Mohon tunggu...
Freya
Freya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

suka menulis cerita silat, misteri dan horror

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Antara Dua Dimensi Bab 1

16 Juli 2024   23:02 Diperbarui: 18 Juli 2024   04:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu selepas brifing pagi, Putri bergegas menyiapkan berkas pembukaan rekening nasabah.  Sebagai seorang Marketing Officer, Putri memang lebih sering berada di luar kantor untuk mencari nasabah baru maupun sekedar kunjungan pada nasabah prioritas bank tempatnya bekerja. Pagi itu dia harus segera bertemu dengan Pak Edy pengusaha tekstil terbesar di kotanya karena siangnya Pak Edy akan pergi ke Jepang untuk keperluan bisnis.

“Mba Put, aku tunggu di lobi ya,” kata Farida asistennya.

“Ya...ya, kamu duluan aja deh, aku masih nyari berkas surat kuasa untuk pegawai suruhannya. Tadi aku letakan di sini tapi kok udah ga ada ya?  Oh ya, jangan lupa bawa sekalian berkas pembukaan rekening buat pegawai pabriknya,” Putri mengingatkan.

“Iya, ini sudah saya bawa,” Farida menunjuk tas keranjang berisi berkas pembukaan rekening di dekat kursi kerjanya.

Melihat Putri masih sibuk mencari berkas, Farida berkata

“Mba, suratnya nyusul aja ngga apa-apa, ntar keburu siang Pak Edy mau ke Jepang lho,” saran Farida.

“Tenang aja, tunggu 2 menit lagi aku segera datang,” ujar Putri sambil terus membongkar tumpukan file di mejanya.

Baru saja Farida berlalu, Putri sudah menemukan berkas surat kuasa itu di tumpukan map paling bawah. Dia bernafas lega lalu merapikan berkasnya dan buru-buru keluar menuju loby. Saat membuka pintu Banking Hall, seorang ibu-ibu yang tampaknya juga sedang terburu-buru menabraknya hingga berkas yang dibawanya berserakan di depan pintu. Sekilas dia melihat wajah ibu-ibu itu, seorang wanita berusia 50 tahunan yang anggun dan cantik. Dia mengatakan sesuatu namun Putri tak mendengarnya karena dia sedang fokus pada berkasnya. Dia hanya mendongak sekilas lalu berkata

“Maaf..maaf ya Bu, saya buru-buru.”

Wanita itu kemudian masuk ke Banking Hall, setelah berkasnya terkumpul, Putri segera berdiri melangkah menuju pintu menuju lobi depan. Namun ada hal yang aneh, tiba-tiba saja situasi di lobi depan tampak sepi, tidak ada nasabah yang berlalu lalang, parkiran juga sepi, tak ada satu mobilpun yang parkir. Putri sejenak tertegun, dia teringat dengan Farida yang katanya akan menunggunya di depan lobi. Namun saat itu dia tidak melihat keberadaan Farida di lobi, begitu juga Security yang berjaga di loby, semua menghilang seperti ditelan bumi. 

Putri mencoba menelpon Farida melalui telepon WA, namun panggilan itu gagal. Putri mencoba lagi lewat panggilan telepon biasa tetapi lagi-lagi panggilan telepon itu gagal. Putri sudah memastikan, sebagai seorang marketing dia tak pernah membiarkan paket data maupun pulsanya habis. Sekali lagi Putri memastikan di HPnya. Dia memiliki 2 nomor dan keduanya masih aktif, paket data dan pulsa masih cukup banyak dan sinyalnya ada.

Waduh, apa HPku yang rusak ya, batin Putri.

Dengan cemas Putri celingukan lagi mencari keberadaan manusia lain. Saat itu dia baru menyadari,  jalan raya di depan kantornya sepi, tak ada satupun kendaraan yang lewat. Padahal kantor bank tempat Putri bekerja terletak di pusat kota yang ramai. Mendadak Putri merasa takut, sekarang dia memang berada di tempatnya biasa bekerja, namun dengan situasi yang berbeda. Tak ada satupun manusia ataupun tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. Suasana begitu hening, bahkan burung  gereja yang biasa berterbangan di pepohonan peneduh jalanpun tak terdengar kicaunya.

Dimana aku sekarang? Kemana orang-orang itu? Ah, mungkin lebih baik aku kembali masuk ke kantor saja, siapa tahu ada orang di situ, pikir Putri.

Putri berbalik kembali masuk ke Banking Hall, namun tidak ada Security yang menyambutnya bahkan meja Customer Service, Teller dan kursi nasabah semua kosong. Putri semakin panik, dia segera menuju ke meja kerjanya. Namun betapa terkejutnya dia melihat situasinya. Meja kerjanya yang biasanya berantakan kini bersih tanpa ada satupun berkas di atasnya. Putri merasa seluruh tubuhnya lemas, dia duduk di kursi kerjanya mencoba menenangkan diri.

“Hancur sudah pertemuan kali ini, Pak Edy keburu pergi ke Jepang, dan hilanglah targetku bulan ini. Mana kalau mau ketemu dia lagi susah. Aku ini sebenarnya ada di mana sih?” gumam Putri.

Selagi Putri dalam kepanikan, seseorang menegurnya

“Bu, ada yang bisa saya bantu?”

Putri terkejut tetapi dia juga lega ternyata masih ada kehidupan di tempat itu. Ketika dia menoleh melihat orang yang menegurnya, tampak seorang pemuda seusianya berpakaian seragam Security kantor. Tapi Putri merasa yakin, baru kali ini dia melihat Security itu dan setahu Putri belum ada lagi perekrutan Security baru.

“Security baru ya Mas? Ini kantor kok sepi sekali, kemana saja pegawai dan nasabah yang tadi ada di sini?” Tanya Putri.

Security muda itu hanya tersenyum lalu berkata

“Oh, mereka masih ada di sini kok, mari saya antar keluar dari sini.”

Security itu berbalik melangkah keluar dari banking Hall, Putri yang sedang terburu-buru tanpa banyak bertanya lagi mengikuti langkah Security itu keluar.  Dia lalu menunjuk ke sebuah pintu yang ada di depan pintu Banking Hall dan berkata

“Ibu lewat pintu itu nanti bisa ketemu lagi dengan temannya.”

“Lho, tapi itu kan pintu menuju basement, Farida dan sopir sudah menunggu saya di loby depan, lobynya kan di sebelah sana,” Putri menunjuk ke pintu menuju loby depan.

Security itu hanya tersenyum maklum

“Ibu, nanti keburu siang ibu tidak jadi bertemu dengan nasabahnya lho. Sudah ibu masuk aja ke pintu itu nanti kan ketemu.”

Walaupun heran dan merasa aneh, Putri mengikuti saran pemuda itu. Dia melangkah menuju pintu basement, saat di buka, tiba-tiba saja dia sudah berada di lobi depan. Farida sudah menunggu di depan, situasi di sekitarnya semuanya tampak normal. Ada beberapa nasabah dan pegawai yang berlalu-lalang, kendaraan yang terparkir rapi di halaman depan dan jalanan yang ramai. Ketika dia menoleh untuk mengucapkan terimakasih pada Security asing yang menunjukan jalan keluar, Security itu ternyata sudah tidak ada lagi. Dia hanya melihat Pak Ramto security yang biasa bertugas jaga di banking hall.

Tadi siapa ya? Ah, kenapa aku lupa menanyakan namanya, batin Putri.

Farida yang berdiri di lobi depan menghampirinya.

“Mba Putri tadi ngapain ke pintu basement? Kan biasanya kita nunggu di sini aja. Itu Pak Tri sudah nunggu kita di parkiran.

“Ehm, kamu tadi udah lama nunggu aku? Emang aku jalan ke pintu basement ya?" Tanya Putri kebingungan.

“Aku sudah nunggu 15 menit di sini, tadi aku lihat Mba Putri ditabrak ibu-ibu.  Setelah itu Mba Putri malah jalan masuk ke pintu yang menuju basement,” ujar Farida.

Walaupun masih merasa bingung, Putri memilih untuk tidak memikirkan lagi kejadian tadi. Dia lebih memfokuskan pikirannya ke pekerjaannya daripada harus memikirkan kejadian aneh tadi. Beruntung walau sedikit terlambat, namun mereka masih sempat bertemu Pak Edy dan pertemuan hari itu sukses. Pak Edy bersedia membuka rekening, menempatkan sejumlah dana yang cukup besar dan mengalihkan transaksi usahanya di bank tempat Putri bekerja. Putri merasa lega target dana bulan itu sudah tercapai, akhir bulan nanti dia tidak perlu lagi ngos-ngosan mengejar target dana dan nasabah baru.

Sore itu usai membereskan pekerjaannya, Bu Dessy Marketing Managernya menemui Putri

“Putri, pulang kerja nanti,  aku mau ajak temen-temen marketing ke Café Star. Kita syukuran karena belum sampai akhir bulan target kita sudah masuk, nanti aku yang traktir. Kamu bisa ikut kan Put?”

“Oh, ya Bu terimakasih, kebetulan sore ini saya sedang tidak ada acara,” jawab Putri.

Bu Dessy memang sering memotivasi karyawannya dengan memberikan penghargaan berupa hadiah sederhana atau sekedar mentraktir mereka sepulang kerja. Bagi Putri hal itu tidak masalah karena dia sendiri masih belum bersuami dan orangtuanya pun tak keberatan asal pamit dulu.

Sepulang kerja Putri dan rekan-rekan kantornya menuju Café Star yang terletak di sebuah Mall tak jauh dari kantor mereka. Usai memesan makanan Putri pamit sebentar ke toilet yang terletak di luar Cafe. Ketika keluar dari toilet lagi-lagi Putri terkejut, mall yang ramai itu sekarang sepi, sunyi senyap. Orang-orang yang tadinya berlalu-lalang mendadak menghilang entah kemana. Dengan panik Putri melangkah kembali ke café, situasi di sekitarnya begitu hening, hanya terdengar suara hak sepatu Putri memecah keheningan di mall itu. Toko-toko yang biasanya ramai pengunjung juga terlihat sepi bahkan pegawai tokonyapun tak terlihat.

Saat masuk Café, Putri kembali terkejut, teman-temannya yang duduk di meja pojok sudah tidak ada di tempatnya. Suasana Café begitu sepi, barista, pelayan, kasir dan pengunjungnya semua tidak ada di tempat itu. Putri semakin panik, kejadian pagi tadi kembali berulang.

“Ya Tuhan, kenapa harus terjadi lagi? Mana malem lagi kejadiannya, aku nanti masih bisa balik nggak ya?” gumam Putri.

Air matanya mulai meleleh, dia merasa akan terperangkap selamanya di mall itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun