah baik bisa dirawat di kamar biasa," dokter mulai memeriksa keadaan Putri.

Setelah dokter memeriksa keadaannya,  hari itu dokter memutuskan Putri bisa pindah ke kamar biasa.

Usai diperiksa ibunya berkata

"Put, Ibu cari Bapak dulu ya, mau mengabarkan kalau kamu sudah sadar."

Beberapa saat kemudian, dua orang perawat mendatanginya siap memindahkan Putri ke kamar biasa. Tiba-tiba dilihatnya seorang wanita masuk ke ruang ICU dengan tergesa-gesa, wajahnya sembab dan tampak sedih. Saat melihat wajah wanita itu Putri terkejut, wanita itu ternyata adalah nasabah yang menabraknya di depan banking hall beberapa hari yang lalu. Dia berjalan menuju ranjang pasien di deretan depannya. Sebuah pemikiran berkelebat di benak Putri.

Nasabah yang kutabrak dan pemuda yang selalu kutemui di dimensi lain. Mungkinkah mereka saling berkaitan?

Kepada Suster yang akan mendorong ranjangnya keluar kamar, Putri bertanya

"Suster, saya bisa bertemu ibu itu sebentar? Dia...nasabah saya, saya kenal dia."

Putri sengaja berbohong agar diijinkan bertemu.

Perawat itu sedikit ragu, melihat perawat itu ragu Putri berkata lagi

"Suster, ini penting bagi saya. Saya hanya ingin menyapanya sebentar saja."

"Ya sudah saya izinkan, tapi jangan lama-lama ya," pesannya pada Putri.

Perawat itu membantu Putri turun dari ranjang, ketika bangun kepala Putri masih terasa sedikit pusing, efek dari dua hari terbaring di ranjang.

"Ibu, maaf apa ibu nasabah di Bank Artha Jaya?" tanya Putri.

"Perlahan ibu itu menoleh mengamati Putri dengan seksama

"Oh, kamu pegawai bank yang menabrak saya waktu itu ya?"

"Iya Bu,saya Putri pegawai Bank Artha Jaya.  Maaf saya waktu itu buru-buru?"

Ternyata ibu itu tidak marah, dia lalu bercerita

"Saya dalam perjalanan dari luar kota karena ada keperluan bisnis. Waktu itu saya mau ambil uang di ATM, tapi saya lupa PIN nya sehingga ATM saya akhirnya terblokir.  Mau minta buka blokir ke Customer Service, tapi saat itu antriannya banyak. Waktu itu saya buru-buru mau ke rumah sakit menengok anak saya yang dirawat di sini. Jadi akhirnya saya tidak jadi buka blokir, untungnya masih ada kartu ATM bank lain."

"Ibu, putranya sakit apa ya?" tanya Putri.

"Damar anak saya kecelakaan, sebuah truk menabrak mobilnya. Dia selamat, tapi dia sudah tidak sadar selama dua minggu. Selama ini tidak ada perkembangan yang berarti, dia masih belum juga sadar.  Jadi pagi ini dokter akan mencabut selang ventilator dan peralatan penunjang kehidupannya.  Hari ini saat terakhir saya untuk bisa bertemu dengan anak saya," ungkapnya sedih.

Hmm, ternyata namanya Damar, pikir Putri.

Putri melihat ke arah ranjang dan dilihatnya pemuda yang sering menemuinya di dimensi lain itu sedang terbaring lemah. Bergetar dada Putri melihat pemuda itu, berarti semua yang dialaminya selama ini adalah sebuah petunjuk, seseorang memerlukan pertolongannya. Tapi untuk apa karena dia bukan seorang dokter atau tabib. Tiba-tiba Putri teringat pesan pria bercahaya pada Damar sebelum mereka pergi.

Pergilah cepat sebelum mereka memutus kehidupanmu.

Putri menyentuh tangan pemuda itu lalu memanggilnya

"Mas...Mas Damar...bangunlah Mas sebelum mereka datang memutus kehidupanmu...Mas Damar bangunlah...."

Tiba-tiba datanglah seorang dokter dan perawat bersama seorang pria yang tampaknya bapaknya Damar. Dokter itu berkata

"Ibu, hari ini kami akan mencabut selang ventilatornya karena sudah seminggu tidak ada kemajuan."

Dokter itu lantas berbicara dengan orangtua Damar, menjelaskan dengan berbagai alasan medis.

Aku harus dapat segera membangunkannya sekarang, pikir Putri.

Putri terus berusaha membangunkan Damar tapi pemuda itu masih saja terlelap tak bergerak.

Tiba-tiba dokter itu tersadar ada orang lain di situ. Dia menoleh ke arah Putri dengan pandangan terkejut bercampur marah

"Suster, siapa pasien ini? Kenapa dia bisa ada di sini? Mana suster jaganya?"

Celaka, dia tahu, aku harus bergerak cepat, pikir Putri.

Putri mencubit tangan Damar kuat-kuat dan memanggilnya lagi

"Mas Damar...bangunlah," Putri terus mencubit tangan dan tubuh Damar agar dia segera sadar.

Upayanya berhasil, beberapa saat kemudian, Putri merasakan jari-jari tangan Damar mulai bergerak lemah. Seorang perawat berusaha menarik tubuhnya menjauh dari ranjang Damar. Tapi Putri masih bertahan dan menolak pergi.

"Jangan...tunggu...biarkan saya menyadarkannya...dia masih hidup."

Putri tak melepaskan genggaman tangannya dari Damar, karena dia menyadari ada gerakan lemah dari tangan Damar. Gerakan itu makin lama makin kuat dan sering.

"Dia bergerak...lihat tangannya bergerak," Putri menunjuk ke tangan Damar.

Sontak orangtua Damar, dokter dan perawat memperhatikan tangan Damar, kemudian terlihat Damar sudah membuka matanya perlahan lalu bertanya dengan suara lemah

"Bu, aku ada di mana ini?"

"Damar, akhirnya kamu bangun, untung saja Putri bisa menyadarkan kamu," ujar ibunya dengan gembira bercampur lega.

Bapaknya langsung memeluk Damar

"Syukurlah Damar, akhirnya kamu sadar juga."

Damar melihat ke arah Putri lalu tersenyum lemah menyapanya

"Hei, kita ketemu lagi di alam nyata. Kemarin pertemuan kita rasanya seperti mimpi saja."

"Bapak, Ibu, aku terbangun karena mendengar suara dia. Suaranya sudah sering kudengar dalam mimpiku," ungkap Damar.

"Mas Damar, kemarin kalau kita bertemu kamu terkadang jadi Security, jadi pelayan Cafe lalu penjual warung wedhangan. Terakhir kita bertemu di taman dengan jembatan kaca," ungkap Putri.

Damar tertawa dan berkata

"Iya ya, kalau dipikir lucu juga. Kita justru berkenalan di alam niskala bukan di alam dunia seperti umumnya orang."

Saat itu orangtua Putri sudah masuk ruangan, melihat Putri bersama Damar ibunya bertanya dengan heran.

"Putri, dia temanmu?"

Putri sempat bingung bagaimana menjawabnya tapi Damar sudah mendahului menjawab.

"Iya Bu, Putri teman saya."

Hari itu Damar telah memperoleh kehidupannya kembali setelah mendengar suara Putri. Pada akhirnya sejak pertemuan ini, hubungan mereka berdua semakin akrab dan setahun kemudian merekapun menikah. Setelah mengalami koma, Putri maupun Damar sudah tidak pernah lagi terjebak di dimensi lain seperti sebelumnya.

Hingga pada suatu senja yang cerah disaat mereka akan merayakan ulangtahun perkawinan yang ke 10 di sebuah restoran, hal yang tak terduga terjadi saat sedang dalam perjalanan menuju restoran. Ketika mobil mereka memasuki jalanan tempat restoran itu berada, mereka mendapati tidak ada satupun orang atau mobil lewat di tempat itu padahal biasanya tempat itu ramai dikunjungi orang yang ingin wisata kuliner.

"Mas Dam, kamu merasa aneh ngga? Deretan toko-toko, resto dan jalanan ini sepi sekali padahal biasanya ramai orang datang ke sini," kata Putri dengan nada cemas.

Namun Damar hanya tersenyum.

"Ya, aku tahu kita sudah masuk ke sini lagi."

Putri mulai ketakutan bercampur panik

"Lhah...berarti kita lagi koma atau jangan-jangan disesatkan demit."

"Tenang saja Put, ini bukan disesatkan demit atau mengalami koma tapi kita sudah masuk ke dimensi pararel. Kita sudah pernah di sana jadi ada saatnya kita akan kembali lagi ke sana. Kita jalan-jalan dulu di dimensi ini sambil bernostalgia,"ujar Damar dengan suara tenang.

"Tapi kamu tahu jalan keluarnya ngga Mas?"

"Aku sudah sering keluar masuk ke dimensi ini jadi ngga usah cemas, aku tahu jalan keluarnya."

Putri mulai tenang, hari itu mereka merayakan ulangtahun perkawinan dengan cara yang tak biasa.  Menikmati perjalanan di sebuah dimensi lain yang tenang dan damai.

                                                                                                                                T A M A T

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun